HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Pengaruh Pengetahuan tentang COVID-19 dan Sikap keperawatan Terhadap Praktik Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan Resiliensi sebagai Variabel Mediasi

Pendahuluan

Tantangan pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia

Pandemi Coronavirus Disease 2019 telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Lonjakan jumlah pasien, keterbatasan fasilitas kesehatan, serta tingginya tingkat penularan menyebabkan rumah sakit dan tenaga kesehatan menghadapi tekanan yang luar biasa. Perawat sebagai garda terdepan sering kali menjadi pihak yang paling rentan terhadap risiko penularan, terutama karena keterlibatan mereka dalam kontak langsung dengan pasien.

Pentingnya praktik pencegahan dan pengendalian infeksi dalam rumah sakit

Praktik pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya utama dalam mencegah penyebaran Coronavirus Disease 2019 di fasilitas kesehatan. Namun, di Indonesia masih terdapat berbagai kendala, misalnya keterbatasan ketersediaan alat pelindung diri, keterlambatan distribusi peralatan kesehatan, serta kepatuhan yang belum merata antar fasilitas kesehatan. Hal ini membuat efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi tidak optimal di berbagai rumah sakit.

Faktor kognitif dan sikap perawat dalam kepatuhan

Pengetahuan perawat mengenai Coronavirus Disease 2019 dan sikap mereka terhadap penerapan protokol kesehatan memiliki peranan penting dalam menentukan kepatuhan terhadap praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Namun, penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa masih terdapat variasi pengetahuan dan sikap antar perawat, terutama karena perbedaan latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, serta akses terhadap informasi terkini mengenai penanganan Coronavirus Disease 2019.

Peran ketahanan psikologis (resiliensi) perawat

Selain faktor pengetahuan dan sikap, ketahanan psikologis perawat menjadi aspek penting dalam menjaga konsistensi penerapan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Banyak perawat di Indonesia menghadapi beban kerja berlebihan, tekanan psikologis, serta risiko kelelahan akibat tingginya jumlah pasien. Kondisi ini berpotensi menurunkan motivasi dan kemampuan perawat dalam menjaga kepatuhan terhadap prosedur pencegahan infeksi jika tidak diimbangi dengan ketahanan psikologis yang baik.

Pentingnya pelatihan dan pendidikan berkelanjutan

Partisipasi pelatihan merupakan salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam menerapkan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Di Indonesia, pelatihan mengenai pencegahan infeksi sering kali masih terbatas cakupannya, tidak merata antar daerah, dan terkendala oleh fasilitas. Padahal, pelatihan yang bersifat praktis dapat meningkatkan pemahaman, membangun sikap positif, sekaligus memperkuat ketahanan perawat dalam menghadapi situasi pandemi maupun wabah penyakit menular lainnya.

Konteks sosial dan budaya di Indonesia

Kepatuhan perawat dalam menjalankan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi juga dipengaruhi oleh faktor budaya organisasi dan sistem sosial yang berlaku di rumah sakit di Indonesia. Norma kerja yang hirarkis, keterbatasan komunikasi antar level tenaga kesehatan, serta beban administratif yang tinggi sering kali menjadi hambatan dalam penerapan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi yang konsisten.

Kesenjangan penelitian di Indonesia

Meskipun banyak penelitian telah menyoroti faktor pengetahuan dan sikap perawat, masih sangat terbatas penelitian di Indonesia yang secara komprehensif meneliti hubungan antara pengetahuan, sikap keperawatan, ketahanan psikologis, partisipasi pelatihan, serta praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang mampu memberikan gambaran lebih jelas tentang faktor-faktor kognitif, psikologis, dan edukatif yang memengaruhi perawat Indonesia dalam mematuhi praktik pencegahan dan pengendalian infeksi.

 

Tinjauan Teori

1. Grand Theory: Health Belief Model (HBM)

Health Belief Model menjelaskan bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap ancaman penyakit, manfaat tindakan pencegahan, serta hambatan yang mungkin dihadapi. Dalam konteks penelitian ini, perawat yang memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap pencegahan infeksi akan lebih cenderung mematuhi protokol pencegahan dan pengendalian infeksi. Teori ini relevan di Indonesia karena perawat sering menghadapi keterbatasan fasilitas dan sumber daya, sehingga keyakinan pribadi mereka menjadi pendorong utama dalam menentukan kepatuhan pada praktik pengendalian infeksi.

2. Middle Theory: Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior menekankan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh niat, yang dibentuk dari sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol diri. Dalam praktik keperawatan, sikap perawat terhadap risiko infeksi serta dukungan dari lingkungan kerja akan memengaruhi niat mereka untuk mematuhi praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Di Indonesia, faktor seperti budaya hierarki rumah sakit dan norma organisasi sering menjadi penguat atau penghambat niat perawat dalam melaksanakan protokol secara konsisten.

3. Middle Theory: Resilience Theory

Resilience Theory menjelaskan bahwa ketahanan psikologis memungkinkan individu untuk bangkit dari tekanan dan mempertahankan kinerja optimal meskipun menghadapi stres berat. Pada penelitian ini, resiliensi perawat berperan penting dalam menjembatani hubungan antara sikap dengan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Dalam konteks Indonesia, resiliensi menjadi kunci karena perawat sering bekerja dengan jumlah pasien yang tinggi, keterbatasan alat pelindung diri, dan risiko burnout akibat beban kerja berlebihan.

4. Middle Theory: Experiential Learning Theory (Kolb)

Experiential Learning Theory menyatakan bahwa pembelajaran akan lebih efektif ketika individu mengalami langsung situasi nyata dan merefleksikan pengalaman tersebut. Dalam penelitian ini, partisipasi pelatihan berfungsi sebagai faktor moderasi yang memperkuat hubungan pengetahuan dengan resiliensi serta sikap dengan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Di Indonesia, pelatihan berbasis praktik langsung seperti simulasi penggunaan alat pelindung diri terbukti lebih efektif dibandingkan hanya pembelajaran teoretis.

 

Model Penelitian

Pengaruh Pengetahuan tentang COVID-19 dan Sikap keperawatan Terhadap Praktik Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan Resiliensi sebagai Variabel Mediasi