HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

STRATEGI “PUBLIC RELATIONS” DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI OBJEK WISATA

Objek wisata dipandang memiliki prospek yang cukup menjanjikan serta banyak mendatangkan  keuntungan bagi pemerintah dan masyarakat. Sebagai instansi pemerintah yang bergerak di bidang pariwisata, Humas Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) berupaya untuk mengembangkan objek wisata waduk Jatigede yang berada di kabupaten Sumedang.

Potensi Pariwisata di Indonesia

Potensi Pariwisata di Indonesia

Penelitian ini lahir untuk mengetahui strategi public relation (PR) Disparpora kabupaten Sumedang dalam mengembangkan potensi objek wisata waduk Jatigede Kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan mengumpulkan data melaluiobservasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian diambil simpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media dalam promosi pariwisata yang digunakan Humas disparpora kabupaten Sumedang dilakukan dengan sangat beragam, yaitu internet dengan berbasis website, penggunaan blog, media sosial (facebook, instagram, BBM dan whatsap) dan media cetak (koran), dimana penggunaan media  tersebut dimanfaatkakn untuk menginformasikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten Sumedang. Disamping penggunaan media, humas disparpora juga melakukan kerjsama dengan berbagai lembaga, terutama lembaga dari luar namun hal ini belum dilakukan secara maksimal.

Kata Kunci : Public relations, Objek Wisata

PENDAHULUAN

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang multidemensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik. Selain itu, kepariwisataan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan membuka lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata serta memupuk rasa cinta tanah air karena keanekaragaman yang dimiliki dari setiap objek wisata.

Saat ini masih dirasakan bahwa sinergi dari upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengembangkan pariwisata nasional masih belum berjalan secara optimal, disebabkan masih adanya perbedaan persepsi yang perlu mendapatkan klarifikasi. Disamping itu, pariwisata lebih banyak terkosentrasi di tempat-tempat yang sudah maju, sementara untuk pariwisata yang kurang berkembang tidak mendapat perhatian untuk dikembangkan.

Setiap objek wisata sangat membutuhkan pelaku komunikasi yang handal, untuk itu, objek wisata perlu ditangani dengan baik, mulai dari kesiapan objeknya sampai upaya pemasarannya sehingga dapat diketahui wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

Salah satu objek wisata di kabupaten Sumedang adalah waduk Jatigede yang mulai diresmikan pengenangan waduknya pada tahun 2015 lalu oleh presiden bersama menteri PU dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sejak peresmian tersebut, kabupaten Sumedang makin semangat untuk mengembangkan wisata waduk Jatigede yang memiliki potensial untuk dijadikan destinasi  wisata kelas dunia, apalagi waduk Jatigede menjadi waduk terbesar kedua se-Asia Tenggara, setelah waduk Jatiluhur di Purwakarta.

Untuk mengembangkan wisata waduk Jatigede, peran public relations di dalam bidang pariwisata sangatlah diperlukan salah satunya sebagai alat untuk memperkenalkan objek wisata. Selain itu hubungan pariwisata dan public relations sangat erat, dimana pariwisata juga membutuhkan public relations dalam pengembangannya. Menurut definisi (British) Institute ofPublic relations (IPR) adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good willI) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayak.

Jadi public relations adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye dan program terpadu, dan semuanya ini berlangsung secara berkesinambugan dan teratur.

Menurut Jefkins, public relation adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian, (Jefkins, 2004:9).

Model Publik Relation

Model Publik Relation

Dari berbagai definisi tentang public relations di atas dapat di tarik konsep bahwa seorang public relations harus mampu berkomunikasi dengan baik untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku khalayak sasarannya untuk mencapai tujuan.

Kegiatan public relation/humas Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Sumedang yang dapat dilakukan untuk mengembangkan objek wisata waduk Jatigede antara lain, menyusun strategi komunikasi diantaranya adalah promosi tempat wisata, kampanye program wisata dan pengenalan budaya dan objek wisata yang merupakan faktor yang dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke daerah tersebut.

