HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Jasa Pembuatan Tesis Papua 2016/2017

1.Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan

Abstrak

Peningkatan jumlah penduduk disertai adanya perubahan iklim yang semakin ekstrim mengakibatkan penurunan ketersediaan sumber pangan pokok. Hal ini menuntut kita untuk berupaya lebih serius dalam mengupayakan sumber pangan lain di luar beras melalui penganekaragaman sumber bahan pangan. Meskipun sasarannya adalah menurunkan permintaan terhadap bahan pangan utama sumber karbohidrat, yakni beras, tetapi penganekaragaman pangan juga dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi bahan pangan lain di luar beras sebagai sumber karbohidrat. Selain untuk menurunkan konsumsi beras, sumber pangan yang beraneka juga lebih baik bagi kesehatan, pertumbuhan dan dapat meningkatkan kecerdasan. Salah satu sumber bahan pangan lokal dan menjadi sumber karbohidrat bagi sebagian masyarakat Indonesia adalah sagu.

 

Sagu merupakan sumber pangan karbohidrat bagi masyarakat Indonesia di provinsi-provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Bagi generasi muda, sagu kurang populer dibandingkan beras yang dinilai lebih mudah didapat dan lebih praktis dalam pengolahan sebagai makanan pokok. Meskipun demikian, sebagai sumber karbohidrat potensi sagu sangat besar. Peluang pengembangan sagu sebagai substitusi bahan dasar produk pangan, seperti mie, roti, biskuit, kue, makanan kudapan/ringan sangat terbuka dan menjanjikan.

 

2. Kajian Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Penetapan Kawasan Konsevasi Perairan dan Strategi Perwujudan di Kota Sorong Provinsi Papua Barat

Abstrak

 

Penetapan kawasan konservasi merupakan perwujudan dari pengembangan Struktur Tata Ruang yang berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Peran serta masyarakat harus dilibatkan pada identifikasi, perancangan, dan pelaksanaan berbagai kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan kawasan konservasi. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa keberhasilan upaya pengelolaan kawasan konservasi perairan tidak hanya tergantung pada pemerintah saja, tetapi juga tergantung dari partisipasi masyarakat sekitar dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan penetapan kawasan konservasi perairan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan persepsi, partisipasi masyarakat dan peran pemerintah dalam penetapan kawasan konservasi perairan. Metode penelitian ini adalah survei dengan penekanan pada variabel persepsi, partisipasi masyarakat dan peran pemerintah. Nilai skor yang digunakan untuk persepsi dan partisipasi seseorang atau sekolompok orang tentang fenomena sosial yaitu skala Likert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan mempunyai tingkat persepsi rendah hingga sedang, 53,19% responden sangat mendukung, 35% responden cukup mendukung dan 11,14% responden kurang mendukung rencana penetapan kawasan konservasi di Kota Sorong. Tingkat partisipasi nelayan berada pada tingkat partisipasi rendah (37%-56%) dan masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan penebangan mangrove. Sedangkan dalam pengawasan, partisipasinya rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah tentang pentingnya hutan mangrove. Peran pemerintah dalam penetapan Kawasan Konservasi pada Kelurahan Pulau Raam, Pulau Soop, dan Remu Selatan tergolong pada tingkat sedang (54,3%- 64,58%), sedangkan pada Kelurahan Saoka dan Klaligi tergolong rendah. Hasil uji chi square didapatkan bahwa hubungan antara persepsi dan partisipasi dalam rencana penetapan kawasan konservasi perairan di Kota Sorong pada pada taraf signifikasi (a)= 0.05 dengan nilai X2 hit (33.498) > J’2 tabel (9.488). Hal ini menunjukan bahwa persepsi dan partisipasi masyarakat berbeda nyata dalam penetapan Kawasan Konservasi Perairan di Kota Sorong atau dengan kata lain hipotesis (Ho) ditolak pada derajat signifikasi (a) = 0,05. Hasil uji keeratan atau koefisien kontingensi didapatkan nilai C = 0,38 atau berada pada tingkat keeratan rendah.

