1. Kesulitan Belajar Suatu Studi Komperatif antara Perlakuan dengan Teknik Rogerian, Teknik Remedial dan Teknik Konvensional untuk Menanggulangi Kesulitan Belajar yang Dialami oleh Siswa-Siswi Kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta , 1982
Abstrak
Pelajaran di tiap kelas sekolah dasare biasanya disetujukan kepada siswi rata-rata, sedangkan ditiap kelas sealalu terdapat siswa-siswi yang cepat menangkap pelajaran dan ada yang terlambat. Golongan yang terakhir inilah yang paling dirugikan apabila guru kurang memberi perhatian khusus kepada mereka. Akibatnya ialah mereka makin lama makin tidak dapat mengikuti pelajaran dan akhirnya mereka terpaksa tinggal kealas. Hal ini pada hakekatnya merupakan suatu kerugian baik dipandang dari sudut anak itu sendiri , maupun dari sudut pembangunan nasional.
Dalam disertai ini dibahas masalah siswa-siswi SD yang tidak dapat mengikuti pelajaran , yang biasanya dinamakan “ Mereka yang tergolong anak dengan kesulitan belajar “ adalah mereka yang memperlihatkan presrtasi belajar yang tidak seimbang dengan taraf intelegensinya . pada anak-anak ini terdapat diskrepansi antara belajarnya pontesial dengan prestasi belajarnya yang actual. Kesulitan belajar ini biasanya amemsnifestasikan diri dalam pelajaran Bahasa (dyslexia) dan matematika (dyscalculi).
2. Analisis Pengaruh Kuaitas Layanan (Servqual) terhadap Kepuasan dan Kepatuhan Wajib Pajak PBB-P2 pada Unit Pelayanan Pajak Daerah Kramat Jati
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh layanan terhadap kepuasan dan kepatuhan wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) Kramat Jati, yang sejak tanggal 1 Januari 2013 menjadi pajak Daerah sebagai diskresi (perluasan) dari pajak Pusat, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak daerah menjadi sumber utama penerimaan daerah di Ibukota Jakarta. Pengelolaan PBB-P2 tentunya menjadi tantangan bagi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk menunjukkan kemampuannya mengelola pajak ini. Terlebih kelak, PBB akan menjadi primadona bagi penerimaan di DKI Jakarta, termasuk pada UPPD Kramat Jati. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survey. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penjelasan karakteristik responden dan data penelitian dianalisa secara statistik, dengan pengujian hasil hipotesa menggunakan SPSS versi 17. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang datang ke UPPD Kramat Jati untuk memperoleh pelayanan PBB, sejak Januari sampai dengan Mei 2013. Teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner dan studi dokumen dengan data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa :
- variable tangible, reability, assurance dan empathy tidak berpengaruh signifkan secara parsial terhadap kepuasan wajib pajak.
- variable responsiveness berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan wajib pajak.
- variable tangible, responsiveness, assurance dan empathy tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.
- variable reability dan kepuasan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.
- variable kepuasan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.
- dan variable tangible, reability, responsiveness, assurance, empathy dan kepuasan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun kualitas layanan PBB pada UPPD Kramat Jati masih sangat lemah pengaruhnya terhadap kepuasan wajib pajak, sehingga perlu optimalisasi kinerja UPPD agar lebih baik di masa yang akan dating
3. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMK Melalui Strategi Pembelajaran REACT (Studi Eksperimen di SMK Negeri 52 Jakarta)
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematik siswa SMK melalui penerapan pembelajaran dengan strategi REACT. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X sebuah SMK Negeri di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan sampel terdiri dari dua kelas. Satu kelas ekperimen yaitu kelas yang memperoleh pembelajaran trigonometri dengan penerapan strategi REACT. Sedangkan kelas pembanding atau kelas kontrol yaitu kelas yang memperoleh pembelajaran trigonometri dengan pembelajaran konvensional.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa soal tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematik bentuk essay dan format observasi. Data berupa hasil tes yaitu hasil pretes dan postes dicari gain temormalisasi (N-Gain kemudian dianalisis secara kuantitatif. Uji statistik yang digunakan adalah Uji-t untuk skor N-Gain kemampuan pemahaman matematik dan Uji uji t’ (t aksen) untuk skor N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematik dengan menggunkanan SPSS 16.0. Hasil uji analisis dengan uji-t diperoleh Asym.Sig.(l-tailed) = 0,000 dan dengan uji t’ (t aksen) diperoleh Asym.Sig.(l-tailed) = 0,000. Untuk data berupa hasil observasi dianalisis secara kualitatif dan hasilnya menggambarkan bahwa pembelajaran dengan strategi REACT berjalan cukup baik dan cukup mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Ketika siswa mampu menemukan pengetahuannya dan mampu menyelesaikan persoalan yang diberikan, muncul rasa percaya diri untuk menemukan kembali pengetahuan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
- Peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa dengan penerapan strategi REACT lebih tinggi daripada siswa dengan pembelajaran konvensional.
- Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan penerapan strategi REACT lebih tinggi daripada siswa dengan pembelajaran konvensional.
4. Penentuan Jenis Spirulina Sp. di Situ Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Abstrak
Situ Babakan di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, merupakan salah satu kawasan konservasi yang peruntukannya dimanfaatkan sebagai badan penampung resapan air, irigasi, rekreasi, dan penanggulangan banjir. Di samping itu, situ Babakan juga merupakan habitat penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan air mulai dari golongan alga (mikroalga biru hijau-Spirulina sp.) sampai jenis tanaman tinggi. Ketersediaan data tentang Spirulina relatif masih sedikit dan belum terdokumentasi dengan baik di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Diharapkan melalui penelitian tentang penentuan jenis Spirulina di situ Babakan dapat diketahui nama-nama jenis mikroalga tersebut, selanjutnya juga dilakukan pengukuran beberapa parameter lingkungan yang menjadi faktor pembatas kehidupannya. Nama-nama jenis mikroalga tersebut diperoleh melalui cara identifikasi setiap jenis dan menghitung jumlah individu Spirulina. Proses identifikasi Spirulina tidak sampai pada tingkat spesies tetapi hanya sampai tingkat genus. Hal ini disebabkan sampel mikroalga yang diperoleh tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukannya identifikasi sampai tingkat jenis, yang memerlukan keterampilan khusus. Di situ Babakan ditemukan Spirulina yang jumlah dan macam jenisnya sangat sedikit, diduga rendahnya temuan tersebut disebabkan perairan danau mengalami eutrofikasi. Dampak dari terjadinya eutrofikasi adalah kualitas air situ Babakan rendah sekali (buruk) sehingga Spirulina tidak tumbuh dengan baik dan subur.
