Judul : Uji Patogenisitas Iridovirus Pada Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus bleekeri Vaillant) dan Deteksi Dengan Metode Histopatologi dan Polymerase Chain Reaction (PCR)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan. Lautan banyak menghasilkan devisa bagi negara, terutama dalam sektor perikanan. Selain sebagai penghasil devisa negara, sektor perikanan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan protein hewani nasional (Subandar, A. dkk., 2001).
Ikan kerapu merupakan ikan karang yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, terutama di pasaran Hongkong, China, Singapura, Taiwan, Jepang, dan bahkan Indonesia (Danayadol et al., 1997; Danayadol et al., 1999). Salah satu jenis ikan kerapu yang memiliki niai ekonomi tinggi adalah ikan kerapu lumpur (Epinephelus bleekeri). Mengingat begitu besarnya permintaan pasar akan ikan kerapu, maka telah terbuka peluang ke arah pengembangan budidaya ikan tersebut (Mahardika, dkk., 2004b).
Budidaya ikan kerapu di Indonesia telah berkembang dan merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting. Berkembangnya budidaya ikan kerapu sejalan dengan adanya permintaan pasar dan harga yang semakin meningkat (Sunyoto & Mustahal, 2000). Sejak berkembangnya budidaya ikan kerapu di Indonesia, para pembudidaya telah mengalami berbagai masalah kematian, baik pada sistem pembesaran maupun pada pembenihan (Rukhyani, 2000).
Budidaya ikan kerapu secara umum tidaklah mudah, karena berbagai faktor teknis menjadi kendala dalam produksi massal. Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan kerapu adalah timbulnya penyakit (Yuasa, dkk., 2000). Penyakit pada ikan kerapu salah satunya disebabkan oleh virus. Iridovirus merupakan salah satu penyebab penyakit “ kerapu tidur “ atau Grouper Sleepy Disease Iridovirus (GSDIV). Infeksi iridovirus diketahui sebagai suatu penyakit yang mematikan pada budidaya ikan laut. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat tinggi, karena iridovirus mulai menginfeksi pada ukuran fingerling sampai ukuran siap jual (Koesharyani dkk., 1998). Penyakit GSDIV yang disebabkan oleh iridovirus ini, pertama kali ditemukan di Indonesia, menyerang ikan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina) pada jaring tancap di wilayah Sumatera utara (Rukyani dkk., 1993). Peristiwa tersebut menyebabkan kematian 80 % ikan yang berukuran 100 – 1000 gr / ekor.Kasus kematian ikan akibat infeksi iridovirus juga dilaporkan terjadi di negara Taiwan, Thailand dan Jepang dengan kematian mencapai 80 – 90 % (Danayadol et al., 1997; Chou et al., 1998).
Infeksi iridovirus pada ikan dapat menyebabkan kematian massal hanya beberapa hari setelah ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis (Mahardika, dkk., 2004b). Menurut Chua et al. (1994), penyebab infeksi iridovirus pada 10 tempat budidaya di negara Singapura, telah menyebabkan kematian sebanyak 50 % pada ikan Brown Spotted Groupe (E. tauvina) dalam waktu dua minggu, dengan kematian 10 ekor / hari. Pada tahun 2000, terjadi kematian 100 % pada ikan kerapu Epinephelus coioides dan ikan kerapu Epinephelus bleekeri di Balai Besar Riset Penelitian Budidaya laut (BBRPBL) daerah Gondol – Bali, Ikan tersebut baru dua minggu didatangkan dari tambak penampungan di Lamongan (Mahardika dkk., 2001).
Mengingat begitu ganasnya sifat iridovirus dalam menginfeksi ikan-ikan budidaya terutama ikan kerapu (genus Epinephelus), perlu kiranya dilakukan suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui patogenisitas iridovirus pada ikan tersebut. Penggunaan teknik PCR untuk mendeteksi virus pada ikan, telah banyak dilakukan diantaranya adalah deteksi Rhabdovirus, Birnavirus, Red Sea Bream Iridovirus (RSIV) dan lain-lain. Penggunaan teknik PCR dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian hewan uji (E. bleekeri).
Penggunaan metode histopatologi dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bentuk kerusakan sel yang terjadi pada organ lien dan ren ikan kerapu E. bleekeri akibat infeksi iridovirus. Penggunaan teknik PCR dan metode histopatologi diharapkan dapat memberikan gambaran tentang patogenisitas iridovirus, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengontrolan terhadap ikan yang terinfeksi.
Contoh Tesis
Contoh Skripsi
Leave a Reply