CONTOH TESIS NO.1 IMPLEMENTASI COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) DI DESA WISATA PENTINGSARI KABUPATEN SLEMAN
Abstrak
Hasil penelitian dilihat berdasarkan tujuan pertama yaitu potensi yang terdapat di Desa Wisata Pentingsari dapat dinilai dari lima variabel yaitu atraksi, aktifitas, aksebilitas, amenitas dan fasilitas pendukung lainnya dan hasilnya berbeda-beda sesuai dengan hasil pengamatan observer. Potensi tinggi dapat dilihat dari variabel atraksi, aktifitas dan amenitas, sedangkan potensi sedang terdapat di variabel aksebilitas dan fasilitas pendukung lainnya. Hasil penelitian kedua yaitu terkait Implementasi CBT. Desa wisata Pentingsari telah menerapkan sistem CBT dalam pengembangan dan pengelolaannya. Hal ini dapat dilihat dari proses perencanaan, pembangunan, pengelolaan, monitoring serta evaluasi yang dilakukan dari, oleh dan untuk penduduk lokal. Sehingga tidak dapat dipungkiri jika Desa Wisata ini mendapatkan banyak penghargaan baik dari dalam negri maupun luar negri.
BAB I
Penerapan konsep Community Based Tourism Desa Wisata Pentingsari menekankan pada kebudayaan yang ada di Dsa Wisata Pentingsari yaitu dengan cara membuat spot kebudayaan dan menjadikan kebudayaan sebagai daya tarik wisatawan yang dimasukkan dalam paket wisata. Kendala dalam pengembangan Desa Wisata Pentingsari adalah penyediaan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata. Dilihat dari segi pemasaran, pemasaran Desa Wisata Pentingsari belum maksimal.
Teknik Analisis
Teknik analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
CONTOH TESIS NO.2 IMPLEMENTASI COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) DALAM PENGELOLAAN AGROWISATA BELIMBING NGRINGINREJO BOJONEGORO
Abstrak
Penelitian deskriptif kualitatif tentang implementasi Community Based Tourism (CBT) dalam Pengelolaan Agrowisata Belimbing Ngringinrejo Bojonegoro dilaksanakan dengan mengunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam (indepth interview), pengamatan lapangan (site observation), dan simak dokumen (documment study) atau gabungan dari ketiganya (trianggulasi sumber). Pemilihan informan didasarkan pada keterlibatan atau keterkaitan informan dengan social situation yang terdiri dari tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity), hasilnya Kelompok Sadar Wisata Agriwisata Belimbing, dengan seluruh pengurus yang berasal dari masyarakat Ngringinrejo (11 %) dari jumlah penduduk desa, melibatkan 52 % pemilik lahan, 19% pembudidaya belimbing dan pekerja lain, penjual belimbing 18 %. Perluasan akses ekonomi dilakaukan melalui peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan agrowisata, melalui pelatihan-pelatihan ketrampilansebagai trainer outbound dan guide dan pembudidaya belimbing serta peningkatan kualitas tanaman belimbing, Pemberdayaan politik (capacity building) menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dalam hal pemeliharaan sumber daya pariwisata, penambahan atraksi wisata, pemeliharaan dan penambahan prasaran dan sarana Agrowisata yang dilakukan atas inisiatif masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk keberlajutan Agrowisata Belimbing Ngringinrejo Bojonegoro.
BAB I
Agrowisata Belimbing Desa Ngringinre berada dilahan kebun rakyat seluas seluas ± 20,4 hektar, melibatkan 142 pemilik lahan dan pembudidaya belimbing .yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekarsari. Varietas belimbing yang di budidayakan antara lain Bangkok Merah, Blitar, Demak dan Lokal. Buah belimbing memiliki ukuran besar dan manis dan telah ditetapkan sebagai salah satu produk andalan dan ikon Kabupaten Bojonegoro. Budidaya belimbing didesa Ngringinrejo ini sudah dimulai sejak tahun 1984 diinisiasi dan dikpelopori oleh Kelompok Tani Mekar Sari., Agrowisata Belimbing Ngringinrejo terbentuk tahun 2010, tahun 2013 dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata Agro Belimbing Ngringinrejo.
