1. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan Team Assisted Individualization (TAI) pada Materi Turunan Fungsi Ditinjau dari Aktivitas Belajar Peserta Didik SMA Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
- Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe TAI dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi turunan fungsi.
- Apakah peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar yang lebih tinggi, lebih baik hasil belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar yang lebih rendah.
- Apakah pada peserta didik yang memiliki aktivitas belajar sedang dan tinggi bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD), sedangkan pada peserta didik yang memiliki aktivitas belajar rendah bila diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) maupun model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) menghasilkan hasil belajar yang sama pada materi turunan fungsi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ini terdiri kelompok eksperimen 1 yang terdiri dari 32 peserta didik SMA Negeri 3, 31 peserta didik SMA Negeri 2 dan 27 peserta didik SMA Negeri 8, jumlah peserta didik kelompok kelas eksperimen 1 adalah 90 peserta didik, sedangkan kelompok eksperimen 2 terdiri dari 34 peserta didik SMA Negeri 3, 33 peserta didik SMA Negeri 2 dan 24 peserta didik SMA Negeri 8, jumlah peserta didik kelompok kelas eksperimen 2 adalah 91 peserta didik. Jumlah anggota sampel dalam penelitian ini adalah 181 peserta didik diperoleh dengan cara stratified cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, angket dan tes. Prasyarat analisis menggunakan Lilliefors untuk uji normalitas, dan Bartlett untuk uji homogenitas, dengan taraf signifikansi ? = 5%. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
- Hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
- Peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang maupun rendah, sedangkan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar sedang mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
- Untuk setiap kategori aktivitas belajar tinggi, sedang maupun rendah, model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Kata kunci : STAD, TAI, Aktivitas belajar
2. Analisis Proses Pembelajaran Matematika di Kelas VIII Akselerasi SMP Negeri 1 Boyolali
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru matematika di kelas VIII akselerasi SMP Negeri 1 Boyolali.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berjenis studi kasus, yaitu mempelajari secara mendalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran matematika di kelas akselerasi. Subjek penelitian ini adalah guru matematika kelas VIII akselerasi semester I SMP Negeri 1 Boyolali (grade pertama) dan guru matematika kelas VIII akselerasi semester II SMP Negeri 1 Boyolali (grade kedua). Data dalam penelitian ini berupa informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Informasi tentang perencanaan proses pembelajaran meliputi proses penyusunan silabus dan RPP. Informasi tersebut diperoleh dengan cara dokumentasi dokumen-dokumen pendukung yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk wawancara dengan subjek. Hasil transkripsi wawancara selanjutnya direduksi dengan cara mengkategorisasikan kedalam dua kelompok yaitu proses penyusunan silabus dan RPP. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data berdasarkan langkah-langkah proses penyusunan silabus dan RPP kemudian ditarik kesimpulan. Teknik validitas data perencanaan proses pembelajaran yang digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu dengan mencocokkan data dari guru matematika grade pertama dan guru grade kedua. Informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran meliputi pendekatan, strategi dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika di kelas akselerasi. Data tersebut diperoleh dari hasil transkripsi rekaman kegiatan pembelajaran pada dua observasi. Hasil transkripsi tersebut selanjutnya direduksi untuk memperoleh informasi terkait pendekatan, strategi dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data kemudian ditarik kesimpulan. Teknik validitas data pelaksanaan proses pembelajaran yang digunakan adalah triangulasi waktu, yaitu dengan mencocokkan data pelaksanaan proses pembelajaran pada observasi pertama dan observasi ketiga.
Hasil penelitian ini adalah:
- Perencanaan proses pembelajaran matematika di kelas VIII akselerasi SMP Negeri 1 Boyolali sama dengan perencanaan proses pembelajaran matematika di kelas reguler, perbedaannya terletak pada alokasi waktu. Proses penyusunan alokasi waktu pembelajaran di kelas akselerasi setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah minggu efektif yang dilihat dari kalender akademik akselerasi, jumlah, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan suatu kompetensi dasar.
- Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru matematika di kelas VIII akselerasi SMP Negeri 1 Boyolali lebih menekankan pada aktivitas peserta didik. Hal tersebut terlihat dari pendekatan yang digunakan oleh guru yaitu pendekatan tingkah laku (behavior therapy), pendekatan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada teori tingkah laku sebagai aplikasi dari teori behaviorisme. Strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika adalah strategi pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa. Metode yang digunakan guru yaitu mengkombinasikan beberapa metode yaitu metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan latihan yang penggunaannya menekankan pada aktivitas siswa.
