BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti halnya dengan Negara Indonesia dan kota-kota di Indonesia lainnya, Kota Surakarta juga melakukan pembangunan di berbagai bidang. Tetapi sepertinya pembangunan di Kota Surakarta sekarang ini lebih condong ke pembangunan ekonomi dan fisik kota. Pembangunan ekonomi terlihat dari munculnya pabrik-pabrik, sekolah, mall, rumah sakit, apartemen dan saranasarana umum lainnya yang dapat meningkatkan investasi dan pendapatan asli daerah. Sedangkan pembangunan fisik kota terlihat dari renovasi Manahan, renovasi Taman Balekambang, taman di dekat terminal tirtonadi, relokasi PKL di Banjarsari ke Pasar Notoharjo, perbaikan pasar legi, pasar Nusukan, dan lain-lain.
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kota Surakarta mendorong penduduk yang tinggal di desa atau daerah lain untuk pindah ke Kota Surakarta sehingga mengakibatkan eningkatnya arus urbanisasi. Pertambahan penduduk baik karena pertambahan alamiah atau karena urbanisasi telah mengakibatkan semakin tingginya jumlah sampah yang dihasilkan tiap hari. Sampah yang dihasilkan pada dasarnya merupakan sebuah konsekuensi dari aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti akan menghasilkan sampah yang jumlahnya akan sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau sesuatu yang kita gunakan sehari-hari.
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta
Dari tabel 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah sampah di Kota Surakarta mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 sebesar 277,80 ton per hari, kemudian meningkat menjadi 281,00 per hari pada tahun 2007. Sedangkan jumlah sampah yang terangkut per hari justru mengalami penurunan yang semula pada tahun 2006 sebesar 236,98 ton menurun menjadi 223,71 ton pada tahun 2007, sehingga sampah yang terkumpul di TPA pun mengalami penurunan yaitu pada tahun 2006 sebesar 86.498,070 ton menjadi 81.654.278 ton pada tahun 2007. Penurunan jumlah sampah yang terangkut per hari ini kemungkinan dikarenakan kurangnya tenaga penanganan sampah maupun sarana penanganan sampah sudah banyak yang rusak atau melebihi umur teknis pemakaian.
Masalah sampah yang timbul di daerah perkotaan adalah karena sulitnya pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pemanfaatan dan pemusnahan sampah baik yang berasal dari rumah tangga, industri maupun umum. Penanganan sampah di Kota Surakarta dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta. Tahap perencanaan dilakukan oleh Subdin Bina Program berkoordinasi dengan Subdin Kebersihan. Sedangkan pada tahap pelaksanaannya dilakukan oleh Subdin Kebersihan bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti kelurahan, Dinas Pasar dan lainlain. Sejauh ini penanganan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta (DKP Kota Surakarta) dibagi menjadi 3 tahap yaitu pengumpulan sampah dari rumah tangga dan fasilitas umum untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sistem pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan selanjutnya sistem pemusnahan di TPA. Dalam penanganan sampah di Kota Surakarta, kendala yang dihadapi antara lain terbatasnya lahan TPA Putri Cempo, jumlah sampah yang terus meningkat, sarana dan prasarana rusak atau sudah melampaui umur pemakaian sehingga tidak optimal, koordinasi dalam pengumpulan sampah dan lain-lain.
Banyaknya lembaga yang mengurusi sampah juga menjadi masalah dalam koordinasi, terutama jam kerja para petugas kebersihan. DKP Kota Surakarta hanya bertugas untuk membersihkan wilayah kota yakni jalan protokol dan jalan kolektor (penghubung), sedangkan pengangkutan sampah di rumah tangga ditangani oleh petugas penarik gerobak dari kelurahan, sedangkan sampah yang berasal dari pasar ditangani oleh Dinas Pengelola Pasar (http://kotasolo.info).
Koordinasi yang kurang baik antara petugas dari DKP Kota Surakarta dan petugas pengumpul sampah dari pihak kelurahan terlihat dari petugas pengumpul sampah tidak mau menepati jadwal pengumpulan sampah ke TPS. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Kebersihan Lingkungan, dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, Bapak Gatot Sutanto, sebagai berikut :
“Para penggerobak tidak mau menepati aturan yang telah ditentukan DKP terkait pembuangannya. DKP telah menetapkan jadwal pengambilan jam 2 siang, ternyata di lapangan tidak demikian “(Majalah Visi, Fisip UNS 2008 : 35).