Teknik Analisis
Wawancara mendalam untuk menggali informasi dari para informan tentang tiga unsur penting CBT yaitu (1) keterlibatan masyarakat lokal dalam managemen dan pengembangan pariwisata, (2) pemerataan akses ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat serta (3) pemberdayaan politik (capacity building) masyarakat lokal yang bertujuan meletakkan masyarakat lokal sebagai pengambil keputusan (Nicole Hausler dalam Tourism Forum International 2005).
CONTOH TESIS NO.3 MEWADAHI COMMUNITY BASED TOURISM DALAM COMMUNITY GROUP UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
Abstrak
Merek “Jogja Istimewa” (Jogja Istimewa) adalah salah satu pendorong pengembangan pariwisata di Yogyakarta yang meningkat setiap tahun. Namun, peran status khusus ini tidak optimal ketika masyarakat menyajikan kearifan lokal Yogyakarta tidak memainkan peran. Realisasi status khusus ini diharapkan tidak hanya menampilkan gambar atau logo pemasaran, tetapi juga diperlukan untuk membentuk tindakan dari masyarakat sebagai tuan rumah. Implementasi local kebijaksanaan akan membawa dampak positif bagi wisatawan.
BAB I
Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi natural dan cultural resources yang dapat dikembangkan sebagai daerah wisata. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersama-sama dengan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) dan Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengembangkan 2000 desa wisata sampai tahun 2019 sebagai daerah wisata (Tim Percepatan Wisata Desa dan Kota, 2017). Untuk mencapai target tersebut membutuhkan kerjakeras, karena belum tertanam pemahaman kesemua masyarakat untuk mengelola potensi natural dan cultural resources melalui kegiatan pariwisata. Banyak daerah memiliki potensi pariwisata namun belum dikelola masyarakat lokal dengan baik. Dampaknya potensi pariwisata hanya menjadi kebanggan, tidak memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Diperlukan lembaga atau organisasi bentukan masyarakat sebagai wadah partisipasi dalam memaksimalkan potensi pariwisata suatu daerah. Tidak sebatas comummunity based tourism, perlu dibentuk lembaga atau organisasi (community group).
Kerangka Berpikir
Teknik Analisis
Analisis data menggunakan tahapan pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik analisis data tersebut meliputi: mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis, membaca keseluruhan data, memulai me-coding semua data, proses coding untuk mendiskripsikan setting (ranah/tempat), orang (partisipan/informan), kategori, dan tema yang akan dianalisis, penyajian kembali laporan penelitian, dan interpretasi atau memaknai data.
CONTOH TESIS NO.4 PENGELOLAAN DESA WISATA DALAM PERSPEKTIF COMMUNITY BASED TOURISM (Studi Kasus pada Desa Wisata Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang)
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Desa Wisata dilaksanakan melalui pengelolaan sumberdaya pariwisata, pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, dan manajemen konflik. Penerapan community based tourism dilaksanakan melalui pelestarian alam, pelestarian budaya, jaminan tingkat partisipasi masyarakat dan pemerataan pendapatan. Tingkat partisipasi masyarakat berada dalam tingkatan dalam puncak tertinggi yaitu citizen control.
BAB I
Pengelolaan Desa Wisata Gubugklakah menghadapi beberapa tantangan, terutama tantangan untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang sadar wisata. Pengelolaan Desa Wisata mengharuskan adanya sumberdaya yang trampil. Berdasarkan data monografi Desa Gubugklakah Tahun 2013 diketahui bahwa 96,8% penduduk desa Gubugklakah bekerja pada sector pertanian yaitu sebanyak 2.360 orang, yaitu meliputi petani (55,4%) dan buruh tani (41,3%). Apabila dilihat dari aspek pendidikan, maka ratarata pendidikan masyarakat hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Di Desa Gubugklakah penduduk yang menempuh pendidikan SD hingga SMA sebesar 77,3%, dimana pendidikan dasar sebesar 54,2%, SMP sebesar 19% dan SMA sebesar 4%. Tantangan tersebut mengharuskan adanya pelatihan untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang sadar wisata.
Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman (1992) dalam Sugiono (2009). Tahapan tersebut antara lain (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi.