 

3. Kajian Keragaman Genetik Phalangersp. Asal Papua berdasarkan Sekuen Gen Cytochrome C Oxidase Subunit-1 (Cox1), 12s RRNA, dan Nadh Dehidrogenase Subunit 4l (ND4L)

Abstrak

 

Phalanger sp. salah satu dari famili Phalangeridae merupakan satwa endemik dari wilayah Indonesia timur yang secara hukum dilindungi melalui diterbitkannya Peraturan Perburuan Binatang Liar (PPBL) no 226/1931, UU no 5/1990, UU no 7/1999, dimasukkannya ke daftar IUCN dalam kategori endangered species, dalam CITES, digolongkan dalam Apendix II, serta dilakukan konservasi in-situ maupun ex-situ. Jika tidak segera dilakukan tindakan pencegahan dan pelestarian, maka akan menambah daftar satwa yang telah punah.

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji keragaman genetik gen Cytochrome c Oxidase SubUnit-1 (COX1), 12S rRNA, dan NADH Dehidrogenase SubUnit 4L (ND4L) pada Phalanger sp. asal Papua. Deoksiribonukleotida (DNA) yang diisolasi dari darah Phalanger sp. untuk digunakan sebagai DNA cetakan dalam proses amplifikasi dengan metode PCR. Primer yang digunakan dalam penelitian didesain untuk mengamplifikasi gen Cytochrome c Oxidase SubUnit-1 (COX1), 12S rRNA, dan NADH Dehidrogenase SubUnit 4L (ND4L). Hasil sekuensing dengan gen 12S rRNA memperlihatkan bahwa kedua sampel darah tersebut adalah Phalanger sp.

 

4. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Nduga Provinsi Papua

Abstrak

     Tujuan penelitian ini adalah untuk:

  • Menganalisis pengaruh lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi, dan pemantauan terhadap laporan keuangan pemerintah Kabupaten Nduga, Provinsi Papua; dan
  • Mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap laporan keuangan pemerintah Kabupaten Nduga, Provinsi Papua,

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif deskriptif yang menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yakni dokumentasi, dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Dinas Pengelolaaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Nduga. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus yaitu seluruh populasi dijadikan responden yakni sebanyak 40 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan sistem pengendalian intern yang terdiri atas: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi & komunikasi, dan pemantauan berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan pemerintah Kabupaten Nduga; dan 2) Pengujian secara parsial menunjukkan sistem pengendalian intern yang terdiri atas: kegiatan pengendalian, informasi & komunikasi, dan pemantauan berpengaruh signifikan dan positif terhadap iaporan keuangan pemerintah Kabupaten Nduga, sedangkan variabel lingkungan pengendalian, dan penilaian risiko berpengaruh tidak signifikan terhadap Iaporan keuangan pemerintah. Dari ketiga variabel bebas yang berpengaruh signifikan tersebut, ternyata variabel kegiatan pengendalian yang dominan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pemerintah Kabupaten Nduga,rekomendasi penelitian adalah seyogyanya kegiatan pengendalian, informasi & komunikasi, dan pemantauan perlu dipertimbangkan dalam sistem pengendalian intern, sedangkan lingkungan pengendalian, dan penilaian risiko masih perlu ditingkatkan secara maksimal agar dapat mendukung kualitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten Nduga di masa akan datang.

 

5. Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata di Kabupaten Jayawijaya

 

Abstrak

Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu daerah di Provinsi Papua yang berpotensi untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya. Di Kabupaten Jayawijaya terdapat banyak objek wisata daerah baik wisata alam, wisata budaya maupun wisata minat tertentu yang sampai saat sebagian besar belum ditata dan kelola dengan baik. Pemerintah Daerah belum maksimal dalam mempromosikan wisata tersebut mengakibatkan potensi-potensi objek wisata yang dimiliki tidak dapat berkembang secara optimal. Sektor pariwisata memerlukan suatu strategi dengan pola pengembangan kepariwisataan yang terencana atau tersusun agar potensi yang di miliki bisa di kembangkan secara optimal. Didalam memajukan sektor pariwisata ditingkat daerah peran pemerintah daerah adalah sebagai motor penggerak yang selanjutnya memberikan kewenangan penuh kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Jayawijaya dalam menentukan strategi-strategi pembangunan kepariwisataan.