Data hasil pengukuran kondisi lingkungan memperkuat penyebab rendahnya kualitas air yakni:
- rerata derajat keasaman air tidak ideal untuk pertumbuhan Spirulina karena terlalu asam,
- tingkat kecerahan air rendah sekali (inlet = 12 cm, midlet = 2 cm, outlet = 3 cm) menyebabkan penetrasi cahaya sinar matahari yg menembus ke dalam perairan sangat dangkal,
- konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah (0,79-2,1 mg/l), sehingga menyebabkan kualitas air sangat buruk dan tidak mendukung Spirulina tumbuh optimal.
Di situ Babakan juga ditemukan mikroalga lain sebanyak 17 macam jenis dengan jumlah individu yang bervariasi. Nitzschia merupakan mikroalga yang memiliki jumlah individu terbanyak (183 individu) dengan sebaran cukup merata di keempat plot penelitian.
Kata kunci: situ Babakan, Spirulina.
5. Analisis Kelayakan Finansial Penambahan Sistem Distribusi Air Bersih PT. Palyja ke Wilayah Segitiga Emas Kuningan Jakarta
Abstrak
Pemberlakuan pajak air tanah seperti tercantum dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 37 tahun 2009 tentang Nilai Perolehan Air Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah yang berlaku efektif per Agustus 2009 mulai menunjukan hasil yaitu adanya peningkatan suplai air bersih ke wilayah sampel (segitiga Emas Kuningan Jakarta), akibatnya perlu tambahan pipa distribusi yang mencangkup daerah segitiga emas Kuningan Jakarta. Laporan ini bertujuan untuk mempelajari kelayakan finansial tambahan sistem distribusi air bersih tersebut. Metode yang dipergunakan dalam menganalisa kelayakan financial sistem pipa distribusi PT PALYJA yang mensuplai wilayah segitiga emas Kuningan Jakarta adalah dengan menghitung Pay back Period, Internal Rate of Return dan Net Present Value. Evaluasi kelayakan dari kondisi belum ada tambahan suplai air bersih sampai tersedia tambahan suplai air bersih (Tangerang atau Jatiluhur). Hasil perhitungan kelayakan finansial dari model finansial diharapkan dapat digunakan untuk melakukan analisa pengembangan sistem distribusi air bersih di wilayah kerja PALYJA yang lain.
6. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif tipe STAD vs Ekspositori dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA
Abstrak
Pembelajaran ekspositori merupakan strategi paling dominan atau menjadi strategi dasar yang selalu digunakan. Pembelajaran kooperatif dipandang lebih baik daripada pembelajaran secara individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dipandang lebih memberikan kesempatan siswa untuk lebih terlibat dalam belajar, karena dalam pembelajaran kooperatif tipe tipe STAD siswa dalam kelompok yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin berbeda harus aktif saling membantu dalam belajar, menghargai kelompok serta memiliki tujuan belajar yang sama. Pembelajaran kooperatif menempatkan belajar berpusat pada siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji:
- perbedaan hasil belajar pemahaman konsepfisika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran ekspositori;
- perbedaan hasil belajar pemahaman konsep fisika antara siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda;
- pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran tipe STAD vs ekspositori dan gaya kognitif terhadap hasil belajar pemahaman fisika;
- perbedaan hasil belajar aplikasi konsep fisika antara kelompok siswa yangdibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD vs ekspositori;
- perbedaan hasil belajar aplikasi konsepfisika antara kelompok siswa yang memiliki gaya kognitifberbeda;
- pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajarfisika.
Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan faktorial nonequivalent control group design, yang dilaksanakan pada empat kelas, ditentukan melalui undian yaitu kelas XMIA A, XMIA B, XMIA C, XMIA D di SMA Negeri 58 Jakarta Timur berjumlah 144 orang. Dua kelas sebagai kelas eksperimendan dua kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar dikumpulkan melalui kegiatan prates dan pascates dianalisis dengan menggunakan uji statistik MANCOVA berbantuan program SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
- strategi pembelajaran tipe STAD menunjukkan hasil belajar pemahaman dan aplikasi konsep fisika yang lebih baik daripada strategi pembelajaran ekspositori;
- siswa yang memiliki gaya kognitif field independent menunjukkan hasil belajar pemahaman konsep fisika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent;
- terdapatinteraksi antara strategi pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar pemahaman konsep fisika;
- siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan hasil belajar lebih tinggi pada aplikasi konsep fisika dibandingkan dengan strategi pembelajaran ekspositori;
- siswa yang memiliki gaya kognitif field independent menunjukkan hasil belajar aplikasi konsep fisika lebih tinggi daripada gaya kognitif field dependent;
- tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar aplikasi konsep fisika.
Berdasarkan temuan penelitian ini disarankan :
- guru hendaknya menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu strategi pembelajaran dalam pembelajaran fisika;
- guru perlu memperhatikan gaya kognitif siswa sebelum menerapkan strategi pembelajaran.
7. Model Kebijakan untuk Pengendalian Pencemaran Deposisi Asam di Provinsi DKI Jakarta
Abstrak
Peningkatan kualitas hidup ditandai dengan peningkatan kebutuhan energi. Oi Indonesia, dan di DKI Jakarta khususnya, sebagian besar kebutuhan energi dipenuhi melalui pembakaran BBF (bahan bakar fosil). Selain menghasilkan energi pembakaran BBF mengemisikan berbagai polutan ke udara, antara lain berupa gas SOx dan NOx yang menyebabkan polusi deposisi asam. Sebagai upaya menjaga kualitas udaranya pemerintah provinsi OKI Jakarta telah mengembangkan berbagai kebijakan. Namun kebijakan ini belum berfungsi secara maksimal, hal ini dibuktikan dengan data dan studi yang telah dilakukan terhadap kualitas udara di DKI Jakarta. Data dan studi mengenai konsentrasi ambien gas SOx dan NOx memperlihatkan kecenderungan peningkatan konsentrasi polutan tersebut. Sementara itu sebagian penduduk OKI Jakarta menggunakan BBF secara berlebihan atau boros. Penelitian ini diharapkan dapat merrtberikan kebijakan altematif yang dirumuskan secara kuantitatif, agar dapat dijadikan model bagi para pengambil keputusan. Selanjutnya altematif kebijakan yang dikembangkan dapat diterapkan untuk mengendalikan pencemaran deposisi asam, dan hasilnya diharapkan lebih baik dibandingkan dengan kebijakan yang telah ada.