CONTOH TESIS NO.5 STUDI EVALUASI PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) SEBAGAI PENDUKUNG AGROWISATA BERKELANJUTAN
Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis realitas kritis, dan dibangun secara lokal dan spesifik. Lokasi penelitian terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian ini menemukan bahwa pemerintah berperan penting dalam mengawasi pengembangan produk pariwisata, terutama desa wisata dan membantu mengembangkan serta promosi pasar. Hambatan pelaksanaan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat berkaitan dengan aspek internal pemerintah: kualitas sumber daya manusia pengambil keputusan di pemerintah Batu tidak memiliki latar belakang pendidikan pariwisata, desain kurang kreatif, kurangnya kepercayaan pemerintah kepada masyarakat lokal, pemerintah tidak mampu memetakan kondisi komunitas sosial yang berhubungan dengan sistem internal pengambilan keputusan di masyarakat yang kurang mampu menjangkau semua komponen masyarakat, pemahaman sempit CBT, namun koordinasi kebijakan pemerintah yang solid antara para pemangku kepentingan. Sementara hambatan eksternal kurangnya wawasan kemampuan dan keterbatasan masyarakat dalam hal pariwisata, partisipasi masyarakat tidak merata, daerah terbatas Batu, kurang penguasaan teknologi, dan efek dari pemanasan global yang mempengaruhi iklim dan menyebabkan penurunan produksi dan kualitas apel.
BAB I
Strategi pemberdayaan masyarakat dalam konsep Community Based Tourism dalam mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi. Salah satu strategi yang memungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri unik serta sejumlah karakter yang oleh Nasikun dalam hand out mata kuliah Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure Gumelar S. Sastrayuda (2010:3) dikemukakan sebagai berikut: (1) pariwisata berbasis komunitas/masyarakat memiliki ciri-ciri/karakter unik yaitu memiliki unit usaha kecil, secara ekologis aman, dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional; (2) pariwisata berbasis komunitas berpeluang mengembangkan objek-objek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil dan dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal; dan (3) komunitas lokal berpeluang ikut menikmati keuntungan pariwisata.
Teknik Analisis
Analisis data berupa kuantitatif menggunakan statistik deskriptif sedangkan data kualitatif akan dianalisis menggunakan analisis konten/isi dan interaktif (Miles & Huberman 1992).
CONTOH TESIS NO.6 COMMUNITY BASED TOURISM TANTANGAN DUSUN NGLEPEN DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA
Abstrak
Hasil menunjukan bahwa semakin tinggi partisipasi warga, maka semakin tinggi dampaknya tehadap masyarakat. Dampak yang ditemukan cenderung bernilai positif bagi masyarkat baik secara ekonomi maupun sosial budaya. Selanjutnya dampak positif yang dirasakan masyarakat cenderung mempengaruhi tingkat partisipasi dalam pengembangan pariwisata.
BAB I
Seiring banyaknya minat berkunjung wisatawan untuk melihat keunikan rumah dome, para tokoh masyarakat menginisiasi untuk pengembangan Desa Wisata Rumah Dome (Sulasmono). Perjalanan pengembangan rumah dome tentu tidaklah mudah, apalagi pengembangan desa wisata yang harus melibatkan partisipasi masyarkat lokal melalui konsep pariwisata berbasis masyarakat, atau dikenal sebagai Community Based Tourism (CBT).
Teknik Analisis
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung, dokumentasi dan studi pustaka. Didukung dengan data hasil wawancara kepada narasumber. Adapun pihak-pihak yang menjadi keyperson meliputi: 1) Kepala Dusun Nglepen; 2) Bapak Sulasmono selaku Pengurus Desa Wisata Rumah Dome; 3) Ibu Suginem selaku perwakilan masyarakat lokal.
CONTOH TESIS NO.7 PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) DI DESA WISATA CANDIREJO BOROBUDUR MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN DESA
Abstrak
Hasil dari penelitian ini adalah Manajer Manajemen Desa Candirejo adalah Koperasi yang Pengusaha adalah komunitas asli Desa Candirejo, Dampak konsep CBT implementasi dapat dilihat melalui aspek ekonomi (diversifikasi pekerjaan, peningkatan perumahan kondisi dan pengembangan bisnis baru), sosial (interaksi sosial, partisipasi masyarakat, perubahan pola pikir), adopsi budaya, dan lingkungan (peningkatan fasilitas umum). Dengan terpenuhinya Indikator Kemandirian desa tidak sepenuhnya desa Candirejo dapat dilepaskan dari pemerintah dana bantuan, tetapi setidaknya dalam pemenuhan kebutuhan dasar, kegiatan masyarakat, pembangunan public fasilitas, dan kegiatan ekonomi yang tersedia dapat dipenuhi secara mandiri.
