HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Penggunaan jargon, Studi Kasus mahasiswa Moskow State University, Rusia

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai pemakaian jargon yang didapatkan dari blog internet lokal melalui studi kasus mahasiswa yang tinggal di asrama Moskow State University. Penelitian ini hanya dilakukan pada bahasa jargon anak muda, karena jargon ini yang paling produktif dan berkembang sangat cepat. Responden mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa. Analisis skripsi ini menggunakan metode kuantitatif dengan pemaparan deskriptif menggunakan teori jargon dari Gracev yang membahas penyebab munculnya jargon. Alat yang digunakan sebagai validasi data adalah kuesioner sebanyak 30 responden yang berasal dari asrama mahasiswa Moskow State University, Rusia dan berumur sekitar 18-25 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah. menganalisis perbandingan makna kata jargon yang ada dikamus umum bahasa Rusia dan kamus jargon serta menjelaskan penyebab digunakannya jargon oleh mahasiswa dalam berkomunikasi dan pemakaiannya dalam struktur kalimat.

Kata kunci: Jargon, penyebab, makna pada jargon.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam melakukan kegiatannya sehari-hari, manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Ini tercermin dari fungsi bahasa yang merupakan alat komunikasi utama yang dimiliki oleh manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia dapat menggunakan alat komunikasi selain bahasa, namun tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna dibandingkan alat komunikasi yang lain.

Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri (Ferdinand de Sausure, 1997 : 10). Bahasa dapat juga didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kentjono, 1990 : 2). Kedua pernyataan tentang bahasa memiliki kesamaan arti bahasa sebagai sistem yang digunakan para anggota kelompok masyarakat untuk untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Pada definisi bahasa disebutkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004 : 14). Seperti pada contoh ayah membaca buku di kamar, kalimat ini benar tersusun secara sistem. Sedangkan pada kalimat di ayah kamar buku membaca, bukanlah sebuah kalimat bahasa karena tidak tersusun menurut sistem kalimat suatu bahasa. Oleh karena itu bahasa bersifat sistematis, karena tersusun berdasarkan sistem yang ada pada suatu bahasa. Sistematis artinya bahasa tersusun menurut pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004 : 11)

Bahasa selain bersifat sistematis, juga bersifat sistemis. Sistemis artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 12). Maka setiap bahasa biasanya memiliki sistem yang berbeda dari bahasa lain. Perbedaan bahasa yang satu dengan yang lain dalam sebuah masyarakat tutur diakibatkan karena keheterogenan penuturnya. Dalam sebuah masyarakat tutur bahasa digunakan oleh beberapa kelompok-kelompok masyarakat yang heterogen, terdiri dari petani, buruh, pekerja sosial, pejabat dan lain-lain. Dengan kata lain mereka yang berinteraksi satu sama lain di berbagai bidang kehidupan menggunakan suatu alat komunikasi yang dinamakan bahasa, walaupun bahasa yang digunakan dalam setiap kelompok masyarakat itu berbeda. Akibat dari perbedaan bahasa yang digunakan sebagai penghubung proses komunikasi, muncullah yang disebut variasi bahasa.

Terjadinya variasi bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang heterogen, tetapi juga karena kegiatan atau interaksi sosial yang mereka lakukan sangatlah beragam. Setiap kegiatan manusia membutuhkan alat komunikasi yaitu bahasa, ini penyebab utama terjadinya variasi bahasa. Meskipun sebuah bahasa memiliki kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena sebuah bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial yang berbeda, maka bahasa menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikonnya (Gak, 1986). Variasi bahasa dapat dilihat dari beberapa 4 segi, yaitu berdasarkan penuturnya, berdasarkan pemakainya, berdasarkan keformalannya, dan berdasarkan sarananya. Berdasarkan penuturnya variasi bahasa dapat dibagi menjadi 4 yaitu idiolek, dialek, kronolek dan sosiolek (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 62-71).

Idiolek merupakan variasi bahasa yang disebabkan karena faktor perseorangan. Sedangkan dialek merupakan variasi bahasa yang berasal dari sekelompok penutur dalam suatu kawasan atau wilayah tertentu. Kedua variasi ini dapat membuat batas-batas variasi bahasa lebih luas dibandingkan kronolek. Kronolek adalah variasi bahasa yang digunakan dikelompok sosial tetentu pada periode tertentu (Chaer, Abdul dan Leonia Agustina, 2004: 63).Yang paling banyak dibahas dalam mempelajari variasi bahasa adalah sosiolek, variasi bahasa yang berkaitan dengan status sosial, golongan sosial, kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa berdasarkan sosiolek ini lebih produktif dan lebih menarik untuk dikaji karena melibatkan masyarakat sosial yang heterogen.