Guna mencapai tujuan umum tersebut, penelitian ini secara lebih spesifik bertujuan untuk:
1) Menganalisis jumlah optimal BBF yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi penduduk OKI Jakarta agar pencemaran deposisi asamnya minimal, untuk mengetahui tingkat pemborosan penggunaan BBF.
2) Mengestimasi nilai ekonomi dari kerusakan yang disebabkan oleh deposisi asam akibat penggunaan BBF sebagai sumber energi dan memprediksi nilai tersebut dimasa yang akan datang.
3) Memfonnulasikan altematif-altematif kebijakan untuk mengendalikan pencemaran deposisi asam.
Pengembangan model kebijakan pada penelitian ini diawali dengan perancangan model optimasi guna mengetahui jumlah optimum BBF yang dapat digunakan oleh penduduk DKI Jakarta sebagai sumber energi. Model optimasi dikembangkan dengan metode goal programming menggunakan perangkat lunak GAMS (Dellink, 2004; Thompson dan Thore, 1992). Langkah berikutnya adalah perancangan model simulasi sistem dinamik untuk menjawab pertanyaan seberapa besar nilai kerusakan yang ditimbulkan oleh polusi deposisi asam. Model simulasi sistem dinamik dikembangkan menggunakan software VENSIM (Pedercini, 2003). Berdasarkan kedua model yang dikembangkan (optimasi dan simulasi) dirancanglah berbagai altematifkebijakan melalui metode multi kriteria analisis dengan bantuan perangkat lunak PRIME (Belton dan Stewart, 2002; Gustafsson et aI., 200 I).
Penelitian ini mengambil Provinsi DKI Jakarta sebagai wilayah yang diteliti. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data mengenai kondisi sosial demografi DKI Jakarta yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik). Data mengenai faktor iklim dan konsentrasi pencemar udara di Jakarta diperoleh dari BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika), dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHO) di Jakarta. Data jumlah dan jenis kendaraan didapatkan dari Badan Pembinaan Keamanan Direktorat Lalu Lintas, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Ditlantas Polri). Data sekunder yang diperoleh adalah data tahun 1993 sampai dengan tahun 2004, namun demikian data tahun 1998 tidak disertakan dalam analisis, karena merupakan data pencilan akibat terjadinya krisis nasional pada saat itu. Selain menggunakan data tersebut, pengembangan model juga didasarkan atas rumus-rumus, faktor-faktor konversi, serta data dari berbagai hasil penelitian terdahulu.
Hasil yang diperoleh dari pengembangan model optimasi dengan metode goal programming menyatakan bahwa jumlah optimal BBF bagi penduduk DKI Jakarta adalah setara dengan produksi energi Iistrik sebesar 50,691 milyar kWh dengan nilai jual Rp. 25,090 Triliun. Jika nilai jual energi ini dibandingkan dengan PORB pada tahun 2004 yang besamya Rp.70,843 Triliun, maka diperoleh nilai penggunaan energi sebesar 35,416 persen dari PORB. Besamya perbandingan antara jumlah konsumsi energi terhadap PORB merupakan gambaran pemborosan penggunaan energi di DKI Jakarta. Efisiensi penggunaan energi dapat dicapai melalui berbagai kebijakan, antara lain kebijakan peningkatan harga BBF, mengurangi subsidi BBM, memberikan subsidi bagi pengguna alat transportasi yang tidak menggunakan BBM, serta penghematan penggunaan energi nasional pada kegiatan transportasi, industri, dan rumah tangga. Hasil pengembangan model simulasi sistem dinamik memperlihatkan bahwa peningkatan konsentrasi pencemar akan melampaui BMA, yang ditetapkan dalam Keputusan Gubemur DKI Jakarta No 55 I tahun 2001, pada tahun 2008 untuk gas S02 dan tahun 2012 untuk gas N02. Oilewatinya BMA akan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap kondisi sosial dan ekonomi (Ostro, 1994 dan Syahril et al., 2002). Dilewatinya BMA gas S02 mulai tahun 2008, akan mengakibatkan sejumlah orang sakit LRI (lower respiratory illnesses) pada anak dan sakit COA (chest discomfort among adults), serta adanya orang yang meninggal prematur. Jika kondisi tersebut dibiarkan, dalam arti tidak ada tindakan untuk mengurangi pencemaran gas S02, maka tahun 2025 diprediksi jumlah yang orang sakit dan meninggal akan meningkat secara signifikan. Sedangkan kelebihan konsentrasi gas NO2 terhadap baku mutunya di udara ambien yang diestimasi mulai terjadi tahun 2012 akan menyebabkan terdapat orang yang sakit sesak nafas. Pada akhir masa simulasi (tahun 2025) jumlah tersebut diprediksi meningkat cukup drastis.
Prediksi biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akibat adanya pencemaran gas S02 dan NO2 sebagai penyebab deposisi asam’ adalah Rp.985,29 Triliun pada tahun 2025. Biaya kesehatan tersebut diprediksi akan meningkat dari tahun ke tabun, dan hal ini menggambarkan bahwa pencemaran udara merupakan hal yang bersifat kumulatif serta perlu untuk segera diatasi. Bentuk tindakan guna mengatasi dampak negatif pencemaran udara adalah penerapan kebijakan guna mereduksi emisi gas-gas pencemar yang disebabkan oleh kegiatan antropogenik. Kebijakan tersebut dapat merupakan gabungan dari kebijakan berbasis CAC (command and control), dalam hal ini berupa penetapan BME dan BMA, serta kebijakan berbasis IE (instrumen ekonomi) berupa denda bagi kegiatan yang emisinya melebihi BME.