BAB I
Penerapan Desa Wisata telah banyak diterapkan dibeberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Desa Candirejo Kabupaten Magelang Jawa Tengah, berjarak 3 km dari Candi Borobudur berbatasan dengan Desa Kesongo, Desa Pulutan, Jombor dan Rawapening. Desa wisata Candirejo menawarkan keindahan alam yang indah dan aktifitas yang menunjukkan kearifan local masyarakat setempat. Wisatawan yang berkunjung akan ditawarkan sejumlah paket wisata yang terdapat di desa Candirejo diantaranya Tamasya keliling desa, wisata, sistem pertanian desa, Pendidikan lingkungan, kehidupan masyarakat setempat (home stay), dan kesenian tradisional.
Kerangka Berpikir
Teknik Analisis
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.
CONTOH TESIS NO.8 PENGEMBANGAN COMMUNITY BASED TOURISM SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
Abstrak
Dalam upaya mengembangkan objek wisata berbasis masyarakat Pasir Kencana merupakan terobosan untuk pengembangan pariwisata di Kota Pekalongan. Selain diharapkan bisa meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar, perkembangannya juga bisa meningkat Pendapatan Asli Daerah. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui dan menganalisis potensi dan daya tarik objek wisata Pantai Pasir Kencana serta untuk mengetahui dan menganalisis strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Objek Wisata Pantai Pasir Kencana. Itu kontribusi dalam penelitian ini adalah bahwa konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah langkah efektif membuat sektor pariwisata memberikan manfaat ekonomi yang optimal kepada masyarakat karena masyarakat terlibat langsung dalam pengelolaan pariwisata. Selain menyediakan manfaat ekonomi bagi masyarakat, juga akan memberikan pendidikan kepada publik tentang cara mengelola objek wisata, serta bagaimana orang memahami, menerapkan dan memelihara keberlanjutan Konsep Sapta Pesona di lokasi wisata.
BAB I
Destinasi wisata berbasis masyarakat menekankan pada usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerjasama yang erat antara masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wisata dengan industri pariwisata. Hal mendasar dalam mengembangkan pariwisata yang berbasis masyarakat berdasarkan konsep destinasi wisata adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia dan keterampilan masyarakat lokal di sekitar kawasan wisata. Konsep CBT digunakan oleh para perancang pembangunan pariwisata sebagai srategi untuk mengarahkan komunitas agar lebih berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan sebagai patner dalam industri pariwisata.
Teknik Analisis
Dalam tahapan analisis data peneliti memulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
CONTOH TESIS NO.9 PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU KALEDUPA, KABUPATEN WAKATOBI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA (Community Based Marine Tourism Development in Kaledupa Island, Wakatobi Regency, South East Sulawesi Province)
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel utama yang harus dititikberatkan dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Kaledupa dan sekitarnya, yaitu informatif, koordinasi antar instansi, dan sumberdaya alam. Penitikberatan pada ketiga variabel tersebut diharapkan dapat menghilangkan kesalahpahaman dan kesalahpenafsiran atas informasi yang diberikan sehingga dapat menunjang hubungan yang harmonis antar pemangku kepentingan pengembangan wisata bahari. Koordinasi yang harmonis diharapkan dapat mensinergikan antar perencanaan, pengembangan dan pengelolaan. Diharapkan pula sumberdaya alam yang ada berkesinambungan tanpa mengurangi dan merusak kualitasnya.