Promosi pariwisata merupakan upaya yang dilakukan untuk menyesuaikan produk pariwisata dengan permintaan wisatawan sehingga produk menjadi lebih menarik. Daya tariklah yang menjadi kata kunci dari sebuah upaya promosi pariwisata yang selalu dikemas dengan model yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk menjadi destinasi wisatanya. Kegiatan promosi juga merupakan kegiatan yang intensif dalam waktu yang relative singkat, tentunya mengingat sifat maupun karakter dari suatu produk pariwisata itu sendiri. Dalam kegiatan ini diadakan usaha untuk memperbesar daya tarik produk terhadap calon wisatawan. Wisatawan dan permintaanya tidak digarap namun produknya yang lebih disesuaikan dengan permintaan.

Pada dasarnya tujuan dari promosi pariwisata tidak lain :

  1. Memperkenalkan jasa-jasa dan produk yang dihasilkan industry pariwisata seluas mungkin.
  2. Memberi kesan daya tarik sekuat mungkin dengan harapan agar orang akan banyak datang untuk berkunjung.
  3. Menyampaikan pesan yang menarik dengan cara jujur untuk menciptakan harapan-harapan yang tinggi. (Yoeti, 1996:52).

Peran public relations tidak bisa dipisahkan dari media. Hubungan public relations dengan media seperti sisi mata uang yang saling berdampingan. Baik public relations maupun media, masing-masing saling mengisi dan melengkapi untuk kepentingan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Public relations dalam memilih dan menggunakan media sebagai penyebaran informasi yang dimungkinkan dapat menjelaskan dan mempromosikan beragam keunggulan objek wisata yang ditawarkan kepada khalayak. Berbagai media komunikasi dapat digunakan sebagai media komunikasi pemasaran. Di antara media konvensional yang sering dipakai adalah televisi, surat kabar, radio dan film. Juga dapat menggunakan media luar ruang, media dalam ruang (banner), atau media lainnya seperti spanduk, brosur, leafleat, dsb.

Perpaduan antara media konvensional dengan media komunikasi baru yaitu mengunakan media sosial. Media sosial mengusung kombinasi antara ruang lingkup elemen dunia maya, dalam produk-produk layanan online seperti blog, forum disukusi, chat-room, e-mail, website, dan juga kekuatan komunitas yang dibangun pada jejaring sosial. Tujuan menggunakan media ini untuk terus terkoneksi, berkomunikasi, bahkan saling berbagi/sharing (Juju dan Sulianta, 2010:1).

Penggunaan media sosial mendapatkan informasi dengan mudah, tidak dibatasi jarak, mendapatkannya secara langsung, bahkan dia bisa memutuskan mana informasi yang ingin dilihat, berpartisipasi atas informasi yang disebarkan, juga dengan mudahnya mempublikasikan informasi personal (Juju dan Sulianta, 2010:5).

Peran Public relations/humas Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Sumedang diharapakan dapat mengoptimalkan media sebagai sarana informasi dan promosi untuk mengembangkan pariwisata khususnya objek wisata waduk Jatigede.

Pengembangan pariwisata perlu diarahkan untuk mendorong tumbuhnya daya saing melalui pengembangan potensi objek wisata. Salah satunya meningkatkan kerjasama diantara dinas pariwisata dengan para stakeholder. Peran public relations dalam menjalin kerjasama dengan para stakeholder tentunya sangat dibutuhkan, koordinasi dan peran serta keterlibatan dan keterpaduan antar stakeholder maupun sektor terkait dalam pengembangan pariwisata ini sangat penting. Pengembangan pariwisata merupakan salah satu konsep pengembangan jaringan. Pola pengembangan jaringan pariwisata memerlukan kerjasama (partnership) antara pemerintah daerah maupun sektor swasta secara sinergis. Agar pengembangan pariwisata ini dapat berjalan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan maka dibutuhkan dukungan dari semua pihak (pemerintah, swasta dan masyarakat).