Tidak ditepatinya aturan pembuangan sampah ke TPS ini menyebabkan pekerjaan petugas DKP tidak efektif karena jika sampah terlambat dikumpulkan, maka terpaksa akan diambil keesokan harinya. Hal ini tentunya mengakibatkan sampah menginap di TPS dan menimbulkan bau sehingga tidak mengherankan jika banyak masyarakat yang menolak keberadaan TPS di sekitar rumah mereka.
Selain itu, TPA Putri Cempo sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah di Kota Surakarta kondisinya sudah mulai overload. Seperti diungkapkan oleh Kepala Seksi Kebersihan Lingkungan, Bapak Gatot Susanto bahwa kapasitas TPA sudah maksimal. Sebenarnya TPA sudah tidak mampu menampung sampah. Pernyataan tersebut didukung oleh Staf Seksi Pemusnahan Sampah TPA Putri Cempo, Bapak Susianto. Beliau mengatakan bahwa TPA Putri Cempo pada awalnya diprediksi akan beroperasi selama 15 tahun. Namun sampai sekarang masih beroperasi dan lahan yang tersisa hanya tinggal 1 hektar (majalah Visi, 2008 : 35). TPA Putri Cempo dibangun pada tahun 1986 dan mulai beroperasi pada tahun 1987. usia teknisnya 15 tahun. Berarti TPA Putri Cempo seharusnya sudah tidak digunakan lagi mulai tahun 2002, tapi kenyataannya sampai sekarang TPA Putri Cempo masih digunakan sebagai satu-satunya TPA di Kota Surakarta.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kasubdin Kebersihan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, Ir. Widodo sebagai berikut :
”Volume sampah di TPA Putri Cempo sudah melebihi batas. Dari segi usia saja, TPA satu-satunya milik Pemkot Solo ini sudah sangat tua. TPA itu ada sejak tahun 1987 dan diproyeksikan untuk 15 tahun” (Joglosemar, 24 November 2008, hal. 4).
Kondisi TPA Putri Cempo yang bermasalah diperparah lagi dengan kondisi peralatan yang ada di TPA Putri Cempo. Sebanyak tiga Bulldozer sudah tidak memadahi. Selain itu, peralatan backhoe dan wheel loader sudah overhole (Joglosemar, 24 November 2008, hal. 4). Pada tahun 2007 dan 2008, Kota Surakarta gagal meraih Adipura dan kegagalan itu dikabarkan karena masalah sampah. Pelaksana Tugas Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik dan Usaha Skala Kecil, Kementrian Lingkungan Hidup, Tri Bangun L Soni mengatakan bahwa dari segi fisik penampilan kota baik kebersihan kota, keindahan taman, jalan dan sebagainya Surakarta meraih nilai tinggi tetapi giliran pengelolaan sampah nilai yang diperoleh jauh dari kota-kota yang lain (http://promojateng-bikk.com). Apalagi sekarang ini sektor pariwisata sedang gencar dikembangkan di Kota Surakarta sehingga tentu menuntut adanya lingkungan yang bersih dan indah agar mampu menarik wisatawan.
Pembangunan TPA Putri Cempo pernah membuat prestasi membanggakan bagi Kota Surakarta yaitu pada tahun 1986 sampai 1992 Surakarta berhasil meraih penghargaan Adipura dan Adipura Kencana dari pemerintah pusat. Salah satu kunci sukses dalam meraih penghargaan tersebut adalah model pengelolaan sampah yang digunakan yaitu Sanitary Landfill. Namun sejak tahun 1993 karena keterbatasan biaya dan tenaga Sanitary Landfill diganti Open Dumping. Pada awal penerapannya Open Dumping menjadi solusi alternatif penanganan sampah di TPA Putri Cempo. Namun ketika lahan di TPA Putri Cempo semakin terbatas, kelemahan dari Open Dumping mulai terlihat. Sampah menjadi tidak tertata rapi dan mengundang banyak lalat.
