Judul Skripsi : Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Tumpangsari Kedelai (Glycine Max L.) dan Jagung (Zea Mays L.)
A. Latar Belakang
Tumpangsari merupakan bagian dari multiple cropping. Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma (Herliana, 1996). Tanaman kedelai dan jagung memungkinkan untuk ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada kedelai (Jumin, 1997).
Kombinasi Kedelai dan Jagung sangat serasi, hal ini berhubungan dengan kompatibilitas beberapa sifat yang dimiliki oleh kedua jenis tanaman ini, dimana Kedelai termasuk tanaman golongan C3 yang cukup toleran terhadap naungan yang mempunyai akar tunggang dan membentuk bintil akar yang mampu menfiksasi N2 secara simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp., sedangkan Jagung tergolong tanaman C4 yang membutuhkan pencahayaan secara langsung dan membutuhkan unsur hara yang besar terutama unsur N.
B. Perumusan Masalah
Kebutuhan serta permintaan terhadap protein nabati semakin meningkat dan tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Penurunan produksi kedelai disebabkan karena berbagi faktor. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan maka dilakukan penggalakan kembali budidaya kedelai yang merupakan penghasil protein nabati. Untuk meningkatkan produksi kedelai adalah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang dilaksanakan secara terpadu, serasi dan tetap memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Dengan tumpangsari akan dapat mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman. Tanaman kedelai dan Jagung sangat cocok untuk ditumpangsari?
Kedelai termasuk tanaman C3, sedangkan Jagung termasuk tanaman C4 sehingga sangat serasi. Akan tetapi kelemahan dari tumpangsari ini adalah terjadinya kompetisi penyerapan unsur hara, air dan sinar matahai. Kompetisi ini dapat dikurangi dengan pengaturan kerapatan tanam dan pemupukan yang tepat. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian kerapatan tanam dan dosis pupuk yang tepat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman?
C. Landasan Teori
Tanaman Kedelai
Kedelai termasuk golongan tanaman C3. Tanaman ini memiliki habitus yang pendek, tegak dan bercabang dengan kanopi yang rapat. Sistem perakarannya berupa akar tunggang yang menyebar lebih dalam dan membentuk bintil akar yang mampu menfiksasi N2 secara simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. (Somaatmatmaja, 1985).
Tanaman Jagung
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. Tanaman Jagung (Zea Mays. L) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan penyumbang devisa yang besar. Untuk meningkatkan produksi jagung putih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain lingkungan, genetis, dan teknik budidaya. Faktor teknik budidaya, terutama dalam pemeliharaan dan sanitasi yang termaktub dalam pemupukan dan pemangkasan (Fauzi et.al, 2008).
Tanaman Tumpangsari
Pola tanam tumpangsari (intercroping) adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode waktu tanam, pada suatu tempat yang sama. Dalam pola tanam tumpangsari terdapat prinsip yang harus diperhatikan yaitu : tanaman yang ditanam secara tumpangsari sebaiknya mempunyai umur atau periode pertumbuhan yang tidak sama, mempunyai perbedaan kebutuhan terhadap faktor lingkungan seperti air, kelembaban, cahaya dan unsur hara tanaman mempunyai pengaruh allelopati.
Pupuk Organik (Petroganik)
Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk (Adiningsih dan Rochayati,1988)
D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan tadah hujan desa Panunggalan kecamatan Pulokulon kabupaten Grobogan. Pelaksanaan akan dimulai bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Mei 2008.
Dihitung dengan cara pembagian antara hasil kedelai yang ditumpangsari dengan jagung dan hasil kedelai monokultur ditambah dengan perbandingan antara hasil jagung yang ditumpangsarikan dengan kedelai dan hasil jagung monokultur.
Dihitung dengan cara mengalikan harga pet kilogram kedelai maupun jagung dengan hasil panen per ha dari masing-masing perlakuan tumpangsari kedelai dan jagung.
Data hasil pengamatan dianalisis ragam dengan uji F taraf 5 % dan 1 %, apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan DMRT (Duncans Multiple Range Test) pada taraf 5 %.
E. Kesimpulan
1. Kerapatan tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong dan jumlah khlorofil tanaman kedelai serta berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat tongkol dan berat 100 biji jagung.
2. Dosis pemupukan organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi, jumlah khlorofil daun, dan berat kering brangkasan tanaman kedelai serta berat 100 biji jagung. Tanaman yang mendapatkan dosis pupuk organik 800 kg/ha memberikan hasil yang tinggi daripada yang mendapatkan dosis pupuk 400 kg/ha baik pada sistem tanam monokultut maupun tumpangsari.
3. Berdasarkan Nilai Kesetaraan Lahan (NKL), sistem tumpangsari secara keseluruhan menguntungkan, ini tercermin pada nilai NK > 1. Sistem tumpangsari lebih menguntungkan baik secara agronomis maupun ekonomis.
Leave a Reply