Untuk tercapainya hal tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan koordinasi antara unsur pemerintah (pusat/daerah), menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, masyarakat, dan pengusaha pariwisata dalam pemantapan pengembangan pariwisata khususnya waduk Jatigede yang berada di kabupaten Sumedang.

Dalam rangka optimalisasi pengembangan pariwisata, beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain ; kerjasama antara pemerintah, pelaku di industry pariwisata, masyarakat lokal dan pihak swasta serta partisipasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan NGO (Non Government Organization) dalam menjaga dan mengontrol kawasan wisata. Peran public relations dalam menjalin kerjasama dengan para stakeholder tentunya sangat dibutuhkan agar mampu berkomunikasi dengan baik untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku khalayak sasarannya untuk mencapai tujuan tersebut.

Public relations memiliki kemampuan untuk memengaruhi fungsinya keseluruhan sistem organisasi. Berbagai aktivitas menjalin dan merekatkan hubungan antara subsistem, menjadikan public relations memegang peranan penting dalam organisasi.  Disamping itu, public relations menjadi mediator dan fasilitator yang menyediakan  saluran komunikasi dua arah antara organisasi dengan publiknya. Seseorang yang mampu bertindak sebagai partner, mitra atau teman bagi manajemen senior dalam upaya mengatasi berbagai persoalan yang menimpa organisasi (problem solving facilitator). (Lattimore, 2007:53).

Teori relationship management merupakan teori penting dari public relations, karena terkait dengan fungsi dasar public relations yaitu aktivitas komunikasi yang menguhubungkan organisasi dan public. (Kriyantono, 2014:277). Pada teori ini, focus membahas proses manajemen relasi organisasi dan publiknya baik internal maupun eksternal, karena teori ini juga dikenal sebagai pusat atau inti public relations (Ledingham, dalam Kriyanto 2014:277).

Terdapat beberapa definisi teori relationship management, menurut para ahli :

  1. Ledingham (dikutip di Kriyanto 2014:277), mendefinisikan OPR sebagai situasi yang terjadi diantara organisasi dan publiknya yang di dalamnya tindakan kedua pihak dapat berdampak bagi kesejahteraan ekonomi, social, budaya atau politik dari masing-masing pihak”.
  2. Gregory (dikutip di Kriyanto 2014:277), menyebutkan upaya organisasi membangun relasi dengan publiknya untuk menciptakan relasi yang positif dalam dua arah (organisasi ke public dan public ke organisasi).

Dalam melaksanakan proses management, menurut teori relationhip management harus berdasarkan pada prinsip dasar berikut :

  1. Focus utama public relations yaitu membangun relasi
  2. Relasi yang berhasil jika didasarkan upaya meraih keuntungan bagi kedua pihak organisasi dari public
  3. Organization public relations  bersifat dinamis sehingga selalu berubah setiap saat
  4. Relasi didorong oleh kebutuhan dan keinginan dari organisasi dan public
  5. Manajemen OPR yang efektif akan meningkatkan pemahaman dan keuntungan bagi organisasi dan public
  6. Keberhasilan OPR diukur berdasarkan kualitas relasi, bukan produksi dan penyebaran pesan
  7. Komunikasi yaitu alat strategi memanajemen relasi, tetapi komunikasi tidak dapat menjaga relasi jangka panjang tanpa diiringi perilaku organisasi
  8. OPR dipengaruhi oleh sejarah relasi, sifat interaksi, frekuensi pertukaran dan resiprositas
  9. OPR dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu relasi personal (interaksi personal antara perwakilan organisasi dan anggota public), relasi professional (interaksi yang terjadi karena alasan-alasan keprofesionalan), relasi komunitas (relasi yang didasarkan persepsi bahwa organisasi mendukung kepentingan komunitas) baik bersifat simbolis (communication driven) maupun perilaku (program driven).
  10. Penciptaan relasi dapat terjadi dalam berbagai aspek kajian dan praktik public relations.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrument dan disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (Moleong, 2003:3) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.  Penelitianini merupakan kualitatif deskriptif, ditujukan untuk mengetahui gambaran bagaimana strategi public relations dalammengembangkan potensi objek wisata waduk Jatigede Kabupaten Sumedang, sesuai dengan tujuannya dan penelitian ini tidakmembuktikan teori-teori tertentu juga tidak akan menggeneralisasi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam prosesberlangsungnya pengembangan wisata tersebut.

