1. Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan
Abstrak
Peningkatan jumlah penduduk disertai adanya perubahan iklim yang semakin ekstrim mengakibatkan penurunan ketersediaan sumber pangan pokok. Hal ini menuntut kita untuk berupaya lebih serius dalam mengupayakan sumber pangan lain di luar beras melalui penganekaragaman sumber bahan pangan. Meskipun sasarannya adalah menurunkan permintaan terhadap bahan pangan utama sumber karbohidrat, yakni beras, tetapi penganekaragaman pangan juga dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi bahan pangan lain di luar beras sebagai sumber karbohidrat.
Selain untuk menurunkan konsumsi beras, sumber pangan yang beraneka juga lebih baik bagi kesehatan, pertumbuhan dan dapat meningkatkan kecerdasan. Salah satu sumber bahan pangan lokal dan menjadi sumber karbohidrat bagi sebagian masyarakat Indonesia adalah sagu.
Sagu merupakan sumber pangan karbohidrat bagi masyarakat Indonesia di provinsi-provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Bagi generasi muda, sagu kurang populer dibandingkan beras yang dinilai lebih mudah didapat dan lebih praktis dalam pengolahan sebagai makanan pokok. Meskipun demikian, sebagai sumber karbohidrat potensi sagu sangat besar. Peluang pengembangan sagu sebagai substitusi bahan dasar produk pangan, seperti mie, roti, biskuit, kue, makanan kudapan/ringan sangat terbuka dan menjanjikan.
2. Peran Fasilitator dan Motivasi lndividu Masyarakat terhadap Peningkatan Kapasitas Kelompok Pengelola Daerah Perlindungan Laut (Studi Kasus Pada Kelompok Pengelola Daerah Perlindungan Laut di Desa Bahoi-Minahasa Utara dan Kelurahan Dorbolaang-Bitung, Sulawesi Utara)
Abstrak
Keberadaan fasilitator sebagai bagian dari sumber daya manusia di tingkat desa dibutuhkan untuk ikut mendorong kemauan anggota masyarakat dalam melaksanakan sebuah program yang akan dilaksanakan. Demikian juga dengan adanya fasilitator di lokasi mereka dapat memotivasi anggota kelompok masyarakat secara khusus untuk pengelola DPL.
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji peran fasilitator di tingkat kecamatan yang membawahi desa tersebut dalam program lingkungan hidup/konservasi DPL di Desa Bahoi-Minahasa Utara dan Kelurahan Dorbolaang-Bitung serta mengkaji motivasi individu masyarakat terhadap peningkatan kapasitas kelompok pengelola DPL di kedua lokasi tersebut.
Metode analisis untuk penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer diperoleh melalui diskusi, wawancara, dan pengisian daftar pertanyaan penelitian sedangkan data sekunder didapatkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang relevan Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran fasilitator dalam membangun motivasi individu masyarakat sebagai pengelola daerah perlindungan laut/DPL telah dilakukan dengan berbagai tahapan kegiatan meliputi sosialisasi, pelatihan, perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan dalam pengelolaan DPL di Desa Bahoi Minahasa Utara dan Kelurahan Dorbolaang-Bitung. Secara kognitif, afektif, dan psikomotorik peran fasilitator memberikan kontribusi terhadap pengetahuan, sikap,dan keterampilan yang meningkat pada anggota kelompok pengelola DPL sehingga dapat terlibat dalam program yang dicanangkan. Motivasi individu masyarakat terhadap peningkatan kapasitas kelompok pengelolaan DPL di kedua lokasi tersebut cukup tinggi dalam menyelamatkan lingkungan dengan menempatkan kebutuhan penyelamatan sebagai aktualisasi diri bahwa penyelamatan lingkungan melalui DPL dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas dan masa depan anak cucu dibandingkan dengan kebutuhan sesaat. Untuk memperkuat peran dan motivasi tersebut ke depannya perlu dilakukan perencanaan program lebih baik serta menempatkan para pihak dan fasilitator kegiatan secara proporsional.
3. Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bahoi, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara)
Abstrak
Desa Bahoi di Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara adalah desa yang mempunyai potensi keindahan laut dan dikelola oleh kelompok ekowisata berbasis masyarakat namun hasilnya belum optimum. Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis kondisi SDM kelompok pengelola ekowisata di Desa Bahoi saat ini (existing), kondisi SDM yang ideal serta pemenuhan kebutuhan SDM pengelolaan ekowisata yang memerlukan peningkatan hasil. Peneltian menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara, diskusi kelompok (FGD) dan studi pustaka Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas SDM kelompok pengelola ekowisata di Desa Bahoi masih terbatas, terutama kapasitas dalam pengelolaan manajemen bisnis (organisasi, keuangan, pemasaran), pelayanan homestay, produksi kerajinan, kualiftkasi sertifikat diving pemandu selam, maupun kemampuan Bahasa Inggris para pemandu selam (diving).
Untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan ekowisata di Desa Bahoi perlu mereposisikan fungsi ketua kelompok sebagai seorang manajer bisnis, sekretaris menjadi staf humas dan pemasaran serta bendahara menjadi staf administrasi dan keuangan. Tiga pengurus inti tersebut mengkordinir 3 unit kegiatan ekowisata, yaitu unit wisata diving/mangrove/pasir putih, unit pengelolaan homestay dan unit usaha produksi kerajinan. Sebagai kegiatan yang berbasis masyarakat maka pemenuhan kebutuhan SDM menuju pengelolaan ekowisata yang lebih baik harus tetap memprioritaskan tenaga setempat Untuk meningkatkan kapasitas SDM kelompok pengelola ekowisata diperlukan pelatihan-pelatihan: manajemen bisnis (organisasi, keuangan, pemasaran), pelatihan selam level dive master, pelatihan guide, kursus Bahasa Inggris, kursus manajemen perhotelan homestay, serta pelatihan produksi kerajinan lokal. Untuk menghindari konflik dan kecemburuan sosial antara kelompok ekowisata dan kelompok DPL di Desa Bahoi diperlukan pengelolaan terpadu di bawah satu organisasi (holding) yang mampu memayungi kegiatan operasional dua kelompok tersebut, baik operasional biaya, pendapatan maupun komunikasi dengan pihak luar. Untuk mengetahui model pengelolaan terpadu tersebut perlu dilakukan penelitian lanjtan sehingga ditemukan Model Bisnis Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa Bahoi yang mampu memberi kesejahteraan masyarakat secara efektif.
4. Tingkat Keberhasilan Pembinaan Program Manajemen Mutu Terpadu pada Unit Pengolahan Ikan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi atau mengukur tingkat keberhasilan pembinaan serta perbedaan kondisi bangunan/fasilitas, penerapan program persyaratan dasar dan implementasi antara sebelum dan sesudah mengikuti pembinaan program manajemen mutu terpadu du unit pengolahan ikan.
Penelitian ini menggunakan desain komperatif yaitu membandingkan kondisi UPI antara sebelum dan sesudah mengikuti program pembinaan melalui Uji-t berpasangan.
Subyek penelitian adalah 14 UPI yang belum memiliki sertifikat penerapan PMMTH/HACCP dan tersebar di 6 provinsi yaitu : Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
Hasil pengujian statsitik menunjukan :
terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi bangunan/fasilitas sebelum mengikuti pembinaan dengan kondisi bangunan setelah UPI mengikuti pembinaan, terdapat perbedaan yang signifikan.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa pembinaan manajemen mutu terpadu terpadu di UPI telah telah berhasil memperbaiki kondisi bangunan/fasilitas, meningkatkan penerapan program persyaratan dasar dan implementasi HACCP secara signifikan.
5. Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan
Abstrak
Peningkatan jumlah penduduk disertai adanya perubahan iklim yang semakin ekstrim mengakibatkan penurunan ketersediaan sumber pangan pokok. Hal ini menuntut kita untuk berupaya lebih serius dalam mengupayakan sumber pangan lain di luar beras melalui penganekaragaman sumber bahan pangan.