Kata Kunci: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, akselerasi
3. Proses Membangun Pengetahuan Konseptual pada Siswa Kelas VIII dalam Pembelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Kudus
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses membangun pengetahuan konseptual pada siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Kudus. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus. Subjek penelitiannya adalah tiga orang siswa kelas VIII dengan masing-masing kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive sampling. Peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif. Data penelitian ini berupa ungkapan siswa terkait dengan proses membangun pengetahuan konseptualnya. Peneliti mendokumentasikan kegiatan pembelajaran menggunakan handycam. Peneliti merekam kegiatan pembelajaran sebanyak 4 kali. Kemudian melakukan wawancara kepada subjek penelitian sebanyak 2 kali untuk setiap kegiatan pembelajaran, sehingga diperoleh 8 hasil wawancara dari setiap subjek penelitian. Wawancara pertama dilakukan setelah pembelajaran berlangsung dan wawancara kedua dilakukan 2 hari setelah wawancara pertama. Setelah diperoleh 4 data observasi terkait pelaksanaan pembelajaran dan 8 data hasil wawancara dari setiap subjek penelitian, peneliti memilih 2 data hasil observasi dan 4 data hasil wawancara dari setiap subjek penelitian yang memberikan data terlengkap. Proses analisis data dimulai dengan mengkaji seluruh data yang dipilih dari hasil rekaman pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil wawancara. Penelitian ini mengikuti tiga tahapan analisis data kualitatif sebagaimana digariskan oleh Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji kredibilitas dilakukan dengan menggunakan membercheck. Penelitian ini mengungkap proses membangun pengetahuan konseptual siswa berkaitan dengan pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori pada materi unsur-unsur kubus dan balok.
Berdasarkan analisis data dari tiga orang subjek dengan kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 1 Kudus, menunjukkan bahwa :
- Proses membangun pengetahuan konseptual pada subjek dengan kemampuan akademik rendah. Awalnya pengetahuan yang diperoleh berkaitan dengan materi yang disampaikan guru pada pembelajaran masih bersifat global. Informasi dan pengetahuan lebih detail diperoleh ketika mengerjakan tugas dari guru, dengan cara:
- memvisualisasikan bentuk kubus dan balok ke dalam bentuk benda lain untuk mengidentifikasi unsur-unsurnya;
- membuat hubungan antara kubus dan balok dengan menganggap keduanya mempunyai unsur yang sama;
- membuat kategori pengelompokkan kubus dan balok dengan melihat bentuk sisinya.
Subjek dengan kemampuan akademik rendah juga melakukan kegiatan lain, seperti:
- mempelajari materi pelajaran dengan membaca buku catatan, buku paket, dan LKS;
- menggunakan buku/catatan yang paling lengkap sebagai acuan dalam belajar;
- mengulang materi pelajaran saat mengikuti les.
- Proses membangun pengetahuan konseptual pada subjek dengan kemampuan akademik sedang. Awalnya pengetahuan yang diperoleh berkaitan dengan materi yang disampaikan guru pada pembelajaran masih bersifat global. Informasi dan pengetahuan lebih detail diperoleh melalui proses mengerjakan tugas dari guru, dengan cara:
- membuat hubungan antara kubus dan balok dengan menganggap keduanya mempunyai unsur yang sama;
- mengidentifikasi bentuk sisi pada balok melalui contoh;
- membuat kategori pengelompokkan kubus dan balok dengan melihat bentuk sisinya.
Subjek dengan kemampuan akademik sedang juga melakukan kegiatan lain, seperti:
- membaca kembali materi pelajaran, buku paket, dan LKS;
- menggunakan materi dari penjelasan guru sebagai acuan dalam belajar;
- memberikan tanda jika terdapat perbedaan isi materi pada beberapa buku yang dipelajari;
- mengerjakan soal yang berbeda dengan contoh dari guru;
- mengikuti les dan bertanya jika belum mengerti.
- Proses membangun pengetahuan konseptual pada subjek dengan kemampuan akademik tinggi. Awalnya pengetahuan yang diperoleh belum sedetail apa yang disampaikan guru. Informasi dan pengetahuan lebih detail diperoleh ketika mengerjakan tugas dari guru, dengan cara:
- melakukan diskusi dengan teman sebaya;
- memvisualisasikan bentuk kubus dan balok ke dalam bentuk benda lain untuk mengidentifikasi unsur-unsurnya;
- menentukan kriteria pengelompokkan kubus dan balok dengan melihat bentuk sisinya.