 

Di sini penulis ingin mengetahui sejauh mana strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Jayawijaya dalam mengembangkan potensi pariwisata daeralmya, sehingga muncul dua permasalahan, yaitu pertama bagaimana strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Jayawijaya dalam pengembangan pariwisata daerah,kedua faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata daerah di Kabupaten Jayawijaya. Berdasarkan hasil penelitian maka strategi pengembangan pariwisata di kabupaten Jayawijaya dapat dilakukan melalui:

  • Strategi Pengembangan Produk wisata. Strategi ini meliputi :
    • Strategi pengembangan wisata alam
    • strategi pengembangan wisata budaya
    • strategi pengembangan wisata minat khusus
  • Strategi pengembangan promosi dan pemasaran
  • Strategi pengembangan sumber daya man usia
  • Strategi pengembangan investasi
  • strategi pengelolaan lingkungan.

 

Faktor-faktor yang menghambat pengembangan pariwisata di kabupaten Jayawijaya adalah:

  • infrastruktur seperti jalan raya yang kurang memadai , penginapan yang kurang mendukung, sarana air
  • bersih yang kurang baik,
  • kurangnya koordinasi antara instansi terkait dalam mengembangkan komoditas unggulan sebagai obyek pariwisata
  • kurangnya interaksi antara penyuluh lapangan dengan masyarakat untuk pengembangan sektor pariwisata, sedangkan faktor pendukung pengembangan pariwisata di kabupaten Jayawijaya adalah
    • letak geografis yang startegis.
    • potensi alam yang indah
    • dukungan masyarakat lokal,
    • keamanan yang kondusif dan stabil.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data dengan SWOT analysis.

6. Implementasi Otonomi Khusus dalam Keuangan Daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kahupaten Nduga

Abstrak

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

  • Mendeskripsikan dan menganalisis secara cermat tentang implementasi otonomi khusus dalam pengelolaan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Da~rah Kabupaten Nduga;
  • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat implementasi otonomi khusus dalam pengelolaan keuangan daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nduga.

Penelitian ini digunakan pendekatan pendekatan kualitatif, berarti mengandalkan temuan dan kemampuan dalam melakukan analisis intormasi melalui pedoman wawancara dan observasi. Instrumen penelitian ini dengan wawancara mendalam mengacu pada teori Edward III, menyatakan terdapat empat faktor dalam implementasi kebijakan, yaitu komunikasi,sumber daya, disposisi, dan strktur birokrasi. Model yang digunakan sebagai bahan analisis adalah konsep teori untuk menyatakan temuan atau fakta empiris.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implemec.tasi otonomi khesus dalam pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Nduga, yang ditinjau dari aspek komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi, belum terlaksana sesuai yang diharapkan. Faktor-faktor pendukung implementasi otonomi khusus dalam pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Nduga, antara lain: kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, aspek sosial politik, aspek pertahanan dan keamanan, serta pertimbangan dan syarat lain dalam menyelenggarakan otonomi khusus. Sedangkan faktor penghambat antara lain: ketidaksamaan pemahaman dan persepsi tentang otonomi khusus, ketidakpercayaan antara masyarakat Papua dan pemerintah pusat, ketidaksiapan pemerintah daerah, kuantitas dan kualitas pelaksana otsus yang masih terbatas, belum adanya petunjuk teknis (Juknis) sebagai penjabaran dari UU Otsus, belum ditetapkannya Perdasus tentang pembagian, pengelolaan serta penerimaan keuangan sebagai bagian dari implementasi otonomi khusus, dan pola hubungan kerja yang belum terbangun secara sinergis.

 

7. Kajian Kelayakan Mutu dan Keberhasilan Usaha Pengolahan Tuna Loin Segar Skala Rumah Tangga Serta Strategi Pengembangannya di PPI Hamadi – Jayapura

 

Abstrak

PPJ (Pangkalan Pendaratan ikan) Hamadi yang berada di utara Provinsi Papua tepatnya wilayah Kola Jayapura, berbatasan secara langsung dengan Samudera Pasifik menjadikan lokasi ini sangat potensial terhadap pengernbangan usaha perikanan tuna loin segar skala rumah tangga. Namun di PPI ini belum dilakukan pengolahan tuna loin segar yang mengacu kepada cara berproduksi yang baik (Good Manufacturing Practise/GMP) dan persyaratan sanitasi yang higiene (Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP) belum dilakukan menjadikan sistem pengolahan unit usaha tuna loin segar skala rumah tangga tersebut digolongkan pada tingkat sangat tidak layak. Setelah dilakukan observasi dan penilaian kelayakan dengan menggunakan cek-list kelayakan dasar pengolahan yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan nomor : PER.O11/DJ-P2HP/2007 ditemukan sejumlah penyimpangan meliputi penyimpangan minor = 5, mayor = 49, serius = 40, dan kritis = 8.