Parameter ekonomi yang ditinjau dalam pengembangan model simulasi sistem dinamik meliputi manfaat bersih dan nilai manfaat bersih sekarang (PVnetben). Pada kondisi seperti sekarang, prediksi manfaat bersih yang diperoleh dari nilai penjualan Iistrik dikurangi dengan biaya kesehatan dan lingkungan akibat pencemaran gas S02 mulai tahun 2021 akan bemilai negatif. Guna mengatasi nilai negatif manfaat bersih yang terdapat pada sub-model pencemaran gas S02, maka dilakukan intervensi struktural dalam sub-model tersebut dengan memberikan variabel kebijakan emisi (kebijakan berbasis lingkungan) dan kebijakan kenaikan harga listrik (kebijakan berbasis ekonomi). Kedua kebijakan tersebut diasumsikan mulai berlaku tahun 2015, hasilnya memperlihatkan bahwa akan terjadi kembali penurunan nilai manfaat bersih mulai tahun 2020. Hasil simulasi ini mengindikasikan perlunya dilakukan evaluasi dan revisi terhadap kebijakan untuk mengatur pencemaran setiap 5 tahun, seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Kedua pengembangan model di tahap awal penelitian ini mengindikasikan bahwa parameter ekonomi berpengaruh cukup signifikan terhadap nilai keuntungan penjualan listrik atau nilai manfaat bersih. Hal ini menjadi acuan bagi pengembangan model altematif kebijakan, yang harus mempertimbangkan adanya kebijakan berbasis insentif ekonomi. Tahap akhir penelitian pengembangan altematif kebijakan dilaksanakan dengan mengusulkan 3 skenario basis pembangunan, yaitu pembangunan berlangsung seperti sekarang (bussiness as usual = BAU atau kondisi status quo), atau kebijakan pembangunan yang berbasis ekonomi (economic driven), atau kebijakan pembangunan yang berlandaskan lingkungan (environmental driven).
Output dari model MCDA berupa antisipasi bahwa kebijakan pembangunan yang berbasis lingkungan lebih baik dibandingkan dengan kebijakan pembangunan berbasis ekonomi ataupun pembangunan seperti sekarang. Bentuk tindakan guna mengatasi dampak negatif pencemaran udara adalah penerapan kebijakan guna mereduksi emisi gas-gas pencemar yang disebabkan oleh kegiatan antropogenik. Kebijakan tersebut dapat merupakan gabungan dari kebijakan berbasis CAC (command and control), dalam hal ini berupa penetapan BME dan BMA, serta kebijakan berbasis IE (instrumen ekonomi) berupa denda bagi kegiatan yang emisinya melebihi BME. Disarankan kajian akademik yang menyertai penge’mbangan suatu kebijakan hendaknya dapat diakses oleh masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan komitmen untuk mematuhinya.
8. Model Kebijakan Reduksi Pencemaran PM10 dari Emisi Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta
Abstrak
Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di Jakarta mengakibatkan menurunnya kualitas udara ambien yang disebabkan oleh meningkatnya polutan yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Jenis polutan yang diemisikan sangat bergantung pada kondisi kendaraan dan kualitas bahan bakar yang digunakannya. Kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin sebagian berkontribusi terhadap gas buang Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida (NOx), dan Hidrokarbon (HC) serta Timbel (Pb), sedangkan kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar mengemisikan debuJpartikulat dan Sulfur dioksida (S02). Jenis partikulat atau partikel-partikel debu yang umum terdapat di udara mengandung berbagai zat kimia diantaranya adalah partikel Karbon, Besi oksida (Fe203, Fe304), Magnesium oksida (MgO), Aluminium oksida (AL203) dan lainnya.
Beberapa sifat partikel yang dapat menentukan tingkat bahaya bagi kesehatan manusia adalah ukuran partikel dan kemampuan absorbsi partikel terhadap molekul-molekul gas. Partikel Karbon merupakan partikel yang memiliki daya absorbsi molekul-molekul gas yang baik, termasuk molekul-molekul gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
PM10 adalah partikel debu yang diametemya berukuran lebih kecil dari 10 µmeter (mikrometer atau mikron). Partikel tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui sistem pemapasan, sehingga semakin kecil ukuran partikel semakin jauh penetrasi partikel tersebut ke dalam sistem pemapasan. Ditinjau dari ukuran partikel dan daya absorbsi partikel serta kandungan zat kimia dari partikel, maka PM10 termasuk polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan dapat menyebabkan kematian. Data statistik menunjukkan bahwa meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di Jakarta menyebabkan meningkatnya emisi PM10 dengan rata-rata peningkatan lebih dari 500 ton/tahun antara tahun 1999-2004. Diprediksi penggunaan kendaraan terutama kendaraan pribadi akan terus meningkat selama belum tersedianya altematif sarana transportasi umum yang dapat memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat. Dengan demikian, emisi PM10 akan terus meningkat.
Monitoring udara ambien menunjukkan bahwa konsentrasi ambien PM10 di beberapa wilayah telah melampaui BMA. Secara rata-rata konsentrasi ambien PM10 tahunan di Jakarta telah melampaui BMA. Semakin besar selisih konsentrasi ambien PM10 terhadap BMA, akan semakin besar dampak PM10 terhadap gangguan kesehatan.
