Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) terhadap Pemahaman Nilai Tradisi Sejarah Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 Ditinjau dari Kecerdasan Emosional
A. Latar Belakang Masalah Skripsi
Penerapan model pembelajaran tertentu dalam pemahaman nila-nilai sejarah juga dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri peserta didik dan lingkungan yang melingkupi kehidupan peserta didik. Pemahaman nilai-nilai sejarah dapat ditinjau melalui tingkat kecerdasan emosional. Cooper dan Sawaf dalam Zaim Elmubarok (2008: 121) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional merupakan, “kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Pentingnya kecerdasan emosional dengan sasaran untuk meningkatkan kadar keterampilan emosional dan sosial pada anak sebagai bagian dari pendidikan reguler mereka, sebagai rangkaian keterampilan dan pemahaman nilai yang perlu bagi anak (Daniel Goleman, 2006: 372). Peserta didik yang memiliki kecerdasaan emosional tinggi diharapkan memiliki kepekaan terhadap pemahaman nilai sejarah yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah, dari kepekaan tersebut akan mendasari sikap atau tindakan peserta didik dalam memaknai suatu peristiwa sejarah. Proses analisis nilai-nilai pendidikan sejarah materi menggunakan model pembelajaran VCT materi tradisi masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan aksara termasuk mengenai tradisi-tradisi masyarakat Kudus membutuhkan alat analisis kecerdasan emosional yang berproses dalam diri peserta didik untuk mampu menerima nilainilai tradisi yang dilatarbelakangi budaya Hindu, Jawa, dan Islam.
Untuk itu, keterkaitan antara model pembelajaran, pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara, dan kecerdasan emosional menarik untuk diteliti sebagai dasar pengembangan pembelajaran sejarah dalam rangka membentuk generasi Indonesia yang sadar sejarah, mampu berpikir dan bersikap dengan berlandaskan nilai-nilai kepribadian luhur bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
- Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dan Ekspositori terhadap pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara pada peserta didik kelas X SMA Negeri di Kabupaten Kudus?
- Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan tinggi terhadap pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara pada peserta didik kelas X SMA Negeri di Kabupaten Kudus?
- Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara pada peserta didik kelas X SMA Negeri di Kabupaten Kudus?
C. Kajian Teori
Pengertian Pemahaman
Pemahaman berarti penguasaan atau kesanggupan menggunakan pengetahuan dan kepandaiannya. Suatu pemahaman akan terjadi karena ada masukan yang dapat diproses untuk menghasilkan sesuatu. Menurut Winkel (1996: 246), pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari materi yang dipelajari. Menurut Bloom ada tiga kategori atau ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pemahaman merupakan bagian aspek afektif. Dalam ranah afektif terdapat enam aspek hierarkis. Aspek-aspek tersebut adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari ingatan dan hafalan (Hamzah B Uno, 2010: 17).
Pengertian Nilai
Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris (Wina Sanjaya, 2009: 274). Menurut Milton Roceach dan James Bank dalam Mawardi Lubis (2008: 16), nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berbeda dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindar dari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya.
Pengertian Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
Model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) adalah teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa (Wina Sanjaya, 2008: 283). Perhatian guru pada siswa dalam memperlajari ilmu pengetahuan saja belum cukup, guru harus lebih aktif membantu siswa mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Guru harus mampu membina keaktifan siswa dalam pembelajaran antara lain melalui pertanyaan yang menggugah analisis siswa. Simon, Hove, dan Krischenbaun menyatakan bahwa siswa yang dihadapkan pada proses value clarification di sekolah ternyata sikap apatisnya, sikap betingkahnya, dan sikap suka menolak menjadi berkurang. Siswa menjadi lebih bergairah, penuh semangat belajar dan cara berpikirnya lebih kritis. Value clarification membawa siswa yang memiliki intelegensi rendah menjadi lebih berhasil studi disekolahnya.
Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran Ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina Sanjaya, 2009: 79). Pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap dinamakan bersifat ekspositorik. Biasanya strategi belajar mengajar ekspositorik bersifat deduktif, karena disampaikan dari awal (T Raka Joni. 1980: 4).
Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan penggabungan antara dua kecerdasan yaitu kecerdasan intrapribadi (intrapersonal) dan kecerdasan interpribadi (interpersonal). Kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan memahami orang lain, yang ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketidaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri (Julia Jasmine, 2007: 26). Kecerdasan interpribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri, yang tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin (Julia Jasmine, 2007: 27).
D. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen.
Populasi penelitian adalah siswa SMA Kelas X di Kabupaten Kudus semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage cluster random sampling.
Berdasarkan teknik tersebut diperoleh 106 siswa: 34 siswa SMA N 1 Bae Kudus sebagai kelompok eksperimen, 34 siswa SMA N 2 Kudus sebagai kelompok kontrol, dan 38 siswa SMA N 2 Bae Kudus sebagai kelompok uji coba.
Teknik pengumpulan data menggunakan angket untuk mengumpulkan data tentang kecerdasan emosional dan tes untuk mengumpulkan data tentang Pemahaman Nilai Tradisi Masa Pra- Aksara dan Aksara.
Analisis hasil penelitian menggunakan teknik Analisis Varians (ANAVA) dua jalur (2 x 2).
E. Kesimpulan
1. Model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dan Ekspositori dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara siswa SMA Negeri Kabupaten Kudus.
2. Kecerdasan emosional tidak mempengaruhi pemahaman nilai tradisi masa praaksara dan aksara siswa SMA Negeri Kabupaten Kudus. Kecerdasan emosional sangat berperan dalam proses pembelajaran model VCT (Value Clarification Technique) terutama ketika proses diskusi tentang nilai yang diyakini masing-masing siswa. Proses diskusi tersebut memerlukan pengelolaan kecerdasan emosional peserta didik untuk menerima perbedaan. Sedangkan pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara yang dituangkan dalam tes tertulis juga dipengaruhi oleh variabel lain yaitu motivasi belajar siswa, kecerdasan intelektual, dan wawasan suswa dalam menjawab pertanyaan tes pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara.
3. Interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional (emotional quotient) tidak mempengaruhi pemahaman nilai tradisi masa pra-aksara dan aksara siswa SMA Negeri Kabupaten Kudus.
Leave a Reply