Sasaran dalam penelitian ini adalah Public relations/humas Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Sumedang. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan humas disparpora dalam mengembangkan potensi objek wisata waduk Jatigede. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli  s.d September 2017.

Analisis data dalam penelitian ini, merupakan hasil dari wawancara, pengamatan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data yang diperoleh kedalam sebuah kategori, menjabarkan data kedalam unit-unit, menganalisa data yang penting, menyusun atau menyajikan data yang sesuai dengan masalah penelitian dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, peneliti menganalisa hasil penelitian yang diperoleh. Data dan hasil wawancara yang didapatkan oleh peneliti, akan dianalisa sesuai dengan pokok pembahasan yang diharapkan dapat saling melengkapi berdasarkan konsep dan teori yang digunakan. Pada pokok pembahasan pertama, peneliti akan membahas tentang media yang digunakan untuk mengembangkan potensi wisata waduk Jatigede. Pokok bahasan kedua adalah strategi public relations/humas disparpora kabupaten Sumedang dalam membangun kerjasama dengan stakeholder.

Penggunaan Media dalam Mengembangkan Potensi Wisata

Media dan dan promosi dua kata yang berbeda, namun peran yang sangat vital dalam dalam melakukan public relation. Penggunaan media dalam hal promosi sangatlah penting dan efektif karena saat ini media sosial berperan aktif dan sangat membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam menyebarluaskan informasi atau promosi sektor pariwisata. Media komunikasi merupakan suatu benda atau alat yang digunakan sebagai perantara untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat. Media komunikasi dapat berupa media cetak (seperti ; koran, majalah, pamphlet, spanduk, dsb). Media elektronik (radio, televise, handphone, dsb) dan media social (facebook, twitter, youtube, blog, dsb).

Dalam mendukung pengembangan potensi wisata, praktisi PR dapat menggunakan strategi social media dan mengintegrasikan dengan program promosi pariwisata. Taktik ini bertujuan untuk membantu calon wisatawan mendapatkan informasi, gambaran, serta memotivasi untuk melakukan kunjungan.

Praktisi public relation/humas disparpora kabupaten Sumedang menggunakan berbagai media, antara lain media elektronika (internet) dan media cetak (surat kabar). Secara khusus, media internet yang dimanfaatkan adalah website (http://disparporasumedangkab.com). Website resmi ini digunakan sebagai sarana informasi terbaru mengenai pemberitaan terkait hal-hal yang terdapat di kabupaten Sumedang, seperti potensi wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, olahraga dan sebagainya.

Sementara itu, penggunaan media social oleh public relation Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Sumedang, sangatlah efektif  dan efisien. Dengan adanya penggunaan website, blog, dan media sosial (facebook, instagram, BBM dan whatsaap) dilakukan untuk menginformasikan berbagai produk wisata kawasan waduk Jatigede dalam mengembangkan nilai jual wisata baik pada wisatawan domestic maupun mancanegara. Sehingga dengan menggunakan jaringan internet ini tidak terikat oleh ruang dan waktu karena setiap orang dapat mendapatkan informasi yang dibutuhkan kapan saja dan melalui posting foto-foto keindahan kawasan wisata waduk Jatigede secara tidak langsung dapat mempengaruhi ketertarikan wistawan untuk berkunjung.