Beberapa kebijakan telah dilaksanakan untuk mereduksi emisi polutan dari kendaraan di Jakarta, baik melalui penetapan baku mutu emisi (BME) yang merupakan kebijakan nasional maupun kebijakan yang bersifat lokal untuk mereduksi jumlah kendaraan yang memasuki pusat kota Jakarta. Namun, kebijakan tersebut belum dapat mereduksi emisi polutan total dari kendaraan di Jakarta, sehingga emisi polutan total yang berasal dari kendaraan terus meningkat per tahunnya. Dengan meningkatnya emisi polutan total dari kendaran tersebut, maka konsentrasi ambien polutan tahunan akan terus meningkat. Berdasarkan analisis pengaruh meningkatnya emisi dari kendaraan terhadap konsentrasi ambien PM10 dan tidak berhasilnya kebijakan yang diterapkan untuk mereduksi kerusakan lingkungan yang terjadi, maka penelitian ini dibutuhkan. Secara umum penelitian ini bertujuan membangun model untuk menganalisis interaksi dinamis antara faktor-faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi sebagai dasar analisis kebijakan pengendalian pencemaran PM10 dari kendaraan bermotor. Secara spesifik penelitian ini bertujuan menganalisis dampak meningkatnya emisi PM10 dari kendaraan terhadap menurunnya kualitas udara ambien, mengestimasi kerugian sosial dan ekonomi dari pencemaran PM10 , dan merumuskan kebijakan berdasarkan hasil analisis dan estimasi tersebut. Pemodelan dengan sistem dinamis merupakan metode penelitian yang dapat digunakan untuk mengestimasi variabel lingkungan, sosial dan ekonomi yang akan terjadi pada masa mendatang, sehingga intervensi kebijakan dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan, kerugian sosial dan ekonomi yang lebih besar. Validasi model menggunakan uji teori dan uji sensitivitas (robustness) dilakukan untuk menghasilkan model yang valid dan reliabel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode statistik sederhana, metode pemodelan sistem dinamis, dan metode analisis multi kriteria. Metode statistika sederhana untuk menganalisis variabel yang digunakan seperti data penduduk, PDRB, dan data meteorologi. Metode pemodelan dengan sistem dinamis digunakan untuk mengestimasi besarnya emisi, konsentrasi ambien, dan dampak pencemaran PMIO pada kerugian sosial dan kerugian ekonomi. Metode analisis multi kriteria untuk menganalisis kebijakan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari berbagai sumber. Keterbatasan data penggunaan kendaraan di Jakarta untuk mengestimasi emisi kendaraan, model dinamis yang dibangun menggunakan metode perbandingan antara data penelitian telah digunakan pada penelitian sebelumnya. Model dispersi Gaussian untuk wilayah perkotaan digunakan untuk menentukan besarnya konsentrasi ambien PM10 . Model dampak sosial dan ekonomi menggunakan fungsi dose-response. Melalui model dinamis dapat diestimasi pengaruh meningkatnya emisi PM10 dari kendaraan per tahun terhadap menurunnya kualitas udara ambien, besarnya gangguan kesehatan (kerugian sosial), dan kerugian ekonomi akibat pencemaran PM10 . Simulasi model dinamis dilakukan pada kondisi emisi kendaraan tidak terkontrol (Bussiness as Usual = BAU), kondisi diberlakukan baku mutu emisi (BME) kendaraan, dan kondisi di mana diberlakukan kontrol terhadap volume kendaraan. Simulasi tersebut dilakukan untuk menentukan efektivitas masing-masing kebijakan tersebut dalam mereduksi kerusakan lingkungan, kerugian sosial, dan kerugian ekonomi. Untuk menentukan keberhasilan intervensi kebijakan dalam mereduksi kerusakan lingkungan, kerugian sosial dan kerugian ekonomi, digunakan metode analisis multi kriteria (Multiple Criteria Decision Analysis = MCDA). Variabel-variabel yang digunakan dalam MCDA tersebut adalah variabel lingkungan, sosial, ekonomi yang diperoleh dari simulasi model dinamis dan variabel institusi sebagai variabel yang tumt mempengaruhi keberhasilan kebijakan untuk mencapai tujuan. Kebijakan lingkungan yang telah diterapkan di Jakarta merupakan kebijakan command and control (CAC), sedangkan kebijakan lingkungan yang menggunakan instrumen ekonomi (IE) belum pernah diterapkan. Menggunakan MCDA dapat ditentukan efektivitas kebijakan CAC dan IE dalam menurunkan tingkat kerusakan lingkungan, kerugian sosial, dan kerugian sosial. Hasil model dinamis menunjukkan bahwa estimasi emisi PM10 dari kendaraan pada tahun 2005 sekitar 8812 tonltahun dan kontribusi emisi kendaraan pada emisi total PMIO di Jakarta sebesar 74.5 persen pada tahun tersebut. Hal tersebut menyebabkan konsentrasi ambien PM10 telah berada di atas BMA bagi kesehatan di sebagian besar wilayah di Jakarta. Agar konsentrasi ambien PM10 memenuhi BMA maka emisi kendaraan harus direduksi lebih dari 60 persen. Meningkatnya konsentrasi ambien PM10 di atas BMA menyebabkan dampak pencemaran pada kesehatan penduduk Jakarta dan kerugian ekonomi akibat pencemaran tersebut juga meningkat. Pada tahun 2005 diestimasi jumlah kasus gangguan pemapasan akibat pencemaran PM10 lebih besar dari 78 ribu kasus dengan nilai ekonomi mencapai 4.6 triliun rupiah. Sedangkan biaya degradasi lingkungan mencapai 5.7 triliun rupiah atau sekitar 8.1 persen dari PDRB Jakarta pada tahun 2004. Kerugian secara sosial dan ekonomi tersebut akan terus meningkat apabila tidak dilakukan intervensi kebijakan untuk mereduksi tingkat emisi PM 10 dari kendaraan berrnotor. Beberapa skenario kebijakan dibangun untuk menganalisis efektivitas masingmasing kebijakan tersebut dalam mereduksi emisi PM10 dari kendaraan berrnotor. Skenario tersebut adalah skenario penggunaan BME Euro2, skenario penggunaan BME kendaraan diesel sarna dengan BME kendaraan bensin untuk kategori kendaraan penumpang, bis kecil dan truk kecil, dan skenario pembatasan volume kendaraan di wilayah Jakarta. Skenario tersebut disimulasikan untuk 2 (dua) kondisi yaitu kondisi pertama di mana kebijakan dapat diberlakukan secara langsung atau sekaligus dan kondisi kedua di mana pemberlakuan kebijakan dilaksanakan secara bertahap. Simulasi model dinamis untuk kondisi pertama menghasilkan bahwa kebijakan penggunaan BME Euro2 merupakan kebijakan yang paling efektif menurunkan tingkat emisi PM10 dari kendaraan. Sedangkan simulasi model dinamis pada kondisi kedua menghasilkan bahwa kebijakan pembatasan volume kendaraan merupakan kebijakan yang paling efektif dalam menurunkan emisi PM10 dari kendaraan. Dengan demikian untuk simulasi kebijakan lebih lanjut digunakan hasil model dinamis pada kondisi kedua. Hasil simulasi kebijakan menggunakan MCDA menunjukkan bahwa kebijakan pembatasan volume kendaraan merupakan kebijakan yang memiliki tingkat kegagalan terkecil. Namun, kebijakan pembatasan volume kendaraan membutuhkan kesiapan sarana transportasi urnum yang memadai dan karena itu membutuhkan pengelolaan yang lebih sulit dan pendanaan yang lebih besar dibandingkan skenario lainnya. Kebijakan penggunaan BME Euro2 merupakan kebijakan kedua terbaik karena kebijakan ini baru dapat dilaksanakan untuk kendaraan bam. Dari sisi pengelolaan kebijakan ini lebih mudah dilakukan dan membutuhkan pendanaan yang lebih kecil di bandingkan skenario pembatasan volume kendaraan dan penggunaan BME diesel sama dengan BME kendaraan bensin. Dengan demikian, kebijakan BME Euro2 merupakan kebijakan yang fisibel untuk diterapkan di Jakarta. Kebijakan BME Euro2 dituangkan dalam Kepmen LH Nomor 14112003 dan dioperasionalkan melalui Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 2/2005 yang menetapkan bahwa setiap kendaraan harus memenuhi BME dan harus melakukan uji emisi. Kegiatan uji emisi kendaraan merupakan kegiatan untuk memastikan bahwa setiap kendaraan memenuhi BME, atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk memonitor emisi total kendaraan.