BAB I
Beberapa metode kajian pengembangan pariwisata berbasis masyarakat telah dilakukan. Nugraha dan Aliyah (2013) menggunakan metode analisis interaktif dan analisis lingkungan internal-eksternal di Karanganyar. Begitu juga dengan Sukadi dkk., (2013) yang menggunakan pendekatan etnografi di Bali. Sebagian besar metode analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif seperti yang dilakukan oleh Tanaya dan Rudiarto (2014), Barus dkk., (2013) dan Harun (2014). Penelitian-penelitian tersebut tidak menentukan variabel kunci dalam pengembangan pariwisata yang memfokuskan pada pelibatan stakeholders. Sebagai bagian dari suatu pengembangan pariwisata bahari, aspek stakeholders dalam perencanaan harus dilibatkan dan dilakukan secara efektif.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis prospektif partisipatif yang bertujuan untuk menghasilkan konsensus demi kepentingan perencanaan (Damai dkk., 2011)
CONTOH TESIS NO.10 EVALUASI COMMUNITY-BASED TOURISMTERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LOKAL PANTAI PANDAWA, BALI
Abstrak
Hasil kajian memperlihatkan bahwa implementasi CBT yang efektif di lingkungan Pantai Pandawa memiliki dampak penting pada tiga pilar keberlanjutan yang menghasilkan perluasan manfaat ekonomi, sosial,dan lingkungan. Perubahan pendapatan menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat. Meskipun terdapat perubahan dalam hal sosial ekonomi, masyarakat masih memiliki kesadaran untuk tetap menjaga kebudayaansebagai nilai hidup dengan menjaga budaya dan lingkungan sebagai salah satu nilai jual pariwisata di Bali selain kondisi alamnya.
BAB I
Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata telah memiliki merek yang kuat di benak wisatawan nasional maupun internasional. Hal ini dibuktikan dengan kembali diraihnya predikat Bali untuk kesekian kalinya sebagai destinasi wisata terbaik di dunia tahun 2017 versi Travellers Choice Awardyang dilakukan Tripadvisor (travel.kompas.com, 2017). Kepercayaan wisatawanuntuk berkunjung ke Bali ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Persentase wisatawan yang berkunjung ke Bali terus mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu 4,43 persen di tahun 2012, 11,16 persen di tahun 2013, 14,89 persen di tahun 2014, 6,24 persen di tahun 2015, dan bertumbuh signifikan sebesar 23,14 persen di tahun 2016. Sektor pariwisata pun masih menjadi sektor terbesar yang menumpu perekonomian di Bali. Berdasarkan data PDRB Provinsi Bali, sebesar 22 persen perekonomian di Bali ditopang oleh sektor akomodasi dan makan minum sebagai perwujudan dari aktivitas pariwisata (Provinsi Bali dalam Angka, 2017).
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data melalui wawancara melalui instrumen tertulis sebagai pedoman.
CONTOH TESIS NO.11 STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH PENYANGGA WISATA MELALUI COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Pada Sektor Pariwisata Desa Gunungrejo Kecamatan Way Ratai)
Abstrak
Sektor pariwisata di Indonesia menjadi pilihan sebagai strategi pembangunan di suatu daerah. Khususnya di Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran memiliki potensi wisata yang banyak yaitu terdapat di kawasan strategis pariwisata Kecamatan Teluk Pandan, akan tetapi karena meningkatnya permintaan kunjungan wisata maka dibutuhkan suatu daerah yang dapat menyangga wisata. Daerah penyangga wisata tersebut yaitu Kecamatan Way Ratai. Untuk itu tujuan penelitian ini untuk menemukan strategi pengembangan wisata dan penentu keberhasilan pengembangan daerah penyangga wisata. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pariwisata di Desa Gunungrejo ditempuh melalui empat strategi pengembangan yang sudah cukup baik dengan didukung kepemimpinan kepala daerah, partisipasi masyarakat, dan implementasi kebijakan.
BAB I
Peranan sektor pariwisata dari sisi ekonomi dinilai efektif dalam menambah devisa negara karena sektor pada sektor pariwisata diproyeksikan menjadi penyumbang devisa bagi negara di luar sektor minyak dan gas (migas), batu bara, dan kelapa sawit. Berdasarkan data laporan kinerja Kementerian Pariwisata (Kemenpar), sektor pariwisata menyumbang 10% PDB nasional (tertinggi di ASEAN) peringkat keempat penyumbang devisa nasional sebesar 9,3%, penyumbang 8,4 % juta lapangan pekerjaan sehingga dalam lima tahun terakhir lapangan pekerjaan tumbuh sebesar 30%. Kementerian Pariwisata juga mengungkapkan perolehan devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2018 mencapai 17,6 miliar dolar AS sehingga menjadikan sektor pariwisata bisa mengungguli CPO (Crude Palm Oi). (http://www.kemenpar.go.id/post/kajiandampak-sektor-pariwisata-terhadap-perekonomian-indonesia diakses pada 8 Januari 2019). Dengan demikian, besarnya kontribusi sektor pariwisata pada sisi ekonomi diyakini mampu menjadi salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia dengan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh daerah, memutus rantai kemiskinan, dan pengangguran.