 

Di sisi lain, pengembangan usaha tuna loin segar secara finansial layak dan menguntungkan mengingat nilai anal isis Revenue COSI – Ratio > I dan Payback Period kurang dari 1 tahun dengan asumsi harga jual tuna loin segar harus lebih besar dari Break Even Poin. Harga per loin saat ini berkisar Rp. 54.452,- atau dengan kata lain loin yang dihasilkan harus berkualitas (sangat bagus) mengingat penentuan harga produk tuna loin identik dengan nilai kesegaran ikan dan hal ini mempengaruhi mutu (Grade) loin yang diterima oleh konsumen. Berdasarkan Analisis matriks IE terhadap karakteri stik nilai dari faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahahan dari unit usaha tuna loin segar skala rumah tangga yang terpetakan pada kuadran V, mengandung makna bahwa kebijakan strategi yang diambil harns diarahkan untuk mempertahankan kondisi sambil melakukan pertumbuhan.

 

Selanjutnya dengan menggunakan analisis matrik grand strategi menempatkan posisi unit usaha tuna loin segar berada pada kuadran 1, yakni kebijakan strategi diarahkan untuk agresif. Dengan kala lain kebijakan yang diambil diarahkan untuk menggunakan faktor kekuatan internal yang dimiliki unit usaha untuk menangkap faktor peluang ekstemal yang mempengaruhi unit usaha tuna loin segar skala rumah tangga saat ini. Melalui analisis menggunakan matriks SWOT dipero leh lima kebijakan strategi primitas dari tingkat ranking teratas untuk pengembangan unit usaha pengolahan tuna loin segar, yakni strategi seperti SO1 ,WO1, S03, S04, ST1 yang secara garis besar mencakup evaluasi terhadap optimalisasi proses produksi melalui pembenahan proses pengolahan, mutu produk, barga, promosi, peningkatan SOM, pengembangan sarana prasarana dan peningkatan peran lembaga institusi pemerintah terkait untuk mendorong pertumbuhan usaha terhadap tuntutan permintaan pangsa pasar yang cenderung meningkat.

 

8. Kajian Struktur Komunitas dan Komposisi Vegetasi Mangrove serta Sistem Pengelolaannya di Kelurahan Samkai Kabupaten Merauke

 

Abstrak

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat penting bagi lingkungan di sekitamya. Kelurahan Samkai yang terletak pada wilayah pesisir Kabupaten Merauke Provinsi Papua merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di wilayah pesisir pantai. Daerah ini memiliki sumber daya alam berupa mangrove yang masih perlu dijaga kelestariannya. Permasalahan yang ada di daerah ini diantaranya adalah banyaknya kayu mangrove dijadikan arang/kayu bakar dan untuk tempat tinggal serta keperluan lainnya.

 

Vegetasi mangrove dan tumbuhan lain yang menyusun ekosistem hutan mangrove yang ditemui di kelurahan Samkai meliputi berbagai jenis dintaranya adalah Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Plumbaginaceae, Rubiaceae, Meliaceae, Myrtaceae, Arecaceae, Combretaceae, Asclepiadaceae, Euphorbiaceae, Myrsinaceae dan Acanthaceae. Hasil analisis vegetasi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa Indeks Nilai Penting Jenis dari seluruh transek yang tertinggi adalah Avicennia Eucalyptifolia dan untuk rata-rata nilai Indeks Keanekaragaman nilainya di bawah 1 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis vegetasi mangrove tergolong rendah tidak berbeda jauh dengan Indeks Kemerataan yang rata-rata memiliki niiai di bawah 10% yang menunjukkan sebaran individu antara jenis mangrove tergolong rendah.