Kepmen LH Nomor 141/2003 dan Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 2/2005 merupakan kebijakan CAe. Kegiatan uji emisi atau monitoring emisi dari sumber bergerak dalam hal ini dari kendaran bermotor suiit dilakukan melalui kebijakan CAC karena kegiatan tersebut membutuhkan teknologi peralatan untuk pengawasan, dan pendanaan kegiatan yang besar, serta kesiapan sumberdaya manusia (SDM) dalam mengoperasikan. Karena itu, berbagai negara menggunakan instrumen ekonomi sebagai instrumen insentif yang dapat mengubah perilaku masyarakat untuk menurunkan emisi polutan dari kendaraan bermotor.
Beberapa negara menggunakan berbagai jenis instrumen ekonomi dan berhasil menurunkan emisi polutan dari kendaraan secara efektif. Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan untuk menilai efektivitas antara kebijakan CAC dan instrumen ekonomi menggunakan metode MCDA. Hasil yang diperoleh adalah bahwa kebijakan instrumen ekonomi merupakan kebijakan terbaik dengan tingkat kegagalan terkecil dalam mereduksi emisi dari kendaraan.
Berdasarkan hasil analisis kebijakan tersebut dan polluter pays principle maka instrumen ekonomi dapat diterapkan untuk mengendalikan pencemaran dari emisi kendaraan bermotor sebagai bagian dari kebijakan lingkungan. Beberapa instrumen ekonomi seperti pajak kendaraan, subsidi terhadap penggunaan alat kontrol polusi pada kendaraan, dan pajak penggunaan jalan yang telah diterapkan dibeberapa negara dapat digunakan sebagai model instrumen ekonomi dalam kebijakan lingkungan di wilayah Jabodetabek.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah meningkatnya emisi PM10 dari kendaraan mempercepat terjadinya degradasi kualitas udara ambien. Untuk memperoleh konsentrasi ambien sesuai dengan BMA untuk kesehatan maka dibutuhkan reduksi emisi lebih dari 60 persen dari tingkat emisi kendaraan pada tahun 2005. Menurunnya kualitas udara ambien menyebabkan meningkatnya berbagai gangguan kesehatan dan secara rata-rata gangguan kesehatan meningkat di atas 10 persen per tahun. Nilai ekonomi dari gangguan kesehatan tersebut pada tahun 2005 mencapai 7 persen dari PDRB Jakarta pada tahun 2004. Upaya pengendalian pencemaran udara selama ini dilakukan melalui kebijakan penetapan standar emisi kendaraan belum efektif menurunkan emisi dari kendaraan bermotor. Karena itu, kebijakan standar emisi tersebut harus diikuti oleh kebijakan instrumen ekonomi karena pengawasan emisi total kendaraan melalui kebijakan CAC tidak cost-effective. Pemberlakuan kebijakan lingkungan harus mencakup wilayah Jabodetabek, karena tingginya penglaju dari wilayah Bodetabek.
Penggunaan revenu dari instrumen insentif yang berkaitan dengan kendaraan bermotor harus dapat dikembalikan kepada masyarakat dalam 3 (tiga) bentuk yaitu: pertama meningkatkan prasarana dan sarana transportasi sebagai pelayanan yang diberikan pada pembayar pajak. Kedua, meningkatkan fasilitas kesehatan sebagai pelayanan yang diberikan pada masyarakat yang terkena dampak. Ketiga, untuk biaya abatemen dengan memberikan subsidi bagi penggunaan alat kontrol polusi pada kendaraan lama yang belum memenuhi BME serta memperluas ruang terbuka hijau yang dapat mereduksi emisi polutan dari kendaraan.
9. Model Layanan Perijinan di Daerah Penyangga DKI Jakarta (Studi Kasus Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bekasi)
Abstrak
Kota Bekasi merupakan salah satu daerah penyangga (hinterland) DKI Jakarta yang sangat berpontensi menerima perluasan perkembangan dan memenuhi kebutuhan pertumbuhan DKI Jakarta sebagai metropolitan sebagai cerminan trickle down effect. Untuk itu, salah satu signifikansi layanan perijinan terpadu satu pintu yang disediakan oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bekasi adalah untuk mengakomodasi pertumbuhan dan perkembangan Kota Bekasi sebagai daerah penyangga DKI Jakarta. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci yang terllibat dalam layanan BPPT Kota Bekasi, yakni Ketua Bidang, Koordinator dan masyarakat pemohon, serta narasumber pakar administrasi publik, selain dilakukan observasi dan studi kepustakaan khususnya pada laporan bulanan BPPT Kota Bekasi, maupun studi literatur lain yang mendukung. Teknik analisis data dengan triangulasi data sumber dan informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model layanan perizinan Kota Bekasi sebagai daerah penyangga DKI Jakarta mengakomodasi layanan yang terintegrasi dari beberapa badan teknis, menunjukkan hasil penerbitan perizinan yang besar terutama pada penerbitan ijin mendirikan bangunan dan izin angkutan. Model layanan tersebut berbasis e-adm yang terbatas dan belum pada tingkatan model interaktif. Mekanisme penciptaan keunggulan layanan terletak keunggulan internal dan eksternal khususnya pada dukungan teknologi informasi yang akan dikembangkan ke model interaktif, komitmen kerja yang tinggi pada level operasional, pengawasan operasional kerja administrasi layanan yang berlapis serta outlet layanan. Di sisi lain, menunjukkan adanya kelemahan model layanan pada penanganan pengaduan yang belum memberikan ruang konsultasi dan partisipasi publik dalam memberi masukan bagi perbaikan proses model layanan, seperti yang diwacanakan dalam new public service dan strategi layanan.