Teknik Analisis
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Data dianalisis secara deskriptif yaitu dengan penelitian dengan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
CONTOH TESIS NO.12 KAJIAN TENTANG PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DAYA TARIK WISATA JATILUWIH, TABANAN, BALI
Abstrak
Desa Jatiluwih adalah desa wisata yang terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Desa wisata ini memiliki panorama alam yang indah dengan terasering yang unik dan berdampingan dengan indahnya pemandangan Gunung Batukaru. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Perumusan masalah yang dikaji oleh peneliti ada dua, yaitu: (1) penerapan konsep CBT yang dilakukan oleh otoritas Desa Wisata Jatiluwih dalam mengelola daya tarik wisata berkelanjutan, dan (2) peran yang dimainkan oleh pemangku kepentingan. Kajian ini menyimpulkan bahwa manajemen Daya Tarik Wisata Jatiluwih telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang sehat, pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat setempat; melestarikan alam agar lingkungan tetap lestari, budaya sehat dengan berkontribusi pada budaya yang ada di masyarakat pedesaan, dan menerapkan prinsip kepuasan wisatawan. Hasil kajian ini menyarankan agar sistem subak dan alamnya tetap dipertahankan karena menjadi indikator kepuasan wisatawan yang berkunjung ke Jatiluwih.
BAB I
Mengacu pada kebijakan peraturan Provinsi Bali nomor 2 tahun 2012 tentang wisata budaya di Bali, bahwa salah satu manifestasi pariwisata budaya adalah berupa desa wisata. “Desa wisata merupakan suatu kegiatan wisata yang ditujukan bagi para wistawan untuk dapat menikmati suasana alam pedesaan yang digunakan untuk beristirahat, serta mempelajari kehidupan masyarakat setempat dan memperhatikan keunikan suatu daerah seperti aktifitas menari, mematung serta aktivitas lainnya”. Tetapi, pada pengelolaan pariwisata, khususnya untuk desa wisata, masih dengan pendekatan ekonomi yang hanya menekankan minat investor dan terkadang mengabaikan keberlanjutan lingkungan dan masyarakat setempat. Kebijakan yang tepat dengan melibatkan peran masyakat dalam pengelolaan desa wisata (Windari, 2016). Alternatif untuk menghindari pariwisata massal mulai dikenal sejak tahun 1980-an dengan Pariwisata berbasis masyarakat (Mago, 2011; Rocharungsat, 2005). Implementasi pengembangan pariwisata Pelaksanaanya melibatkan komunitas tuan rumah (pedesaan) (Hall and Clover, 2005).
Teknik Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit analisis individu yaitu masyarakat yang menyiapkan tempat menginap atau homestay dan pengelola sebagai informan penelitian sebanyak lima orang yang mewakili pengelola DTW Jatiluwih, tiga orang pemilik homestay, dan seorang pemilik warung di Jatiluwih. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
CONTOH TESIS NO.13 MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI COMMUNITY-BASED TOURISM (CBT) PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua model pengembangan ekonomi kerakyatan di Kampung Warna-Warni Jodipan Kota Malang yaitu: 1) Model Partisipatif terstruktur dengan menjadikan warga setempat berperan aktif dalam proses pengembangan pariwisata. 2) Model pemberdayaan masyarakat produktif dengan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Kedua model tersebut sesuai dengan strategi dalam pengembangan ekonomi Islam berupa: mekanisme filter moral Islam, adanya motivasi untuk melakukan yang terbaik bagi individu dan masyarakat, lingkungan yang mendukung kegiatan ekonomi yang Islami dan peran pemerintah yang kuat dan positif dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Sedangkan dampak yang dihasilkan dari pengembangan ekonomi tersebut adalah: pertama, Pemenuhan kebutuhan dasar. Kedua, Kesempatan kerja yang terhormat. ketiga, Pendapatan warga meningkat dan merata. Keempat, Pertumbuhan dan stabilitas ekonomi warga.