Melalui media cetak (koran), informasi yang dapat disampaikan antara lain liputan khusus tentang pengembangan kawasan objek wisata, liputan pers tentang berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten Sumedang.

Public relations maupun media, masing-masing saling mengisi dan melengkapi untuk  kepentingan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Public relations dalam memilih dan menggunakan media sebagai penyebaran informasi yang dimungkinkan dapat menjelaskan dan mempromosikan beragam keunggulan objek wisata yang ditawarkan kepada khalayak.

Adapun Media yang biasanya digunakan dalam penyebaran informasi yang dimungkinkan dapat menjelaskan dan mempromosikan beragam keunggulan objek wisata waduk Jatigede yang ditawarkan, baik kepada mereka yang memilikikesadaran rendah untuk berwisata maupun mereka yang membutuhkan informasi pariwisata mengenai waduk Jatigede, baikpublik internal maupun publik eksternal adalah sebagai berikut: Media massa, publikasi organisasional, berita berkala, pamflet,leaflet, booklet dan poster, surat, sisipan, pidato yang dicetak (the printed word). Setiap publikasi, atau setiap kata yang dicetak, merupakan bagian dari suatu program komunikasi yang terkoordinasi, yang dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan spesifik yang ditetapkan sebagai tanggapan terhadap situasi suatu organisasi.

Sebagai tambahan strategi media public relations seharusnya dilakukan secara matang dan seksama dan target pasar yang dikehendaki yaitu masyarakat luas, baik masyarakat Sumedang  maupun masyarakat yang berada di luar Sumedang. Dengan demikian dibutuhkan sebuah media yang dapat menjangkaunya dengan isi pesan yang tepat dan kena pada sasarannya. Sehingga, bukan saja bentuk media yang menjadi perhatian, tetapi bagaimana penyebarannya pun penting untuk dicermati.

Selain itu, parktisi PR/humas Disparpora kabupaten Sumedang juga memanfaatkan strategi event dalam promosipengembangan kawasan wisata waduk Jatigede. Kegiatan event yang dilaksanakan adalah menggelar beberapa event pariwisata sebagai daya tarik wisatawan mengunjungi kawasan wisata waduk Jatigede.

Program kerja public relations dibuat secara khusus sehingga mengesankan, dijelaskan  oleh  Macnamara dalam Ruslan (2005:212) special event adalah sebuah event yang biasanya dilaksanakan untuk mendapatkan perhatian pada media untuk klien. Jadi, hal ini memang dirancang khusus dalam program kehumasan. Hal ini merupakan beberapa kegiatan dan program untuk menarik minat wisatawan, kegiatan yang dilakukan praktisi PR Disparpora kabupaten Sumedang dalam mengembangkan potensi wisata, antara lain :

  1. Pelaksanaan Pesona Jatigede dan Festival Jatigede (Festival Gtembong Agung) yang akan dijadikan agenda tahunan,
  2. Mendorong kawasan Jatigede menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang telah mendapat respon positif dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia di 4 (empat) wilayah Kecamatan, sehingga nanti Kawasan Waduk Jatigedeakan menjadi daerah tujuan wisata atau destinasi pariwisata di Kabupaten Sumedang yang banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
  3. Menyusun kajian potensi pariwisata Kawasan Waduk Jatigede  yang membawahi wilayah Kecamatan Jatigede, Jatinunggal, Wado, Darmaraja dan Cisitu mempunyai daya tarik dan karakteristik tersendiri dan semua wilayah berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi baru di Kabupaten Sumedang, dengan konsep pengembangan Destinasi Buatan di Kawasan Waduk Jatigede, yang dapat dibagi dalam beberapa zonasi seperti;
  4. Zona Dermaga di wilayah bendungan
  5. Zona Ketangkasan
  6. Zona Perhotelan, Area Golf dan Rest Area
  7. Zona Camping Ground
  8. Zona Agriwisata
  9. Zona Ketangkasan
  10. Zona Pemancingan
  11. Zona Arboretum
  12. Zona Konservasi