10. Analisis Partisipasi Publik dalam Perumusan Kebijakan Daerah (Studi Kasus Perumusan Perda DKI Jakarta)
Abstrak
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah deskripsi tahapan-tahapan dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007 tentang Pengendalian Pemeliharaan dan Peredaran Unggas di DKI Jakarta, bentuk partisipasi publik DKI Jakarta dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007 dan alasan publik DKI Jakarta berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007 serta cara-cara publik DKI Jakarta berpartisipasi dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007. Fokus tersebut berangkat dari kebutuhan riil Pemerintah Pusat dan Daerah saat ini yang berdasarkan paradigma baru otonomi daerah dituntut untuk terus meningkatkan partisipasi publik dalam perumusan kebijakan daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian eksploratif terhadap tahapan-tahapan dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007 di DKI Jakarta, bentuk partisipasi publik DKI Jakarta dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007, dan alasan publik DKI Jakarta berpartisipasi dalam hal mendukung atau menolak Perda Nomor 4 tahun 2007 serta cara-cara publik DKI Jakarta berpartisipasi dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007. Data diambil melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan kunci, studi dokumen, dan studi pustaka. Informan kunci dalam penelitian ini, yaitu para pejabat Pemda yang terlibat langsung dalam perumusan kebijakan daerah, Anggota DPRD, tokoh-tokoh LSM, YLKI, pengusaha ternak, dan pedagang ayam. Data yang terkumpul dikategorisasi, dipetakan (mapping), kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasilnya yaitu :
- salah satu tahapan dari sepuluh tahapan dalam perumusan Perda DKI Jakarta Nomor 4 tahun 2007 menunjukkan adanya upaya Pemda DKI melibatkan partisipasi publik dalam perumusan Perda walaupun masih pada taraf dengar pendapat umum masyarakat. Publik yang dilibatkan masih sangat terbatas dan masyarakat yang terkena dampak langsung kebijakan belum secara optimal dilibatkan,
- bentuk partisipasi publik DKI Jakarta dalam perumusan Perda DKI Jakarta Nomor 4 tahun 2007 baru pada tataran konsultasi dimana pemerintah meminta saran dan kritik dari masyarakat sebelum Perda ditetapkan,
- alasan publik DKI Jakarta berpartisipasi dalam hal mendukung Perda Nomor 4 tahun 2007 yaitu karena adanya kesadaran untuk menerima kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemda. Sementara alasan publik atau masyarakat DKI menolak pemberlakuan Perda Nomor 4 tahun 2007 yaitu karena mereka merasa dirugikan dengan adanya Perda yang bersangkutan dan mereka tidak dilibatkan dalam perumusan Perda tersebut, dan
- cara-cara publik DKI Jakarta berpartisipasi dalam perumusan Perda Nomor 4 tahun 2007 yaitu melalui forum curah pendapat dan demonstrasi
11. Pengembangan Model Optimasi dan Simulasi untuk Penyuluhan tentang Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Guna Meminimalisir Dampak Perubahan Iklim
Abstrak
Beberapa penelitian terkait perubahan iklim di Jakarta menyatakan bahwa pencemaran udara dan ketersediaan air bersih sudah mencapai tingkat kritis, dan salah satu upaya mereduksinya adalah peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 proporsi ideal RTH di kota besar seperti Jakarta adalah 30 persen dari luas daerah tersebut, tetapi sekarang RTH di Jakarta hanya sekitar 9 persen. Di satu sisi peningkatan luas RTH di Jakarta membutuhkan biaya sangat besar, karena harga tanah di Jakarta sangat mahal. Di sisi lain RTH sangat penting untuk menyediakan udara dan air bersih. Penelitian ini akan mencari jumlah optimum luas RTH Jakarta, dan memprediksi kerugian yang akan dihadapi Jakarta jika RTH tidak diperluas. Optimasi akan dilakukan dengan metode Goal Programming, sedangkan prediksi menggunakan simulasi sistem dinamik. Hasil penelitian berupa model optimasi dan simulasi menjadi dasar pengembangan media penyuluhan mengenai pentingnya RTH.
12. Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke DKI Jakarta
Abstrak
Perkembangan kepariwisataan di Indonesia sangatlah tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia, Singapura dan Thailand, walaupun kenyataannya Indonesia memiliki banyak atraksi wisata dan budaya yang berbeda-beda tiap provinsinya. Rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan rendahnya pendapatan devisa dari sektor pariwisata dalam lima tahun terakhir, serta rendahnya daya saing pariwisata Indonesia yang dikeluarkan oleh Forum Ekonomi Dunia tahun 2009 menempatkan Indonesia pada posisi ke 81 jauh dibawah Singapura pada posisi ke 10. Dengan melihat masalah diatas, maka peneliti berkeingian untuk melakukan penelitian untuk mengetahui adapah ada pengaruh ke-14 kriteria daya saing pariwisata yang dikeluarkan oleh Forum Pariwisata Dunia tahun 2009 sebagai variabel bebas, terhadap sasaran pemasaran pariwisata Indonesia sebagai variabel terikat (untuk meningkatkan jumlah wisatawan, lama tinggal, dan pengeluaran wisatawan). Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jakarta, khususnya wisatawan mancanegara yang menginap di Jalan Jakarta dari bulan September sampai Desember 2009. Jumlah responden sebanyak 150 orang dengan menggunakan metode sampel aksidental. Untuk uji validitas digunakan analisa faktor. Untuk menganalisa data penulis menggunakan analisa regresi yaitu uji F, uji t dan koefisien determinasi dengan menggunakan program komputer SPSS 12.00.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa secara bersamaan ada pengaruh yang signifikan antara ke-14 kriteria daya saing pariwisata sebagai variabel bebas (X) dengan sasaran pemasaran pariwisata sebagai variabel terikat (Y) dan H1 diterima. Nilai uji t dari masing-masing variabel X memperlihatkan bahwa variabel X6 (infrastruktur transportasi udara) positif perpengaruh terhadap variabel Y dan H6 diterima. Nilai uji t untuk variabel X12 (daya terik pariwisata) berpengaruh positif terhadap variabel Y dan H12 diterima. Temuan di atas sangatlah berguna bagi para pengambil keputusan dibidang pariwisata dalam rangka memprioritaskan pengembangan kepariwisataan khususnya untuk wisatawan mancanegara lower class untuk masalah infrastruktur transportasi udara dan daya terik pariwisata. Disarankan dalam pengembangan pariwisata untuk menambah jumlah armada penerbangan baik lokal maupun internasional, jumlah tempat duduk, jumlah operator, menambah jadwal penerbangan reguler ke berbagai daerah tujuan wisata dan pengaturan kepadatan penumpang, pengantar dan barang dibandar udara. Untuk segi daya tarik pariwisata terutama keterbukaan masyarakat kepada pengunjung asing terutama kepada wisatawan mancanegara yang lower class mempunyai dampak penting atas daya saing pariwisata.