Subjek dengan kemampuan akademik tinggi juga melakukan kegiatan lain, seperti:
- membaca buku paket dalam mempelajari kembali materi pelajaran;
- mengerjakan soal-soal latihan dengan melihat rumus dan cara penyelesaiannya pada buku panduan yang dimiliki;
- mengikuti les, mengajukan pertanyaan, dan mengerjakan latihan soal ketika les.
4. Studi Implementasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Matematika pada Kelas Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI) SMP Negeri 2 Surakarta
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran matematika, kendala yang dihadapi guru dan solusi yang dilaksanakan oleh guru dalam menghadapi kendala implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Surakarta Kelas Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI). Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk deskriptip kualitatif dengan subjek utama penelitian ini adalah satu orang guru matematika dan enam siswa kelas VII CIBI SMP Negeri 2 Surakarta. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan instrumen bantu pertama berupa lembar observasi guru dan instrumen bantu kedua berupa pedoman wawancara guru dan siswa.
Teknik validitas yang digunakan adalah ketekenunan peneliti dan triangulasi waktu. Teknik analisis data yang digunakan adalah :
- reduksi data,
- penyajian data, dan
- penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian ini adalah:
- Proses implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran adalah sebagai berikut.
- Dalam mengembangkan karakter berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dilakukan dengan pemberian tugas, membimbing siswa kearah jawaban yang benar dan membuat kesimpulan dengan tanya jawab.
- Dalam mengembangkan karakter kerja keras dilakukan dengan pemberian tugas kelompok.
- Dalam mengembangkan karakter keingintahuan dilakukan dengan memberikan contoh materi yang ada dalam kehidupan nyata.
- Dalam mengembangkan karakter kemandirian dilakukan dengan memberikan tugas untuk membaca materi yang akan dibahas pertemuan berikutnya.
- Dalam mengembangkan karakter percaya diri dilakukan dengan menfasilitasi siswa menuliskan hasil di papan tulis.
- Kendala yang dihadapi guru dan solusi yang dilakukan guru adalah sebagai berikut.
- Dalam implementasi karakter berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, siswa yang sangat aktif memonopoli proses tanya jawab sehingga guru perlu membatasi dan memberikan kesempatan kepada siswa yang lainya.
- Dalam implementasi karakter kerja keras, tidak semua siswa dalam kelas mempunyai etos kerja keras yang sama. Solusi yang dilakukan adalah memutarkan video motivasi dan meyakinkan akan kemampuan yang dimiliki siswa, menampilkan hasil karya siswa, dan memberi penghargaan terhadap siswa yang mengerjakan tugas paling baik.
- Dalam implementasi karakter keingintahuan, siswa yang tidak mau berpikir terlalu keras kurang memberikan respon stimulus yang diberikan. Dalam hal ini guru bisa memberi reward berupa nilai.
- Dalam implementasi karakter percaya diri, siswa yang kurang percaya diri akan memilih tugas yang mudah dalam mempresentasikan tugas kelompok, dan dalam menerangkan suara mereka sangat pelan. Solusi yang dilakukan adalah dengan memberikan nilai yang lebih kepada siswa yang menjelaskan tugas kelompoknya, dan membimbing siswa dalam presentasi. Untuk karakter kemandirian guru tidak menghadapi kendala yang berarti.
5. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together (NHT) di SMK Negeri 6 Surakarta
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dan mendeskripsikan peningkatan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru matematika dan siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 28 siswa. Sumber data penelitian diperoleh dari siswa berupa aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran matematika. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi. Teknik analisis data adalah dengan teknik analisis deskriptif. Validasi data dari kemandirian belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan teknik triangulasi penyidik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa terdiri dari kegiatan pendahuluan: apersepsi dengan dengan tanya jawab, tujuan pembelajaran dan motivasi berupa persoalan sehari-hari dan menyampaikan diakhir pembelajaran terdapat penghargaan kelompok dan kuis individu. Kegiatan inti: penyajian informasi dengan mengajak siswa membuka, membaca, dan memahami buku yang berkaitan dengan materi, guru menjelaskan berkaitan dengan materi pada buku, numbering: membagi siswa menjadi beberapa kelompok (4-5 orang) secara heterogen, mengatur posisi duduk kelompok, memberi nomor (1-5) pada masing-masing anggota kelompok secara acak, questioning: memberikan pertanyaan pada siswa berupa LKS, menjelaskan isi, tujuan dan cara mengerjakan LKS, heads together: siswa berdiskusi dan mempersiapkan diri pada kegiatan answering, guru memandu jalannya diskusi, membantu siswa apabila terjadi kesulitan, menyampaikan batasan waktu dalam diskusi kelompok, memotivasi siswa untuk tidak putus asa, answering: siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara guru memanggil satu nomor, 2 siswa dengan nomor yang disebut mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan siswa dan lainnya menanggapi hasil presentasi, guru memberikan pertanyaan berdasar hasil presentasi, membahas hasil pekerjaan siswa, hingga seluruh nomor terpanggil, memotivasi siswa untuk tidak takut salah. Kegiatan penutup: menyimpulkan pembelajaran, penghargaan kelompok, kuis secara individu, menyampaikan materi yang akan dipelajari ada pertemuan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi persentase kemandirian belajar siswa pada pra siklus sebesar 48,53%, siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 18,97% menjadi 67,50% dan siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 15,12% menjadi 82,62%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci :NHT, kemandirian belajar siswa, pembelajaran matematika
6. Analisis Proses Scaffolding pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 4 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses scaffolding pada pembelajaran matematika materi pokok persamaan garis lurus di kelas VIII SMP Negeri 4 Karanganyar tahun pelajaran 2013/2014 untuk pengetahuan konseptual dan untuk pengetahuan prosedural. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Subjek utama dalam penelitian ini adalah satu orang pendidik matematika kelas VIII SMP Negeri 4 Karanganyar. Subjek bantu dalam penelitian ini adalah peserta didik yang menerima scaffolding oleh pendidik pada proses pembelajaran. Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data utama dalam penelitian ini adalah proses scaffolding yang diberikan pendidik pada proses pembelajaran. Data pendukung berupa hasil wawancara terhadap subjek utama dan subjek bantu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipasif pasif dengan merekam menggunakan alat perekam berupa handycam yang dilakukan sebanyak 4 kali. Dari 4 rekaman tersebut selanjutnya dianalisis secara mendalam. Pengambilan data pendukung dilakukan dengan melakukan wawancara tak terstruktur yang direkam menggunakan alat perekam handycam. Penelitian ini mengikuti tiga tahapan analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini teknik keabsahan data menggunakan triangulasi teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan instrumen yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Proses scaffolding pada kegiatan pembelajaran materi persamaan garis lurus untuk pengetahuan konseptual yang diberikan oleh pendidik ialah mengarahkan pekerjaan peserta didik, dan menyajikan rincian dengan jelas dan mengurangi kebingungan peserta didik merupakan proses scaffolding yang sering diberikan oleh pendidik, sedangkan untuk menyajikan pertanyaan mengarahkan, mengevaluasi hasil pekerjaan untuk mengklarifikasi kebenarannya, dan menyajikan penjelasan berupa penyampaian informasi merupakan proses scaffolding yang hanya sesekali diberikan oleh pendidik. Proses scaffolding pada kegiatan pembelajaran materi persamaan garis lurus untuk pengetahuan prosedural yang diberikan oleh pendidik ialah menyajikan penjelasan berupa penyampaian informasi, dan menyajikan pertanyaan mengarahkan merupakan proses scaffolding yang sering diberikan pendidik, sedangkan untuk mengarahkan peserta didik terhadap referensi, mengarahkan pekerjaan peserta didik, melibatkan partisipasi peserta didik, menyajikan rincian dengan jelas dan mengurangi kebingungan peserta didik, dan mengevaluasi hasil pekerjaan untuk mengklarifikasi kebenarannya merupakan karakteristik scaffolding yang hanya sesekali diberikan pendidik.
Kata kunci : scaffolding, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural
7. Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Model Two Stay Two Stray dan Learning Together Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2011/2012
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
- Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik, penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray atau model Learning Together.
- Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik, siswa dengan aktivitas belajar matematika tinggi, sedang atau rendah
- Apakah penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan rendah dan apakah siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan aktivitas rendah.