 

9. Motivasi Berprestasi Tutor terhadap Kualitas Tutorial Tatap Muka Mahasiswa Program Pendas di UPBJJ UT Sorong

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Motivasi dan Berprestasi Tutor dalam Kualitas Tutorial Tatap Muka Mahasiswa Program Pendas di UPBJJ-UT Sorong Berdasarkan Penelitian,bahwa data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yakni melalui pembuatan tabel distrtibusi frekuensi.

 

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPBJJ-UT Sorong dengan ukuran sampel sesuai dengan jumlah populasi sebanyak 96 orang tutor yang tersebar di seluruh Provisi Papua Barat diperoleh jumlah sampel 30 responden Hasil Penelitian menunjukkan bahwa

  • Motivasi Tutor dalam Kualitas Tutorial terhadap tinggkat kepuasan Mahasiswa menunjukkan signifikan dalam pelaksanaan tutorial menunjukkan “Selalu”
  • Bantuan dan Bimbingan Belajar menunjukkan kategori “Selalu”sehingga berkorelasi antara Motivasi Tutor dan bimbingan belajar dalam kualitas tutorial di UPBJJ-UT Sorong.
  • Rancangan Aktifitas Tutorial dan Sat menunjukkan hal yang positif dalam Motivasi Tutor dalam merancangan kegiatan tutorial menunjukkan “Selalu”sehingga tutor termotivasi dalam membuat RAT dan SAT dan Administrasi Tutorial lainnya.
  • Layanan Bantuan Media menunjukkan “Selalu”dan berkonstribusi positif dalam layanan kualitas berprestasi tutor dalam tutorial.
  • Keterampilan Dasar Tutorial Memotivasi Tutor dalam tutorial sehingga menunjukkan dalam pengelolan kelas menunjukkan hal yang signifikan.
  • Variasi Metode dalam Tutorial akhirnya menciptakan kondisi dinamis dalam tutorial menunjukkan “Selalu”dalam menggunakan variasi metode dikelas.

 

10. Pengelolaan Rekruitmen Calon Pega Wai Negeri Sipil pada Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Aparatur di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua

Abstrak

      Tujuan penelitian ini adalah untuk:

  • pengelolaan rekruitmen calon pegawai negeri sipil pada Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Aparatur di Kabupaten Nduga; dan
  • Mengetahui faktor-faktor yang
  • mempengaruhi pengelolaan rekruitmen calon pegawai negeri sipil pada Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Aparatur di Kabupaten Nduga.

Penelitian ini digunakan pendekatan pendekatan kualitatif, berarti mengandalkan temuan dan kemampuan dalam melakukan analisis informasi melalui pedoman wawancara dan observasi. Instrumen penelitian ini dengan wawancara mendalam pengelolaan rekruitmea calon pegawai negeri sipil, yaitu:

Identifikasi kebutuhan dalam rekruitmen, dasar rekruitmen, penentuan sumber-sumber rekruitmen, dan penerapan metode rekruitmen. Model yang digunakan sebagai bahan analisis adalah konsep teori untuk menyatakan temuan atau fakta empms.

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan rekruitmen CPNS pada Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Aparatur di Kabupaten Nduga belum terlaksana secara efektif, terutama yang terkait dengan perencanaan rekruitmen, proses pelaksanaan rekruitmen, penganalisaan dan penilaian rekruitmen CPNS termasuk Identifikasi kebutuhan dalam rekruitmen, dasar rekruitmen, penentuan sumber-sumber rekruitmen, dan penerapan metode rekruitmen yang tepat. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan rekruitmen CPNS pada Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Aparatur di Kabupaten Nduga, adalah: faktor organisasi, meliputi: kesan yang dimiliki organisasi, perencanaan sdm, persyaratan pekerjaan, proses perekrutan masa lampau, dan faktor lingkungan, meliputi: kondisi pasar kerja, k:ecenderungan perekonomian, perilaku masyarakat, peraturan pemerintah.

11. Evaluasi Model Diseminasi Portal Guru Pintar Online (GPO) (Studi kasus Diseminasi GPO tahun 2011)

 

12. Akuntabilitas Publik di Bagian Perekonomian dan SDA Sekretariat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat dalam Pemberian Izin Usaha Pertambangan

 

13. Tingkat Penerapan Konservasi Sumber Daya Ikan Berbasis Nelayan Tradisional

 

14. Analisis Kapasitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?