13. Perilaku Tidak Memilih (Non-Voting Behavior) pada Pemilihan Umum Presiden Tahap Pertama Di DKI Jakarta
Abstrak
Penulis tertarik untuk meneliti perilaku tidak memilih pada pemilu presiden tahap pertama karena pemilu presiden bam pertama kali diselenggarakan di Indonesia,sehingga diasumsikan masyarakat masih antusias untuk memilih calon pemimpin mereka. Nanun pada kenyataannya ada sebagian 1nasyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalam tesis ini adalah mengapa sebagian masyarakat Jakarta tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum tahap pertama, dan apa faktor-faktor yang menjadi penyebab mereka tidak memilih. Beberapa teori yang digunakan dalam tesis ini adalah Teori Partisipasi Politik dari Samuel Huntinton dan Joan M. Nelson, Teori Negara Birokratis Otoritarian dari Guillermo O’Donnel dan Korporatisme Negara dari Phillipe Schmitter dan Richard Gunter, serta Teori Perilaku Tidak Memilih dari beberapa sarjana seperti: Campbell dkk, Shaffer, Abramson dan Aldrich~ Milrath dan Goel~ Downs, Davis, Hinich dan Ordeshook.
Penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif, dengan teknik analisa deskriptif analitis. Sistetn penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobabilita dengan sistem snowball, untuk informan dari masyarakat umum, serta sistem purposive, untuk informan dari tokoh opinion leader. Tokoh-tokoh tersebut adalah Arbi Sanit dari Ul, Ikrar Nusa Bhakti dari LIPI, Anies Baswedan dari LSI, Erianto dari LSI, Mohamad Qodari dari LSI, dan Fadjroel Rahman dari PEDOMAN. Basil temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah alasan masyarakat Jakarta yang berhasil diwawancarai, tidak 1nenggunakan hak pilihnya, karena tidak menyukai semua calon presiden dan wakil presiden yang bertarung; kekecewaan terhadap sistem politik dan sistem pemilu, sikap apatis, dan alasan teknis administratif. Teori Perilaku Tidak Memilih dari sisi psikologis dan rasional berimplikasi positif, terhadap alasan-alasan yang diberikan oleh pemilih yang tidak memberikan suaranya di Jakarta. Sedangkan Teori Perilaku Tidak Memilih dari sisi demografis kehilangan relevansinya ketika menjelaskan alasan perilaku tidak memilih di Jakarta. Hal ini karena pemilih di Jakarta yang berhasil diwawancarai, yang tidak menggunakan hak pilihnya, sebagian besar berasa1 dari pendidikan tinggi.
14. Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja, motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan budaya kerja secara parsial dan bersama-sama terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dengan menyebarkan angket dan melakukan wawancara untuk menjawab empat hipotesis yaitu ;
- kepuasan kerja akan meningkatkan kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta,
- motivasi kerja akan meningkatkan kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta,
- gaya kepemimpinan akan meningkatkan kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta,
- budaya kerja akan meningkatkan kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta,
- kepuasan kerja, motivasi kerja,gaya kepemimpinan dan budaya kerja secara bersama-sama akan meningkatkan kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta.
Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta. Sampel penelitian diambil dengan metode convenience, yaitu sebesar 143 responden. Instrumen pengumpulan data disusun dalam angket yang menggunakan skala model Likert. Analisis hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier.
Hasil Analisis menunjukkan bahwa :
- terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta dengan persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y = 32,612 + 0,193 XI dan didukung oleh hasil wawancara kepada beberapa karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta.
- terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta dengan persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y = 25,719 + 0,352 X2 dan didukung oleh hasil wawancara kepada beberapa karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta.
- terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta dengan persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y = 32,318 + 0,201 X3 dan didukung oleh hasil wawancara kepada beberapa karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta.
- terdapat pengaruh budaya kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta dengan persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y= 13,505 + 0,621 X4 dan didukung oleh hasil wawancara kepada beberapa karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan budaya kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta.
- terdapat pengaruhkepusan kerja, motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan budaya kerja secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta dengan persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y = 11,490 -0,019X1+ O,072Xz + D,076X3+ O,549X4 dan didukung oleh hasil wawancara kepada beberapa karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan budaya kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta Sebagai simpulan, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh kepuasan kerja, motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Royal Progress Jakarta.
15. Kualitas Video BMP Metode Pengembangan Kognitif (Survey pada Mahasiswa DII PGTK-UT UPBJJ Jakarta)
Abstrak
Kualitas Video BMP Metode Pengembangan Kognitif (Survey pada Mahasiswa. 011 PGTK-UT UPBJJ Jakarta. Penelitian ,Mula, Jakarta: Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas terbuka, Jakarta, Oktober 2005.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kualitas video BMP mata kuliah Metode Pengembangan Kognitif berdasarkan pendapat mahasiswa 011 PGTK di UPBJJ-UT Jakarta. Penelitian dilakukan di UPBJJ Jakarta pada semester 2005.1. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan jumlah sampe/ sama dengan populasi yaitu sebanyak 85 orang. lnstrumen yang digunakan berupa kuesioner. Data yang terkumpul diana/isis secara deskriptif untuk memudahkan pemaparan.
Penelitian menyimpulkan bahwa secara umum kualitas video BMP Metode Pengembangan Kognitif surfah baik, namun tetap per/u ditingkatka.n karena beberapa mahasiswa nerasa masih kurang puas terutama dari aspek kualitas teknis (32%), kualitas materi (18%), dan kualitas instruksional (15%).
Leave a Reply