Promosi yang telah diselenggarakan praktisi PR Disparpora kabupaten Sumedang dalam  kegiatan Festival Pesona Jatigede 2017 yang diselenggarakan di Tanjung Duriat, Desa Pajagan, Kecamatan Cisitu, berlangsung secara meriah dengan antusias masyarakat yang begitu tinggi yang turut hadir menyaksikan terselenggaranya acara tersebut. Dan diharapkan dapat terus berkembang dan mempunyai banyak tempat berpotensi yang bisa secara langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Sumedang maupun mendorong pembangunan Indonesia pada umumnya.

Kegiatan promosi tersebut dapat memudahkan berinteraksi dengan masyarakat dan mampu menjangkau kelompok sasaran tertentu, melalui penyampaian informasi kepada konsumen dalam hal ini adalah khalayak ataupublik- publiknya baik secara internal maupun eksternal dengan memanfaatkan teknologi agar responnya dapat diketahui langsung secara one to one.

Program kerja public relations dalam hal ini dibuat secara khusus sehingga mengesankan tidak umum,sebagaimana penjelasan Macmara dalam Ruslan (2003:212) special event atau kegiatan khusus adalah sebuahevent yang biasanya dilaksanakan untuk mendapatkan perhatian pada media untuk klien. Dengan demikiankegiatan khusus merupakan suatu peristiwa istimewa yang dirancang secara khusus dalam program PR  yangdikaitkan dengan event tertentu.

Membangun Kerjasama dengan Stakeholder

Peran public relations dalam menjalin kerjasama (partnership) antara pemerintah daerah maupun sektor swastadibutuhkan keterlibatan dan keterpaduan antar stakeholder maupun sektor terkait dalam pengembangan pariwisata Kawasan Waduk Jatigede.

Pada saat ini, praktisi PR Disparpora kabupaten Sumedang belum melakukan kerjasama terutama dengan pihak luar, saat ini sedang merintis dan mendorong BUMD untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kawasan Waduk Jatigede. Dukungan dari masyarakat lokal sangat positif, dalam upaya mengembangakan destinasi pariwisata di Kawasan Waduk Jatigede, dengan adanya kegiatan-kegiatan pariwisata di sekitar kawasan. Secara keseluruhan, pemerintah Kabupaten Sumedang sedang berupaya pengoptimalisasi kerjasama dengan berbagai pihak baik internal ataupun eksternal, agar dalam menjalin kerjasama dengan Disparpora Sumedang untuk senantiasa memperhatikan objek pariwisata ini.

Pengembangan pariwisata perlu diarahkan untuk mendorong tumbuhnya daya saing melalui pengembangan potensi antar daerah, maka hemat peneliti dengan sendirinya publik pariwisata juga dapat ditambahkan, seperti yang dikemukakan oleh Frank Jefkin, perlu ditambahkan pemerintahan yang lainnya menjadi publik eksternal.

Suatu destinasi mungkin saja mengharapkan mampu memenangkan dunia persaingan dalam menarik wisatawan berkunjung ke destinasi wisata. Ketika destinasi pariwisata ini mampu menjadi perhatian wisatawan, maka peluang untuk menarik investor untuk terlibat dalam aktifitas pariwisata sangat terbuka. Peluang pengembangan ekonomi dari sektor pariwisata menjadi besar karena stakeholder mengharapkan keuntungan atau kemanfaatan dari pengembangan pariwisata dan usaha pariwisata.