Beberapa keluhan juga disampaikan oleh masyarakat terkait masalah sampah. Diantaranya yaitu keluhan yang disampaikan oleh Gus Nanang dalam pesan singkat yang dikirimkan ke nomor kriing Solopos yang mengatakan bahwa semoga DKP memperhatikan keluhan-keluhan masalah pembuangan sampah di kampung seperti yang dikeluhkan warga Kadipiro (Solopos, 12 Desember 2007). Keluhan lain disampaikan oleh Uut, ia mohon kepada pihak terkait karena tempat pembuangan sampah kalau pagi sampah sampai ke jalan (Solopos, 28 Juli 2008). Meskipun demikian, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta, Ponco Wibowo mengatakan bahwa DKP telah berbuat semaksimal mungkin untuk penataan taman dan pengelolaan sampah. Beliau mengatakan, kedepan pihaknya akan lebih meningkatkan dan memoles kembali penataan taman-taman kota dan pengelolaan sampah. Meskipun ia merasa hingga kini penataan taman dan pengelolaan sampah sudah maksimal (http://www.solopos.net).
Permasalahan sampah menjadi agenda penting pemerintah Kota Surakarta yang harus segera diselesaikan karena jika tidak segera diselesaikan maka akan menimbulkan permasalahan-permasalahan lain seperti penyakit, kota menjadi tidak bersih, bau, banjir, dan lain sebagainya. Selain itu juga supaya pada tahun mendatang Kota Surakarta mampu meraih lagi Adipura yang sempat lepas beberapa tahun ini, karena bagaimanapun juga, Adipura merupakan salah satu bentuk prestasi kebersihan suatu lingkungan kota yang patut dibanggakan.
Dari berbagai gambaran diatas, sepertinya penanganan sampah yang dilakukan oleh DKP Kota Surakarta masih belum maksimal. Supaya penanganan sampah dapat maksimal maka dibutuhkan adanya perencanaan strategis yang baik dan jelas. Berdasarkan hasil prasurvey yang telah dilakukan peneliti tanggal 25 November 2008 melalui analisis dokumen, ditemukan adanya kelemahan dalam perencanaan strategis di DKP Kota Surakarta. Kelemahan perencanaan strategis tersebut terkait lingkungan internal dan eksternal (Analisis SWOT) yang belum dianalisis secara mendalam.
Perencanaan strategis merupakan tahap yang paling penting dalam proses manajemen strategis karena merupakan serangkaian tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat pemimpin puncak untuk diimplementasikan oleh seluruh anggota dalam organisasi guna mencapai tujuan. Perencanaan strategis dapat membantu organisasi untuk memanfaatkan kekuatan dan menangkap peluang serta meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman sehingga dapat membantu organisasi bekerja lebih baik. Rencana strategis merupakan dokumen yang meringkas mengapa organisasi itu ada, apa yang ingin dicapai dan bagaimana ia akan mencapainya. Rencana strategis lebih menekankan tindakan yang dilakukan manajer puncak untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan penting dengan melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal. Maka dari itu, DKP Kota Surakarta harus memiliki perencanaan strategis yang baik jika ingin berhasil. Perencanaan strategis dibutuhkan dalam penanganan sampah yang dilakukan oleh DKP Kota Surakarta karena dengan perencanaan strategis yang baik dan jelas dapat memberikan arah dan jawaban terhadap perubahan lingkungan. Perencanaan strategis yang didukung oleh pemahaman lingkungan internal dan eksternal dapat membuat organisasi mampu bertahan dan berkembang.
Sebaliknya, perencanaan strategis yang buruk dapat berakibat pada buruknya penanganan sampah yang dilakukan. Namun dalam prasurvey yang telah dilakukan peneliti, ditemukan bahwa lingkungan internal dan eksternal (Analisis SWOT) DKP Kota Surakarta dalam penanganan sampah belum dianalisis secara mendalam. Sehingga menurut peneliti, perencanaan strategis di DKP Kota Surakarta belum optimal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis SWOT dalam Penanganan Sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta.”
Contoh Tesis
- Daftar Contoh Tesis Industri
- Daftar Contoh Tesis Perencanaan Wilayah dan Pedesaan
- Daftar Contoh Tesis Informatika
- Daftar Contoh Tesis Sipil
- Daftar Contoh Tesis Campuran
- Daftar Contoh Tesis Elektronika
- Daftar Contoh Tesis Kimia
- Daftar Contoh Tesis Mesin
- Daftar Contoh Tesis Elektro
- Daftar Contoh Tesis Arsitektur
- Daftar Contoh Tesis Lingkungan
Contoh Skripsi
Leave a Reply