- Apakah penggunaan model pembelajaran Learning Together siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan rendah dan apakah siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan aktivitas rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain faktorial 2×3. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Sragen semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling dengan sampel penelitian adalah siswa-siswi dari SMP Negeri 2 Sragen, SMP Negeri 2 Ngrampal, dan SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yang masing- masing terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan satu kelas sebagai kelas eksperimen 2. Banyak anggota sampel seluruhnya adalah 187 siswa. Uji instrumen prestasi belajar matematika dilakukan di SMP Negeri 2 Sragen dengan banyak responden 89 siswa. Hasil uji coba 25 butir soal instrumen tes dengan metode KR-20 menunjukkan bahwa indeks reliabilitasnya adalah 0,85. Pengujian keseimbangan kemampuan awal menggunakan uji-t yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil uji kemampuan awal (nilai UASBN) menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal, berasal dari populasi yang homogen, dan mempunyai rataan yang sama. Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 0,05 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors, dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil uji prestasi belajar menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal, dan berasal dari populasi yang homogen.
Hasil uji anava menunjukkan :
- Prestasi belajar pada pokok bahasan Bilangan Pecahan, pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray memberikan prestasi lebih baik daripada model pembelajaran Learning Together.
- Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding siswa aktivitas belajarnya sedang dan rendah, siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding siswa yang memiliki aktivitas belajar yang rendah.
- Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan rendah, siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan aktivitas rendah.
- Penggunaan model pembelajaran Learning Together siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik dibanding dengan aktivitas sedang dan rendah dan siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik dibanding dengan aktivitas rendah.
Kata kunci : PEMBELAJARAN MATEMATIKA, Two Stay Two Stray, Learning Together, Aktivitas Belajar. Prestasi Belajar.
8. Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Posing Setting Kooperatif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Kubu Raya Ditinjau dari Aktivitas Belajar
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
- manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif, atau pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif.
- pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah, manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik.
- pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif, dan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif, manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik, siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang, atau rendah.
- pada aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif, atau pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2×3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri di Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini beranggotakan 196 siswa, dengan rincian 98 siswa pada kelompok eksperimen satu dan 98 siswa pada kelompok eksperimen dua. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika, sedangkan untuk data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil angket aktivitas belajar. Uji coba instrumen tes meliputi penentuan validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji coba instrumen angket meliputi validitas isi, konsistensi internal, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan metode Bartlett. Dengan ? = 0,05, diperoleh simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika menggunakan uji-t diperoleh simpulan bahwa kedua kelompok eksperimen mempunyai kemampuan awal matematika yang seimbang.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama., diperoleh simpulan bahwa :
- Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif memberikan prestasi belajar lebih baik daripada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif.
- Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa dengan aktivitas belajar sedang maupun siswa v dengan aktivitas belajar rendah, siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa dengan aktivitas belajar rendah.
- Pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar sama baiknya dengan prestasi belajar siswa dengan aktivitas belajar sedang, dan memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa dengan aktivitas belajar rendah. Siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa dengan aktivitas belajar rendah. Pada pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif, siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa dengan aktivitas belajar sedang dan rendah, siswa dengan aktivitas belajar sedang memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa dengan aktivitas belajar rendah.
- Pada siswa dengan aktivitas belajar tinggi, pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif memberikan prestasi belajar sama baiknya dibandingkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif, pada siswa dengan aktivitas belajar sedang, pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif memberikan prestasi belajar lebih baik dibandingkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif, pada siswa dengan aktivitas belajar rendah, pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing setting kooperatif memberikan prestasi belajar lebih baik dibandingkan pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing tanpa setting kooperatif.
9. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Sikap Siswa terhadap Matematika dan Pembelajaran Matematika
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui :
- prestasi belajar siswa yang lebih baikantara yang dikenai model TAI-CTL, TAI atau pembelajaran langsung.
- prestasi belajar siswa yang lebih baik antara siswa dengan sikap positif, netral atau negatif.
- prestasi belajar siswa yang lebih baik pada masing-masing model, antara peserta didik dengan sikap positif, netral, atau negatif.
- prestasi belajar siswa yang lebih baik pada masing-masing kategori sikap, antara yang dikenai model TAI-CTL, TAI atau pembelajaran langsung.
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental semu dengan populasi siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel menggunakan stratified cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumen untuk mencari data kemampuan awal, metode tes untuk mengukur prestasi belajar perbadingan dan skala dan metode angket untuk pengkategorian sikap. Pada data kemampuan awal dilakukan uji normalitas dengan metode Lilliefors, uji homogenitas variansi dengan metode Bartlett dan uji keseimbangan menggunakan uji F. Uji hopotesis menggunakan anava dua jalan dan uji lanjut pasca anava menggunakan teknik Scheffe.