Bentuk kerjasama public relations pariwisata yang paling nampak dalam kegiatan atau pengembangan pariwisata adalah kerjasama antara sektor publik dan swasta. Sebagai contoh, pemerintah melakukan kerjasama dengan industri pariwisata (misalnya jasa perjalanan wisata) dalam melakukan program pengembangan pariwisata. Bentuk kegiatan dalam kerjasama ini tentunya disesuaikan dengan tujuan dan target kegiatan yang diharapkan, misalnya kegiatan pengembangan sumber daya manusia, dll.

Dengan adanya kerjasama yang baik antara public relations pemerintahan kabupaten sumedang dengan stakeholder eksternal (pihak swasta) memberikan dana untuk pengembangan pariwisata Jatigede Sumedang, seperti halnya zona penginapan serta zona area wisata lainnya. Maka pontensi Jatigede sebagai objek wisata akan semakin berkembang dan dapat mulai dilirik oleh wisatawan lokal ataupun asing.

Selain kerjasama dengan pihak stakeholder eksternal menjadi hal yang penting, pihak public relations disparpora kabupaten Sumedang tidak boleh luput menjalin stekholder internal, yakni warga sekitar. Banyak cara menjalin kerjasama dengan warga sekitar, yakni membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar untuk turut serta mengembangkan objek wisata tersebut.

Kerjasama yang bisa dilakukan pihak public relations dengan pengelola usaha makanan dan minuman dari pihak umkm warga sekitar, selain meningkatkan potensi objek wisata Jatigede,  juga dapat meningkatkan potensi dari segi wisata kuliner khas daerah sekitar.

Analisis Relationship Management Theory

Teori relationship management merupakan teori penting dari public relations, karena terkait dengan fungsi dasar public relations yaitu aktivitas komunikasi yang menguhubungkan organisasi dan public. (Kriyantono, 2014:277). Pada teori ini, fokus membahas proses manajemen relasi organisasi dan publiknya baik internal maupun eksternal,

Pada penelitian ini, teori ini digunakan untuk menghubungkan PR/Humas Disparpora Kabupaten Sumedang dengan para publik internal dan eksternal secara efektif dalam menghadapi kepentingan dan golongan bersama, yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk menghasilkan hubungan dengan saling pengertian dan menguntungkan. Menurut Ledingham (Heath, 2005), relationship management (pengelolaan hubungan) bertujuan untuk mendapatkan mutual benefit (saling menguntungkan) dengan publiknya, berupa persepsi positive publik kepada organisasi, persepi yang mendukung posisi sebuah organisasi di publik. Dalam relationship management, ada tiga unsur penting, yaitu pertukaran kebutuhan (interchange needs), ekspektasi (expectations), dan pemenuhan (fulfillment).

Pada penelitian ini, pertukaran kebutuhan (interchange needs) diantara PR/Humas disparpora kabupaten Sumedang dengan stakeholder internal/eksternal bertujuan untuk sama-sama mengembangkan potensi objek wisata waduk Jatigede, dimana PR/Humas memerlukan gagasan/ide cemerlang dari para stakeholder untuk mengembangkan potensi wisata menjadi objek wisata baru di kawasan kabupaten Sumedang. Disamping itu, suntikan dana tidak kalah penting untuk mengelola kawasan Jatigede menjadi kawasan wisata yang memiliki produk wisata unggulan, mulai dari kesiapan waduknya, umkm sampai dengan budaya lokalnya. Sementara interchange needs bagi stakeholder, dibutuhkan sebagai sarana eksistensi para stakeholder khususnya stakeholder eksternal dalam keterlibatannya dengan pemerintah daerah.

 Ekspektasi (expectations), dimana PR/Humas memiliki kepentingan membangun image positif kabupaten Sumedang dengan adanya destinasi baru diharapkan kabupaten Sumedang memiliki ikon baru yaitu kawasan wisata waduk Jatigede yang pada akhirnya menarik kunjungan wisatawan dan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Sementara bagi para stakeholder, dapat menjadi peluang usaha baru terutama dalam bisnis pariwisata.

