HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Pengaruh Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Ekstrim Rendah Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Putih (Rattus norvegicus)

ABSTRAK

Paparan radiasi gelombang elektromagnetik dapat mempengaruhi kesehatan jika melebihi ambang batas. Potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan medan elektromagnetik ini dapat terjadi pada sistem saraf, sistem kardiovaskular, dan sistem endokrin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah terhadap kadar trigliserida tikus putih (Rattus norvegicus). Jenis penelitian ini adalah eksperimental kuasi dengan teknik random sampling. Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Post Test Only Control Group Design. Subjek penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 40 ekor dengan jenis kelamin jantan, umur 6-8 minggu, dan berat badan kurang lebih 200 gram. Hewan coba dibagi menjadi 8 kelompok, dimana 4 kelompok diberi perlakuan hiperlipid dan 4 kelompok lainnya tanpa perlakuan hiperlipid. Setelah adaptasi dan perlakuan selama 4 minggu, hewan coba kemudian diberi paparan gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah selama 2 jam. Gelombang elektromagnetik dihasilkan dari alat Hemholtz coil dengan densitas 2,4 mT. Setelah proses pemaparan dilakukan pemeriksaan kadar trigliserida menggunakan alat spektrofotometri, dengan jarak waktu pemeriksaan 24 jam. Data hasil pemeriksaan kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Oneway Anova.

Hasil uji one way anova menunjukan adanya perbedaan kadar trigliserida secara bermakna (p0,05). Simpulan dari penelitian ini bahwa paparan gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah dapat memberikan pengaruh terhadap kadar trigliserida pada serum tikus. Pengaruh gelombang elektromagnetik terhadap kadar trigliserida yaitu terjadi penurunan kadar trigliserida. Mekanisme gelombang elektromagnetik mempengaruhi sistem metabolisme lipid masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Kata kunci : Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Ekstrim Rendah – Trigliserida – Tikus Putih.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan manusia modern tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan akan energi listrik, baik untuk kebutuhan rumah tangga, terapi, sarana kerja, dan kegiatan lainnya. Dengan peralatan yang menggunakan tenaga listrik maka pelaksanaan berbagai kegiatan menjadi lebih cepat, praktis dan bersih (Athena dkk, 2000). Haruslah diakui, penggunaan listrik sudah sampai ke rumah tangga , tak sekedar saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET). Untuk itu, sepatutnyalah kita lebih berhati-hati dalam menggunakan energi listrik agar tidak menimbulkan polusi (radiasi). Berdasarkan sebuah penelitian dari Badan Kesehatan Sedunia (WHO), ketika listrik dialirkan melalui jaringan transmisi, distribusi, atau digunakan dalam berbagai peralatan elektronik, saat itu juga muncul ”medan elektromagnetik” di sekitar saluran dan peralatan. Medan ini, kemudian menyebar dan menimbulkan polusi. Dengan meningkatnya penggunaan listrik, maka polusi yang tak kasat mata ini berpotensi dapat menimbulkan gangguan kesehatan kepada manusia (Anonim, 2004). Radiasi gelombang elektromagnetik memiliki spektrum sangat luas, mulai dari frekuensi ekstrem rendah hingga yang sangat tinggi .

Perlu diketahui bahwa arus bolak-balik menghasilkan medan elektromagnetik yang dihasilkan peralatan listrik, misalnya medan frekuensi sangat rendah (ELF) yang mempunyai frekuensi sampai dengan 300 Hz, teknologi yang lain menghasilkan intermediate frequency (IF) dengan frekuensi dari 300 Hz sampai 10 MHz dan frekuensi radio (RF) dengan frekuensi 10 MHz sampai 300 GHz, sedangkan frekuensi daya listrik adalah 50 Hz (50 cycle perdetik) atau 60 Hz (Bafaai, 2004). Paparan medan elektromagnetik Extremely low frequency (ELF) di lingkungan senantiasa semakin meningkat seiring dengan peningkatan teknologi pemanfaatan peralatan berenergi listrik dalam kehidupan ini. Secara teoritis radiasi elektromagnetik menimbulkan gangguan pada kesehatan jika melebihi ambang batas. Angka yang dikeluarkan oleh International Radiation Protection Association (IRPA) dan WHO tentang batasan pajanan kuat medan listrik yang diduga dapat menimbulkan efek biologis yaitu 5 kV/m (Tribuana, 2000). Potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan medan elektromagnetik dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, antara lain: (1) sistem darah, (2) sistem reproduksi, (3) sistem saraf, (4) sistem kardiovaskular, (5) sistem endokrin, (6) psikologis, dan (7) hipersensitivitas. Sedangkan manifestasi dari hipersensitivitas dikenal pula dengan istilah electrical sensitivity, yang menggambarkan gangguan fisiologis berupa tanda dan gejala neurologis maupun kepekaan terhadap medan elektromagnetik, dengan gejala-gejala yang khas (Anies, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan medan elektromagnetik menahun dapat menyebabkan efek subjektif sebagai berikut: semakin mudah lelah, sakit kepala periodik atau konstan, sangat mudah marah, mengantuk selama bekerja, menurunnya kepekaan indra penciuman, ketegangan mata, sulit tidur (sleep lost), suka murung, kurang ramah, perasaan takut, ketegangan saraf, ingatan terganggu, nyeri pada otot dan daerah jantung, banyak keringat, neurasthenia, iritabilitas, problem konsentrasi, dan kesulitan dalam kehidupan seksual. Hasil pemeriksaan fisik menunujukkan adanya: bradikardi, hipotensi, hipertiroid, dan meningkatnya kadar histamin darah (Hardjono dan Qadrijati, 2004).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Torres-Duran tahun 2007 menyebutkan terjadi kenaikan pada kadar High Density Lipoprotein-Colesterol (HDL-C) pada tikus yang dipapar oleh ELF. Penelitian terhadap kelinci juga menunjukkan penurunan kadar asam lemak bebas dan trigliserida (Bellosi et al., 1996; Harakawa et al., 2004). Pada penelitian lain yang juga kelinci didapatkan bahwa kadar kolesterol dan trigliserida menurun secara signifikan dan kadar HDL meningkat secara signifikan juga (Luo et al., 2004). Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk menyelidiki pengaruh gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah pada tikus putih (Rattus norvegicus) terhadap kadar trigliserida.

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?