Kesimpulan hasil uji hipotesis:
- Prestasi belajar siswa yang dikenai model TAI-CTL lebih baik dari TAI dan pembelajaran langsung, sedang model TAI lebih baik dari pembelajaran langsung.
- Prestasi belajar siswa dengan sikap positif lebih baik dari sikap netral dan negatif, dan sikap netral lebih baik dari sikap negatif.
- Pada pembelajaran TAI-CTL,prestasi belajar siswa pada sikap positif lebih baik dari sikap netral dan negatif, sedang pada sikap netral dan negative sama. Pada pembelajaran TAI , siswa pada sikap positif mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada sikap netral dan negatif, siswa pada sikap netral dan negatif. Pada pembelajaran langsung, prestasi belajar siswa pada sikap positif dan netral sama, siswa pada sikap positif lebih baik dari sikap negatif, siswa pada sikap netral dan negative sama.
- Pada sikap positif, prestasi belajar model TAI-CTL dan TAI sama, sedangkan model TAI-CTL dan TAI memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran langsung, pada siswa dengan sikap netral, model pembelajaran TAI-CTL, TAI, dan langsung memberikan prestasi yang sama, pada siswa dengan sikap negatif, model pembelajaranTAI-CTL, TAI, dan langsung memberikan prestasi yang sama.
10. Eksperimentasi Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang Dimodifikasi Penemuan Terbimbing Berbantuan Microsoft Power Point pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Kedisiplinan Belajar Siswa SMP Negeri Swasta Se Kabupaten Ngawi
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah :
- Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran Think Pair Share yang dimodifikasi penemuan terbimbing berbantuan Microsoft Power Point, model pembelajaran TPS dan model pembelajaran konvensional,
- Untuk mengetahui manakah yang memberikan hasil prestasi belajar lebih baik antara siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar tinggi, sedang dan rendah,
- Untuk mengetahui manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran Think Pair Share yang dimodifikasi penemuan terbimbing berbantuan Microsoft Power Point, model pembelajaran TPS dan model pembelajaran konvensional pada masing-masing kedisiplinan belajar tinggi.
- Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan kedisiplinan tinggi, siswa dengan kedisiplinan sedang dan siswa dengan kedisiplinan rendah pada masing-masing model pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian ini yaitu semua kelas IX SMP Se Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Banyak anggota sampel dalam penelitian ini adalah 282 siswa terbagi menjadi 3 kelompok eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling dan cluster random sampling. Metode dan analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett.
Hasil analisis dengan menggunakan taraf signifikan 5 % dapat disimpulkan bahwa:
- Model pembelajaran Think Pair Share yang dimodifikasi penemuan terbimbing berbantuan Microsoft Power Point lebih baik daripada model pembelajaran TPS dan model pembelajaran konvensional, sedangkan model pembelajaran TPS lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
- Hasil prestasi belajar siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kedisiplinan sedang dan rendah, sedangkan siswa yang memiliki kedisiplinan sedang mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa dengan kedisiplinan rendah.
- Pada siswa dengan kedisiplinan tinggi dan sedang, model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi penemuan terbimbing berbantuan Microsoft Power Point prestasi belajarnya lebih baik daripada model pembelajaran TPS dan model pembelajaran konvensional, sedangkan model pembelajaran TPS prestasi belajarnya lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, tetapi siswa pada kedisiplinan rendah, model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi penemuan terbimbing berbantuan Microsoft Power Point prestasinya lebih baik daripada model pembelajaran TPS dan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi penemuan terbimbing berbantuan Microsoft Power Point dan TPS prestasi belajarnya sama baiknya dengan model pembelajaran konvensional.
- Pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi penemuan terbimbing berbantuan Microsoft Power Point dan TPS, siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi lebih baik daripada kedisiplinan sedang dan rendah, sedangkan siswa dengan kedisiplinan belajar sedang lebih baik daripada siswa dengan kedisiplinan rendah, tetapi pada model pembelajaran konvensional, siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi lebih baik daripada kedisiplinan sedang dan rendah, sedangkan siswa dengan kedisiplinan sedang prestasi belajarnya sama baiknya dengan siswa kedisiplinan rendah.