Pemenuhan (fulfillment), dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama yang baik antara PR/Humas disparpora kabupaten Sumedang dengan para stakeholder, sehingga dapat memberikan kepercayaan dan komitmen yang tepat dan terjaga antara PR/Humas dan stakeholder untuk sama-sama megembangkan potensi wisata menjadi objek wisata baru di kabupaten Sumedang.

Relationship management theory berkaitan erat dengan fungsi public relations yang diembannya, yaitu sebagaipenyampai kebijakan manajemen kepada publiknya dan penyampai opini publik untuk manajemen. Karena keberhasilansuatu organisasi di mata publiknya, yaitu terciptanya hubungan yang harmonis. Hal ini hanya bisa dicapai manakala kebersamaan telah menjadi suatu  keniscayaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis tentang strategi public relations dalam mengembangkan potensi objek wisata, maka peneliti menyimpulkan, penggunaan media dalam pengembangan objek wisata yang digunakan praktisi PR/Humas Disparpora kabupaten Sumedang dilakukan dengan sangat beragam dan bervariasi, penggunaan website dan media sosialdigunakan untuk memaksimalkan pengembangan objek wisata waduk Jatigede. Strategi PR dalam mengembangkan potensi wisata dilakukan dengan membangun kerjasama stekholder internal & eksternal secara optimal. Membangun kerjasama dengan public, pihak swasta dan masyarakat sekitar dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas dan kuantitas dari potensi objek wisata waduk Jatigede.

Adapun saran terkait dari hasil penelitian ini adalah praktisi PR/Humas Disparpora kabupaten Sumedang, diharapkan melakukan aktivitas-aktivitas tambahan dalam mengembangkan potensi objek wisata waduk Jatigede diantaranya lebih memaksimalkan penggunaan media sosial karena media tersebut menjadi konsumsi public yang paling utama, membangun kepercayaan dengan berbagai pihak dalam menerima saran/kritik untuk kemajuan pengembangan potensi objek wisata, serta mencari sponsorship untuk mengembangkan objek wisata waduk Jatigede yang berada di kabupaten Sumedang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Oemi. 1993. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT.Citra Aditya  Bakti.

Effendy, Onong Uchyana. 1997. Ilmu Komunikasi Teori  dan  Praktek. Bandung:  Remaja Rosdakarya.

Chatamallah, Maman. 2005. Strategi Public Relations dalam Promosi Pariwisata : Studi Kasus dengan Pendekatan “Marketing Public Relations” di Provinsi Banten. Mediator, Vol. 9 No. 2. Desember 2008.

Cutlip, Center, and Broom. 2000. Effective Public Relations. Eight Editions. New Jersey: Prentice –Hall,Inc,Englewood Cliffs.

Jefkins, Frank. 2004. Public relations Edisi : Kelima. Jakarta : Erlangga.

Juliansyah Evi. 2000. Promosi PR dalam Upaya Peningkatan  Penjualan  Produk  dan  Jasa. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Karta, Ni Luh P.A & I Ketut Putra S. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran Ekowisata pada Destinasi Wisata Dolphin hunting Lovina. Jurnal manajemen Strategi Bisnis Kewirausahaan Vol. 8 No. 1 Februari 2014.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: Prenhalindo

Kriyantono, R. (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Moleong, Ley,J. 2002. Metode  Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2002.  Metodologi  Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nyoman, S Pendit. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Prdnya Paramita.

Oktaviani, Femi. (2015). Relationship Marketing dalam Mengembangkan Objek Wisata. Jurnal Sketsa, Vol. II No. 1 April 2015 (100-109).

Rumanti OSF, Sr.Maria Assumpta. 2002. Dasar-dasar  Public  Relations  Teori  dan  Praktek. Jakarta: PT.Gramedia.

Shimp Terence A. 2000. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wilcox, Dennis L.  2006. Public Relations Strategi dan Taktik. Batam: Interaksara

Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung :  PT. Angkasa.

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?