Meskipun sasarannya adalah menurunkan permintaan terhadap bahan pangan utama sumber karbohidrat, yakni beras, tetapi penganekaragaman pangan juga dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi bahan pangan lain di luar beras sebagai sumber karbohidrat. Selain untuk menurunkan konsumsi beras, sumber pangan yang beraneka juga lebih baik bagi kesehatan, pertumbuhan dan dapat meningkatkan kecerdasan. Salah satu sumber bahan pangan lokal dan menjadi sumber karbohidrat bagi sebagian masyarakat Indonesia adalah sagu.
Sagu merupakan sumber pangan karbohidrat bagi masyarakat Indonesia di provinsi-provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Bagi generasi muda, sagu kurang populer dibandingkan beras yang dinilai lebih mudah didapat dan lebih praktis dalam pengolahan sebagai makanan pokok. Meskipun demikian, sebagai sumber karbohidrat potensi sagu sangat besar. Peluang pengembangan sagu sebagai substitusi bahan dasar produk pangan, seperti mie, roti, biskuit, kue, makanan kudapan/ringan sangat terbuka dan menjanjikan.
Kata kunci: sagu, makanan pokok, diversifikasi pangan, sumber karbohidrat, bahan pangan lokal
6. Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi
7. Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia Pengelolaan Ekowisata Berbasis Mayarakat (Studi Kasus di Desa Bahoi, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara)
8. Akses Informasi Terbuka Melalui Radio Berbasis Masyarakat sebagai Sarana Membangun Masyarakat Madani di Indonesia
Abstrak
Demokrasi tumbuh subur ketika semua suara berperan sama penting dan semua orang mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi perubahan kehidupan masyarakat. Untuk menumbuhkan demokrasi yang sehat diperlukan media bagi masyarakat untuk berinteraksi antara masyarakat dengan
masyarakat, dan masyarakat dengan pemimpin mereka. Optimalisasi komunikasi akan menumbuhkan sikap kepercayaan dan mengedukasi masyarakat sebagai warga negara yang memahami hak serta kewajibannya. Era saat ini telah mengalami ledakan komunikasi luar biasa, revolusi industri komunikasi telah mendominasi semua sektor kehidupan masyarakat.
Salah satu media elektronik berbasis masyarakat adalah munculnya radio komunitas. Dengan jaringan yang sangat luas hingga saat ini mencapai 10.000 lebih radio komunitas yang ada di Indonesia merupakan kekuatan yang luar biasa untuk memobilisasi masyarakat menciptakan iklim tata kemasyarakatan yang madani. Radio komunitas dengan daya jangkau 2,5 – 5 km merupakan media radio yang berstatus swakelola oleh masyarakat.
Desain acara radio disesuaikan dengan kebutuhan informasi masyarakat sekitarnya. Sampel yang ada di wilayah Surakarta dan Tangerang Selatan menunjukkan radio komunitas sangat berpotensi sebagai radio masyarakat yang tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun, hal ini karena kemandiriannya dari segi biaya, maupun pemeliharaan. Dengan kondisi tersebut optimalisasi potensi radio komunitas beserta jaringannya sangat strategis untuk membangun tatanan masyarakat yang memiliki daya informasi literasi yang baik, mampu menciptakan tatanan masyarakat yang dipenuhi nilai persamaan, keadilan, serta kemerdekaan.
Key word : masyarakat madani, radio komunitas, mobilisasi potensi masyarakat
9. Peran Fasilitator dan Motivasi Individu Masyarakat terhadap Peningkatan Kapasitas Kelompok Pengelola Daerah Perlindungan Laut (Studi Kasus pada Kelompok Pengelola Daerah Perlindungan Laut di Desa Bahoi-Minahasa Utara dan Kelurahan Dorbollaang-Bitung Sulawesi Utara)
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengkasi peran fasilitator di tingkat kecamatan ang membawahi desa tersebut dalam program lingkungan hidup/konservasi DPL di Desa Bahoi-Minahasa Utaara dan Kelurahan Dorbalaang-Bitung serta mengkaji motivasi individu masyarakat terhadap peningkatan kapasitas kelompok pengelola DPL di kedua lokasi tersebut.
Metode analisis untuk penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer diperoleh melalui diskusi, wawancara, dan pengisian daftar pertanyaan penelitian sedangkan data sekunder didapatkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang relevan.
