Judul Skripsi : Penerjemahan Idiom dan Gaya Bahasa (Metafora, Kiasan, Personifikasi, dan Aliterasi) dalam Novel ”To Kill A Mockingbird” Karya Harper Lee dari Bahasa Inggris Ke Bahasa Indonesia (Pendekatan Kritik Holistik)
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini banyak karya sastra dunia berupa drama, novel dan puisi telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Jika kita berkunjung ke toko buku, kita akan melihat sejumlah karya fiksi hasil terjemahan, baik untuk pembaca dewasa maupun anak-anak. Karya-karya terjemahan itu jauh melampaui jumlah karya asli pengarang Indonesia. Namun apakah aspek kuantitas ini juga disertai kualitas yang memadai? Kita tahu bahwa kualitas terjemahan di Indonesia sering digugat. Memang tidak sedikit karya terjemahan di Indonesia yang membuat pembacanya berkerut kening karena ia harus mereka-reka sendiri apa gerangan maksud tulisan di hadapannya. Kadang-kadang suatu naskah terjemahan baru dapat dipahami apabila kita membaca naskah aslinya (Setiadi dalam Taryadi, 2007). Menerjemahkan karya tulis baik itu karya sastra maupun karya non-sastra dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain adalah suatu pekerjaan yang tidak hanya sekadar mengalihbahasakan suatu karya (Toer, 2003).
Novel, sebagai bentuk karya sastra yang lengkap dan luas, banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Menerjemahkan novel tampaknya tidak semudah menerjemahkan teks biasa. Banyak penerjemah novel yang menghadapi kesulitan pada saat menerjemahkannya. Kesulitan-kesulitan tersebut meliputi berbagai macam aspek, di antaranya aspek linguistik, aspek budaya dan aspek sastra. Hal ini sejalan dengan pendapat Robinson (1977) dan Newmark (1988) yang dikemukakan oleh Suparman (2003: 144- 145) bahwa secara garis besar kesulitan-kesulitan itu mencakup aspek kultural seperti pengaruh budaya, aspek bahasa dan juga tujuan moral yang tersirat dalam karya sastra itu.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
- idiom
- metafora
- kiasan
- personifikasi
- aliterasi pada novel ”To Kill a Mockingbird”
diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia?
C. Kajian Pustaka
Definisi Penerjemahan
Setiap pakar penerjemahan memiliki versi yang berbeda-beda tentang definisi penerjemahan. Nida (1969:12) menyatakan bahwa menerjemahkan ialah mereproduksi padanan yang wajar dan paling dekat dengan pesan bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa), pertama yang berhubungan dengan arti dan kedua yang berhubungan dengan gaya. “Translation consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.”
Kajian Novel
Watkins dalam Hu (2000:3) mengatakan bahwa karya sastra terbagi ke dalam beberapa kategori atau jenis, yaitu puisi, drama dan prosa fiksi. Prosa fiksi adalah sebuah cerita khayalan atau tidak nyata. Bahasa yang digunakan dalam prosa fiksi ini berbeda dengan bahasa yang digunakan di dalam puisi yang berprinsip pada rima, ritme, atau matra. Prosa fiksi adalah karya sastra yang dapat dibaca dalam bentuk novel atau cerita pendek. Selain daripada itu, karya sastra ini dapat ditayangkan dalam bentuk film atau sinetron. Ceritanya berbentuk alur yang padat dengan gambaran ragam peristiwa yang biasanya dinarasikan oleh seorang narator.
Penerjemahan Novel
Menerjemahkan karya sastra berbeda dengan menerjemahkan karya non-sastra. Seorang penerjemah karya sastra harus memiliki pengetahuan linguistik bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa), pemahaman budaya Bsu dan Bsa dan apresiasi yang mendalam terhadap karya sastra yang diterjemahkannya. Sebagaimana yang disitir oleh Zuchridin Suryawinata (1996: 173) bahwa seorang penerjemah karya sastra harus memiliki kecakapan dalam bidang kebahasaan, kesastraan dan estetika, dan sosial budaya, sehingga dalam hal ini bisa dikatakan bahwa jika seorang penerjemah karya sastra itu tidak memiliki faktor-faktor tersebut, dia akan mengalami kesulitan dalam menerjemahkan karya sastra.
Pengertian Idiom
Crystal (1985: 152) menyatakan bahwa idiom atau idiomatik adalah istilah yang digunakan dalam grammar dan lexicology yang merujuk kepada serangkaian kata yang terbatas secara semantis dan sintaksis, sehingga hanya berfungsi sebagai satuan tunggal (single unit). Misalnya ungkapan It’s raining cat and dogs tidak bisa diterjemahkan satu persatu karena ungkapan tersebut adalah ungkapan idiomatik (idiomatic expression) yang harus diterjemahkan secara idiomatik juga, sehingga terjemahannya menjadi ’Hujan lebat’.
D. Metodelogi Penelitian
Dalam penulisan ini metode penulisan yang digunakan adalah penulisan studi kasus dengan pendekatan kritik holistik yang membidik tiga faktor: objektif, genetik, dan afektif (Sutopo, 2006). Data yang digunakan dalam penulisan ini hanya mencakup data primer yang terdiri dari tiga kategori:
- Tuturan-tuturan yang mengandung idiom, metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi yang terdapat dalam novel TKM yang diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia
- Pernyataan-pernyataan informan yaitu dari penerjemah novel TKM
- Tanggapan para pembaca tentang tingkat kesepadanaan, keberterimaan, dan keterbacaan hasil terjemahan. Sumber data dalam penulisan adalah
- Novel TKM dan terjemahannya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia,
- Penerjemah novel TKM
- Para pembaca ahli (para dosen sastra Inggris) dan pembaca awam (para mahasiswa sastra Inggris). Data dalam penulisan ini dikumpulkan dengan menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu teknik dokumentasi, teknik wawancara, dan teknik kuesioner.
E. Simpulan
Dari faktor objektif ditemukan bahwa idiom secara umum diterjemahkan sesuai dengan metode dan teknik yang tepat. Idiom diterjemahkan dengan menggunakan metode penerjemahan idiomatik sebesar 46,8% dan menggunakan teknik tidak langsung sebesar 98%. Teknik-teknik tidak langsung yang digunakan adalah teknik kesepadanan lazim, transposisi, modulasi, dan adisi. Dengan demikian dalam menerjemahkan idiom ini penerjemah cenderung pada ideologi domestikasi, artinya bahwa dia lebih condong pada bahasa sasaran. Kecondongan pada bahasa sasaran tersebut mencapai angka sebesar 66,8%. Jika ditinjau dari kualitas terjemahannya, tuturan idiom ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran hingga mencapai tingkat kesepadanan yang akurat sebesar 59%, tingkat keberterimaan yang berterima sebesar 61,7%, dan tingkat keterbacaan yang tinggi sebesar 48,9%.
Selanjutnya tuturan metafora diterjemahkan dengan menggunakan metode harfiah sebesar 80% dan menggunakan teknik langsung sebesar 76%. Teknik-teknik langsung yang digunakan adalah teknik literal dan peminjaman murni. Dengan demikian dalam menerjemahkan metafora ini penerjemah cenderung pada ideologi foreignisasi, artinya bahwa dia lebih condong pada bahasa sumber. Kecondongan pada bahasa sumber ini mencapai angka sebesar 84%. Kemudian jika ditinjau dari kualitas terjemahannya, tuturan metafora ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan tingkat kesepadanan kurang akurat sebesar 36%, tingkat keberterimaan kurang berterima sebesar 80%, dan tingkat keterbacaan yang sedang sebesar 52%.
Leave a Reply