BAB I
Adanya sumber daya yang ada di kawasan wisata Jodipan merupakan modal yang sangat besar untuk membangun sistem ekonomi kerakyatan yang ada di kawasan tersebut. Dengan strategi pengembangan ekonomi yang baik tentunya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Berdasarkan pengamatan dan data di atas, peneliti melihat bahwa belum ada penelitian tentang model pengembangan ekonomi kerakyatan melalui Community-Based Tourism (CBT) di kawasan tersebut.
Kerangka Konseptual
Teknik Analisis
Aktivitas dalam analisis data ini diantaranya:
- Reduksi Data
- Penyajian Data
- Penarikan Kesimpulan
CONTOH TESIS NO.14 KONDISI MASYARAKAT DI KAWASAN KONSERVASI SENDANG BIRU DESA TAMBAK REJO KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN CBT (COMMUNITY BASED TOURISM)
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan kondisi sumber daya manusia, yang memiliki 3 aspek meliputi, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang masuk dalam kategori rendah. Hasil penelitian tentang kondisi partisipasi masyarakat di Desa Tambak Rejo yang belum menunjukan keantusiasan dalam setiap kegiatan sehingga masih tergolong rendah. Hasil penelitian tentang kearifan lokal masyarakat di Desa Tambak Rejo dalam mendukung konsep pengembangan CBT adalah dengan adanya aturan-aturan masyarakat dalam melindungi sumber daya alam serta adanya tradisi yaitu upacara Petik Laut. Kondisi sumber daya manusia, partisipasi dan kearifan lokal yang rendah menunjukkan pengembangan CBT di Desa Tambak Rejo kurang berkembang.
BAB I
Pengembangan CBT (Community Based Tourism) merupakan wujud dari perhatian pemerintah terhadap kemajuan pariwisata yang terus berkembang demi mensejahterahkan masyarakat sekitar, hal ini disebabkan banyaknya obyek wisata yang tidak bisa mensejahterahkan dan mengangkat ekonomi masyarakat sekitar. Konsep pengembangan pembangunan CBT menurut Pinel dalam Hadiwijoyo (2012 : 60), adalah model pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Yuliantri dan Yusuf (2007 : 8), menjelaskan agar pelaksanaan konsep CBT terlaksana dengan baik, ada elemen-elemen CBT yang harus diperhatikan, yaitu; (1) Sumber daya alam dan manusia; (2) Organisasi-organisasi masyarakat; (3) Manajemen; (4) Pembelajaran.
Teknilk Analisis
Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu mengukur variabel sumber daya manusia, meliputi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, serta variabel partisipasi dengan menggunakan teknik perhitungan skala likert dengan beberapa pertanyaan dan 4 opsi jawaban.
CONTOH TESIS NO.15 PENGEMBANGAN SELANCAR (SURFING) MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (COMMUNITY BASED DEVELOPMENT) DI KAWASAN WISATA PANTAI KUTA, KABUPATEN BADUNG
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta dan keikutsertaan masyarakat lokal dalam pengembangan selancar (surfing) di kawasan wisata Kuta masih sedikit. Para pelaku dan investor mayoritas berasal dari luar wilayah Kuta. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan strategi alternatif yang perlu dikembangkan di Kuta, antara lain: pengembangan surfing berbasis masyarakat lokal di kawasan Kuta, pengembangan usaha jasa pelayanan surfing yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat lokal, strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan yang melakukan kegiatan surfing di Kawasan Kuta, dan strategi pengembangan kelembagaan terhadap kegiatan surfing.
BAB I
Kegiatan selancar (surfing) dewasa ini banyak dilakukan oleh wisatawan di Kuta. Potensi ombak yang dimiliki Pantai Kuta menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan, khususnya bagi peselancar. Hal ini disebabkan oleh tantangan yang ditawarkan Pantai Kuta berbeda dengan pantai lainnya di Bali, dimana ombak di Pantai Kuta bisa ditemukan setiap hari dan sangat beragam, mulai dari ombak kecil yang diperuntukkan bagi pemula, sampai dengan ombak besar yang diperuntukan bagi para peselancar profesional.
Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Metode Deskriptif Kualitatif dan 2) Analisis SWOT untuk menghasilkan beberapa strategi umum (Grand Strategy) pengembangan potensi wisata selancar (surfing) di Kawasan Wisata Pantai Kuta.
Leave a Reply