Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Dexmedetomidine pada Anestesi Blok Aksilaris terhadap Mula Kerja dan Lama Kerja
A. Latar Belakang
Kepuasan pasien meningkat, terdapat lebih sedikit gangguan kognitif dengan anestesi regional dibandingkan dengan anestesi umum (terutama pada pasien tua), dan terdapat bukti baru bahwa blok saraf perifer (anestesi regional) lebih tidak menekan sistem imun dibanding dengan anestesi umum. Meskipun blok saraf perifer tidak bebas risiko, mereka memberikan alternatif yang baik untuk pasien dengan masalah mual dan muntah post operasi, yang memiliki risiko hipertermi maligna, atau dengan gangguan hemodinamik atau terlalu sakit untuk mentoleransi anestesi umum (Morgan, 2006).
Pendekatan aksilari pada blok pleksus brakialis sangat terkenal karena kemudahannya, kehandalannya, dan keamanan (deJong, 2008). Blokade terjadi pada level saraf terminal. Walaupun blokade saraf musculocutaneous tidaklah selalu diperoleh dengan pendekatan ini, dapat ditambahkan pada level aksila atau pada siku. Indikasi adanya blok aksilari termasuk bedah pada pangkal lengan dan tangan. Prosedur siku juga sukses dilakukan menggunakan pendekatan aksilari (Schroeder, 1996).
C. Rumusan Masalah
Apakah penambahan dexmedetomidine 25 ?g pada 30 ml bupivakain 0,25% mempercepat mula kerja dan memperpanjang lama kerja anestesi blok sensoris dan motoris pada blok aksilaris?
D. Tinjauan Pustaka
Blok Aksilaris
Blok aksilaris adalah tehnik yang dipilih untuk anestesi pada lengan bawah. Blok aksilaris adalah sebuah tehnik anestesi regional dasar yang banyak digunakan untuk memblok pleksus brakialis. Komplikasi yang minimal, lokasi yang mudah dijangkau dan efek analgetik yang bagus pada otot lengan atas membuat tehnik ini cocok untuk anestesi dengan waktu yang lama (de Jong, 2008)
Dexmedetomidine
Dexmedetomidine merupakan agonis reseptor ?2 adrenergik yang bekerja secara sentral. Pada tubuh manusia terdapat 3 sub tipe reseptor ?2 adrenergik, yaitu ?-2A, ?-2B, dan ?-2C. Reseptor ?2 adrenergik ditemukan pada arteri koronaria, ujung saraf presinaps, hepar, pankreas, limfe, ginjal, dan otak (Yazbek dan Aouad, 2006).
Mula Kerja Blok Aksilaris
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap mula kerja suatu anestetika lokal adalah pKa, yaitu pH suatu senyawa antara bentuk ion dan non ion ada dalam keseimbangan. Penetrasi bentuk lipid soluble melalui membran lipid neural merupakan jalur utama molekul anestetika lokal, sehingga dengan menurunkan pKa akan meningkatkan persentase bentuk lipid soluble yang akan mempercepat penetrasi membran saraf dan mula kerja (Hodgson dan Liu, 2001).
Lama Kerja Blok Akisilaris
Beberapa faktor yang mempengaruhi lama kerja blok aksilaris, yaitu anestetika lokal, dosis obat dan adrenergik agonis. Pemilihan anestetika lokal menentukan lama kerja blok aksilaris. Prokain mempunyai lama kerja paling pendek. Bupivakain dan tetrakain adalah golongan dengan lama kerja yang panjang. Perbedaan lama kerja anestetika lokal ini berhubungan dengan sifat protein binding (Bogra et al, 2005).
D. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini merupakan ujiklinis tahap III, double blind randomized controlled trial. Sejumlah 22 pasien dewasa ASA I dan II yang akan menjalani bedah lengan bawah dengan anestesi blok aksilaris.
Pasien dibagi secara acak kedalam dua kelompok. Pasien kelompok B (n = 11) diberikan 30 mL bupivakain 0,25 % dan normal salin. Kelompok D (n = 11) diberikan 30 mL lidokain 0,25 % dan dexmedetomidine 25 ?g. Onset dan durasi blok motorik dan sensorik dicatat.
E. Kesimpulan
Penambahan dexmedetomidine 25 ?g pada bupivakain 0,25 % 30 mL memberi manfaat yang secara statistik signifikan terhadap lama kerja kerja blok sensorik (p<0,001) dan lama kerja blok motorik (p<0,001) pada anestesi blok aksilaris. Tetapi penambahan dexmedetomidine 25 ?g pada bupivakain 0,25 % 30 mL secara statistik tidak signifikan terhadap mula kerja blok sensorik (p=0,765) dan mula kerja blok motorik (p=0,655) dibandingkan dengan bupivakain 0,25 % 30 mL + normal salin .
Leave a Reply