11. Eksperimentasi Model Problem Based Learning (PBL) dan Model Group Investigation (GI) dalam Pembelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Sikap Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP Se-Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014
Abstrak
Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk menentukan :
- manakah di antara model PBL, GI dan pembelajaran langsung yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik;
- manakah di antara kategori sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah yang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik;
- pada masing-masing kategori sikap percaya diri siswa, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model PBL, GI dan pembelajaran langsung;
- pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik antara sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3 x 3. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 5%. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Madiun. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui nilai murni Ulangan Akhir Semester (UAS) matematika siswa semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 dan digunakan untuk uji keseimbangan antara kelas PBL, GI dan pembelajaran langsung. Metode angket digunakan untuk mengetahui sikap percaya diri siswa, sedangkan metode tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar.
Hasil penelitian ini adalah:
- model GI memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model PBL dan pembelajaran langsung, model PBL memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran langsung;
- prestasi belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah, tetapi prestasi belajar matematika siswa dengan sikap percaya diri sedang sama dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah;
- pada siswa dengan sikap percaya diri tinggi, model PBL sama efektifnya dengan model GI, model PBL dan GI memberikan prestasi yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung, sedangkan pada siswa dengan sikap percaya diri sedang dan rendah, model PBL memberikan prestasi yang sama baiknya dengan model GI dan model pembelajaran langsung;
- pada model PBL, sikap percaya tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada sikap percaya diri rendah, sikap percaya diri tinggi memiliki prestasi yang sama dengan sikap percaya diri sedang, sikap percaya diri sedang memiliki prestasi yang sama dengan sikap percaya diri rendah, sedangkan pada model GI dan pembelajaran langsung ketiga kategori sikap percaya diri memiliki prestasi yang sama.
12. Eksperimentasi Model Problem Posing Tipe Within Solution Posing, Tipe Pre Solution Posing dan Tipe Post Solution Posing pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
- manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pembelajaran dengan model Problem Posing tipe Within Solution Posing, tipe Pre Solution Posing, tipe Post Solution Posing atau model pembelajaran langsung
- manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi, sedang atau rendah
- pada masing–masing model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik, siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi, sedang atau rendah
- pada masing–masing kategori kemampuan penalaran siswa, manakah yang memberikan prestasi lebih baik, model pembelajaran Problem Posing tipe Within Solution Posing, tipe Pre Solution Posing, tipe Post Solution Posing atau model pembelajaran langsung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 4×3. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Banjarnegara. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 316 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan tes kemampuan penalaran. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan metode Bartlett. Dengan a = 0,05, diperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Uji keseimbangan menggunakan analisis variansi satu jalan, diperoleh kesimpulan bahwa keempat kelas memiliki kemampuan awal matematika yang seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe.
Hasil penenlitian menunjukkan bahwa :
- model pembelajaran Problem Posing tipe Within Solution Posing memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model Problem Posing tipe Pre Solution Posing, model Problem Posing tipe Post Solution Posing maupun model langsung, dan model Problem Posing tipe Pre Solution Posing memberikan prestasi belajar lebih baik dibandingkan model Problem Posing tipe Post Solution Posing maupun model pembelajaran langsung, serta model Problem Posing tipe Post Solution Posing memberikan prestasi belajar lebih baik dibandingkan model pembelajaran langsung
- siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi memperoleh prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang maupun siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah, dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang memperoleh prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah
- pada masing-masing model pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi memperoleh prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang maupun siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah, dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang memperoleh prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah
- pada masing-masing kategori kemampuan penalaran, model pembelajaran Problem Posing tipe Within Solution Posing memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model Problem Posing tipe Pre Solution Posing, model Problem Posing tipe Post Solution Posing maupun model langsung, dan model Problem Posing tipe Pre Solution Posing memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model Problem Posing tipe Post Solution Posing maupun model pembelajaran langsung, serta model Problem Posing tipe Post Solution Posing memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran langsung.
13. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Media Komputer pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X di SMK Negeri Kelompok Bisnis dan Manajemen Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
- apakah pembelajaran matematika dengan media komputer menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran dengan media OHP,
- apakah siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan motivasi belajar sedang, dan motivasi belajar rendah, dan
- manakah diantara penggunaan media komputer dan media OHP yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri Kelompok Bisnis dan Manajemen di Kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan cluster random sampling yang terdiri dari 6 kelas sebagai sampel yang dipilih dari masing-masing sekolah diperoleh 3 kelas sebagai kelas eksperimen 1 dengan jumlah 120 siswa, dan 3 kelas sebagai kelas eksperimen 2 dengan jumlah 120 siswa. Metode pengumpulan data adalah metode dokumentasi, angket dan tes. Instrumen penelitian adalah angket motivasi belajar sejumlah 40 butir soal dan tes prestasi belajar sejumlah 25 butir soal. Prasyarat uji analisis dilakukan uji normalitas dengan metode Lilliefors, uji homogenitas digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat, dan uji keseimbangan dengan uji t. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikan 5 %.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
- prestasi belajar matematika siswa yang diberikan pembelajaran dengan media komputer lebih baik daripada siswa yang diberikan pembelajaran dengan media OHP;
- prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar sedang dan motivasi belajar rendah;
- prestasi belajar antara siswa dengan motivasi belajar tinggi, motivasi belajar sedang, dan motivasi belajar rendah berlaku sama (konsisten) untuk tiap-tiap penggunaan media pembelajaran.
14. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Savi dan Reciprocal Teaching pada Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMP Negeri di Kabupaten Sleman
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
- manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran savi, reciprocal teaching atau langsung dalam pembelajaran operasi hitung bentuk aljabar
- manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik
- pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik, siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik
- pada masing-masing gaya belajar, manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik, siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran savi, reciprocal teaching atau langsung.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3??3. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas vii smp di kabupaten sleman. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 285 orang dengan rincian 96 orang untuk kelas eksperimen 1 dan 94 orang untuk kelas eksperimen 2dan95 orang untuk kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan angket gaya belajar siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes prestasi dan angket gaya belajar siswa terlebih dahulu diujicobakan. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator. Daya pembeda tes dan konsistensi internal angket menggunakan rumus korelasi produk momen dari karl pearson. Uji reliabilitas instrumen tes dan angket menggunakan rumus cronbach alpha. Uji keseimbangan menggunakan uji anava satu jalan, dengan 05 , 0 ??? diperoleh kesimpulan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok control dalam keadaan seimbang. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode bartlett. Dengan 05 , 0 ??? diperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan untuk analisis data menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama dan uji komparasi ganda menggunakan metode scheffe’. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh
Kesimpulan sebagai berikut :
- prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran savi, reciprocal teaching serta pembelajaran langsung sama baiknya.
- prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih baik dari pada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Akan tetapi, prestasi belajar siswa yang memiliki
15. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Adversity Quotient Siswa
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
- Pembelajaran matematika pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran TTW atau model pembelajaran NHT.
- Pembelajaran matematika pada pokok bahasan SPLDV, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang termasuk kelompok climbers, kelompok campers, atau kelompok quitters.
- Pembelajaran matematika pada pokok bahasan SPLDV, pada siswa yang termasuk kelompok climbers, manakah yang memberikan prestasi yang lebih baik, model pembelajaran TTW atau model pembelajaran NHT.
- Pembelajaran matematika pada pokok bahasan SPLDV, pada siswa yang termasuk kelompok campers, manakah yang memberikan prestasi yang lebih baik, model pembelajaran TTW atau model pembelajaran NHT.
- Pembelajaran matematika pada pokok bahasan SPLDV, pada siswa yang termasuk kelompok quitters, manakah yang memberikan prestasi yang lebih baik, model pembelajaran TTW atau model pembelajaran NHT.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain faktorial 2 x 3. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP di Surakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 218 orang, dengan rincian 111 orang untuk kelas dengan model pembelajaran TTW dan 107 orang untuk kelas dengan model pembelajaran NHT. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah Stratified Cluster Random Sampling. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah tes hasil belajar matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel serta angket Adversity Quotient siswa dalam bentuk pilihan ganda. Pada uji coba butir tes hasil belajar matematika diuji tentang reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda. Sedangkan uji coba instrumen butir angket Adversity Quotient siswa diuji tentang konsistensi internal dan reliabilitas. Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan taraf signifikan 5%. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat, yaitu: uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett dan hasilnya adalah normal dan homogen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan SPLDV:
- Prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TTW sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran NHT.
- Prestasi belajar matematika siswa kelompok climbers lebih baik dibandingkan kelompok campers dan kelompok quitters, sedangkan prestasi belajar matematika siswa kelompok campers sama dengan kelompok quitters.
- Pada kelompok climbers, pembelajaran dengan model TTW maupun NHT menghasilkan prestasi belajar yang sama.
- Pada kelompok campers, pembelajaran dengan model TTW maupun NHT menghasilkan prestasi belajar yang sama.
(5) Pada kelompok quitters, pembelajaran dengan model TTW maupun NHT menghasilkan prestasi belajar yang sama.
Leave a Reply