HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Tesis Akutansi: Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris trhdp Pengungkapan IC

Judul Tesis : Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Intellectual Capital (Studi pada Perbankan Syariah di Asia)

 

A. Latar Belakang

Perbankan syariah merupakan bagian dari industri yang bergerak pada sektor jasa. Globalisasi, inovasi teknologi, dan persaingan yang ketat memaksa perusahaan-perusahaan mengubah basis bisnis mereka, dari laborbased business menjadi knowledge based business (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Pada sektor jasa perubahan tersebut bersifat mendesak dikarenakan modal utama yang dimiliki berbasis pada pengetahuan (sumber daya manusia) dan teknologi yang mendukung struktur perusahaan serta pelayanan pelanggan.

Selama beberapa dekade ini, telah terjadi sebuah realisasi pertumbuhan secara cepat yang menyadari arti penting dari intangible assets dan intellectual capital sebagai bagian dari operasi perusahaan (Pike, Rylander, dan Roos, 2001). Intellectual Capital merupakan kepemilikan pengetahuan dan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan profesional, hubungan yang baik, kapasitas teknologi yang diaplikasikan serta akan memberikan keunggulan kompetitif pada perusahaan (CIMA, 2001). Sebagai sebuah konsep, intellectual capital merujuk pada modal-modal non fisik atau yang tidak berwujud (intangible assets) (Rupidara, 2008). Intellectual capital terkait dengan pengetahuan, pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan sehingga memiliki potensi untuk memajukan organisasi dan masyarakat.

 

B. Rumusan Masalah

Masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah apakah karakteristik dewan komisaris, yang terdiri atas (a) board size (b) proporsi non-executive directors dan (c) role duality berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan intellectual capital.

 

C. Landasan Teori

Agency Theory

Perusahaan modern sekarang ini memisahkan antara pemilik dengan agennya (manajer) (Tsui dan Gul, 2000). Hal tersebut menyebabkan organisasi rentan terhadap konflik keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Agen dituntut untuk bertindak sesuai dengan keinginan pemilik, untuk mencegah masalah keagenan dimana timbul konflik karena agen akan cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi maka akan timbul biaya keagenan (monitoring, bonding, dan residual loss) (Jensen dan Meckling, 1976). Biaya keagenan dapat ditekan dengan kepemilikan saham oleh manajer (Eng dan Mak, 2003). Sedangkan Healy dan Palepu (2000) mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah keagenan adalah dengan menggunakan board of directors (dewan komisaris) yang bertanggung jawab untuk mengawasi manajer demi kepentingan investor.

Stakeholder Theory

Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan, keberadaan dewan komisaris menjadi penting karena didalam praktik sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya. Menurut Bukh (2003) pengungkapan intellectual capital didasarkan pada kepercayaan bahwa perusahaan dengan major intangible values mempublikasikan informasi non-keuangan yang lebih luas dalam rangka mengurangi information gap. Sehingga keberadaan dewan komisaris berpengaruh terhadap berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholder melalui pengungkapan intellectual capital.

Signaling Theory

Signaling theory mengindikasikan bahwa organisasi akan berusaha untuk menunjukkan sinyal informasi positif kepada investor melalui mekanisme annual reports (Miller dan Whiting, 2005). Manajer memiliki motivasi untuk mengungkapkan private information secara sukarela karena mereka berharap informasi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai sinyal positif mengenai kinerja perusahaan dan mampu mengurangi asimetri informasi (Oliveira et al., 2008).

 

D. Metode Penelitian

Metode pooling digunakan untuk tujuan pengolahan data yang terdiri dari variabel dependen, independen, dan kontrol.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh karakteristik dewan komisaris terhadap pengungkapan intellectual capital. penelitian ini digunakan teknik purposive sampling.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan content analysis untuk variabel dependennya.

 

E. Kesimpulan

Tingkat kesadaran perusahaan dalam mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital pada bank syariah di Asia ternyata masih rendah. Rata-rata hanya sebanyak 35.49% dari total 61 item (dalam dua format) intellectual capital yang diungkapkan oleh perusahaan. Padahal hasil survey global menunjukkan bahwa intellectual capital merupakan tipe informasi yang paling banyak dipertimbangkan oleh investor. Namun, pada kenyataannya tidak diungkapkan oleh manajer, hal ini menyebabkan terjadinya “information gap” (Bozzolan.et al., 2003). Hal ini menunjukkan bahwa peranan non-executive directors belum optimal. Minimnya kesadaran bank syariah, akan pentingnya intellectual capital (human capital) juga terlihat dari banyaknya bank syariah yang belum menetapkan posisi independent non-executive directors sebagai aspek dalam corporate governance yang berperan dalam pengawasan.

 

Contoh Tesis Akutansi

  1. Evaluasi Sistem Pemberian Kredit Bagi Nasabah Baru pada PT. BPR Sukadana Surakarta
  2. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Intellectual Capital
  3. Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan
  4. Persistensi Laba, Akrual, Aliran Kas dan Booktax Differences
  5. Rancangan Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Sederhana

 

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?