Sehubungan dengan variasi bahasa dalam sosiolek yang berkaitan dengan tingkat, golongan status dan kelas sosial para penuturnya, maka akan muncul pembahasan mengenai akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot dan ken (Chaer,Abdul dan Leonia Agustina 2004: 66). Ke delapan variasi ini merupakan bentuk variasi bahasa yang disebabkan karena faktor sosial dalam suatu masyarakat. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari dalam bermasyarakat biasanya variasi bahasa digunakan dalam proses berkomunikasi. Jadi terdapat beberapa variasi bahasa yang sering digunakan sebagai alat komunikasi dalam suatu kelompok masyarakat.

Variasi bahasa yang kerap kali dijumpai pada suatu kelompok tertentu, kadang disebut sebagai bahasa suatu kelompok. Bahasa kelompok dalam suatu komunitas sering di istilahkan sebagai jargon, argot atau slang. Menurut kamus Larousse (2003: 25 in Gracev , Mokienko, 2005 : 8 ) , jargon adalah kosakata khusus yang digunakan oleh kalangan tertentu berdasarkan profesi atau kelas sosial. Jargon bisa juga berarti bahasa yang digunakan oleh para pelaku tindak kriminal dan pengguna obat-obat terlarang agar mereka bisa berkomunikasi secara bebas tanpa dipahami oleh orang-orang di luar kelompok, supaya kelompok tersebut dapat merahasiakan topik pembicaraan mereka. Jadi penggunaan jargon biasanya dikelompokan menurut profesi atau kelas-kelas sosialnya.

Jargon dalam sebuah kelas sosial biasanya digunakan untuk merahasiakan suatu topik pembicaraan. Oleh karena itu jargon sering digunakan adalah dengan cara membolak-balik suku katanya, memberikan perumpamaan dengan suatu benda yang menyerupai ataupun tidak sama sekali (hanya sebagai simbol dari suatu benda). Sehingga orang lain di luar kelompok tersebut tidak dapat memahami pembicaraan. Beberapa jargon yang digunakan dalam sebuah kelompok sosial merupakan kata-kata yang tidak terdapat dalam kamus, tetapi layaknya bahasa-bahasa percakapan lainnya di dunia seperti bahasa percakapan masyarakat Inggris dan Amerika atau bahasa percakapan masyarakat Jakarta, jargon sudah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari masyarakat Rusia. Maka, kalau ingin tinggal atau kuliah di Rusia, otomatis harus bisa dan mengerti bahasa penduduknya, apa yang mereka ucapkan di pasar, di jalan, saat mengobrol di kafe, di kampus, di metro, di toko, di bank dan kegiatan-kegiatan sehari-hari lainnya.

Topik jargon sangat menarik para linguis untuk dikaji. Menurut beberapa buku kata-kata jargon merupakan kata-kata yang sangat produktif. Banyak jargon yang lambat laun dimasukan menjadi kata baku dalam sebuah bahasa. Ini dikarenakan tidak ada kata dalam bahasa tersebut yang ekuivalen. Di Rusia jargon menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan jargon lebih dominan daripada bahasa penutur aslinya, baik di pasar, di metro, di toko, dan lain lain. Begitupun dengan pengaruh jargon di kalangan mahasiswa. Dari pengamatan penulis selama berada di dalam komunitas mahasiswa di Moskow, jargon merupakan bahasa yang sering digunakan oleh mahasiswa dalam berkomunikasi dengan sesamanya.

Berdasarkan hasil studi kasus penulis tertarik untuk meneliti penggunaan jargon pada kalangan mahasiswa S1 dan S2 dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan percakapan sehari-hari dengan pendekatan teori jargon. Penulis tertarik untuk meneliti penggunaan jargon pada kalangan mahasiswa yang tergolong dalam jargon anak muda karena jargon ini merupakan jargon yang paling produktif. Dalam jargon mahasiswa juga terdapat penggunaan jargon-jargon lain seperti jargon politik, jargon ekonomi, dan jargon budaya. Karena mahasiswa berada pada ruang lingkup yang sangat luas dalam pergaulan dan percakapan dengan sesamanya.

Untuk memesan judul-judul SKRIPSI / TESIS atau mencari judul-judul yang lain silahkan hubungi Customer Service kami, dengan nomor kontak 0852.2588.7747 (AS) atau BBM :5E1D5370
Incoming search terms:

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?