10. Strategi Operasi Pengawasan terhadap Illegal Fishing berdasarkan Posisi Rumpon di Laut Maluku oleh Kapal Pengawas Perikanan
11. Pembudidayaan dan Perdagangan KOPRA di Minahasa
12. Pendidikan Perbankan Syariah di Indonesia dalam Perspektif Peningkatan Kualitas Sumberdaya Insani
Abstrak
Industri jasa perbankan syariah di Indonesia berkembang pesat selama dekade terakhir dan telah terbukti mampu bertahan pada saat terjadi krisis ekonomi dimana banyak bank konvensional terguncang dan gulung tikar. Fenomena ketahanan perbankan syariah terhadap krisis ekonomi di berbagai negara terhadap krisis ekonomi yang melanda dunia menunjukkan bahwa perbankan syariah terbukti mampu bertahan terhadap gejolak ekonomi. Perbankan syariah dalam menjalankan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat memiliki tanggung jawab untuk terus meningkatkan kinerjanya sebagaimana halnya perbankan konvensional. Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah telah mendorong tumbuhnya jumlah kantor dan perluasan wilayah pelayanan perbankan syariah di Indonesia. Trend pertumbuhan jumlah kantor bank syariah telah mendorong permintaan akan tenaga kerja perbankan syariah yang sampai saat ini masih belum didukung oleh jumlah lulusan perguruan tinggi program studi perbankan syariah.
Kata kunci: Perbankan Syariah, Sumberdaya Insani
13. Analisis Implementasi Kebijakan Subsidi Pupuk dalam Meningkatkan Produktivitas Petani Lada di kabupaten Bang Tengah
Abstrak
Penelitian ini menggunakan teknik analisis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode eksploratif untuk mengetahui dampak dari petani lada yang menerima intervensi kebijakan. Subyek penelitian adalah petani lada yang menjadi target sasaran kebijakan subsidi pupuk. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik wawancara, dokumen, dan studi kepustakaan. Penelitian ini mempergunakan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dengan metode evaluatif, yakni analisis data dalam uraian tentang implementasi kebijakan subsidi pupuk dalam meningkatkan produktivitas petani lada.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya manfaat dan dampak positif dari implementasi kebijakan subsidi pupuk, serta dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatkan produksi dan produktivitas petani lada di Kabupaten Bangka Tengah. Namun disamping itu masih ditemui adanya beragam masalah di tingkat lapang seperti halnya kepentingan kelompok implementasi kebijakan subsidi pupuk telah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dengna semakin meningkatnya pemahaman masyarakat serta pengawasan di tingkat lapang.
14. Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditi Gula Aren Semut pada Koperasi Usaha Bersama (KUB) Mitra Mandala Kabupaten Lebak Propinsi Banten
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah
- mengetahui gambaran umum dan strategi pengembangan agribisnis yang telah dilaksanakan koperasi
- mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan
- menyusun alternatif strategi pengembangan agribisnis yang dapat diterapkan berdasarkan kepada strategi dan analisis kondisi lingkungan saat ini. Metodelogi yang digunakan adalah analisis IFE, EFE dan Matriks IE, pengolahan data secara kuantitatif dan Matriks SWOT yang dioleh secara kualitatif.
Hasil penelitian diperoleh berdasarkan matriks IE bahwa skor IFE (2,6028) dan EFE (2,8896) pada posisi sel V, hal ini menunjukkan bahwa strategi yang harus dijalankan KUB Mitra Mandaala adalah Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk. Dari analisis faktor internal (IFE) faktor kekuatan (stranght) mempunyai total skor 1,6164 sedangkan kelemahan (weakness) total skor 0,9864. Pada faktor strategi ekternal (EFE) faktor peluang (opportunity) total skor 1,8081 sedangkan total skor ancaman (treats) adalah 1,0815. Rumusan kombinasi IFE dan EFE yang dituangkan kedalam matriks SWOT faktor penting yang harus diperhatikan dalam strategi koperasi dalam pengembangan agribisnis gula semut adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (S-O) yang berada pada penilaian tertinggi.
15. Konsep Dasar Ilmu Ekonomi Perkotaan
Leave a Reply