Judul Skripsi : Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
A. Latar Belakang Masalah
Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini diantaranya adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kualitas proses pembelajaran di kelas, sedangkan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses hasil (prestasi) belajar peserta didik. Proses belajar yang baik akan mendorong siswa untuk selalu terlibat secara aktif, kreatif, dan bersikap kritis sehingga dapat mencapai prestasi dan hasil belajar yang maksimal.
Sementara itu proses pendidikan di era globalisasi yang bersifat kompetitif diharapkan mampu menghasilkan generasi yang cerdas, kreatif, memiliki moralitas yang tinggi,dan bersikap kritis terhadap situasi yang terjadi di sekitarnya. Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan singkat yang disampaikan pada latar belakang masalah dan juga mengacu pada judul penelitian ini, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :
- Bagaimanakah implementasi model PBL dalam pembelajaran sejarah?
- Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik?
- Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik?
C. Landasan Teori
Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah) merupakan pembelajaran terpusat melalui masalah-masalah yang relevan. Terpusat karena berisi scenario, tema, unit yang menempatkan kembali pada pembelajaran yang di inginkan. Tujuan dalam proses pembelajaran ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, menguraikan masalah dan merevisinya ketika melakukan presentasi sehingga akan menambah informasi sesuai kompetensinya. Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran Learner Centered (Student Centered) dan yang dapat memberdayakan peserta didik adalah metode Problem Base Learning (M.Taufik Amir, 2011: 12)
Pengertian Sejarah
Kuntowidjojo dalam Aman (2011: 15) menyatakan bahwa sejarah merupakan rekonstruksi masa lampau dan yang direkonstuksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Sidi Gazalba dalam Aman (2011:15) juga mengemukakan bahwa sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang telah berlalu itu. Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo dalam Aman ( 2011:22 ) yang dimaksud dengan sejarah adalah cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas atau bangsa di masa lampau yang akan membentuk kepribadian nasional dan sekaligus menentukan identitas nasional bangsa tersebut.
Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis bukanlah sesuatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang memiliki nilai IQ berkategori genius. Sebaliknya, berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang. Berpikir kritis membantu kita memandang diri sendiri, bagaimana kita memandang dunia, dan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Berpikir kritis membantu kita meneliti perilaku kita dan menilai nilai-nilai kita. Berpikir kritis merupakan sebuah keterampilan hidup, bukan hobi dibidang akademik (Ruggiero dalam Elaine B.Johnson, 2011: 189). Karena berpikir kritis adalah hobi berpikir yang bisa dikembangkan oleh setiap orang, maka hobi ini harus diajarkan siswa di SD,SMP dan SMA.
D. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek penelitian adalah siswa kelas XI.IPS.2 SMA Negeri 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 15 siswa lakilaki dan 23 siswa perempuan.
Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari siswa, wakil kepala sekolah, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan, dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang terdiri dari orientasi siswa pada masalah (appersepsi), mengorganisasi siswa untuk belajar (elaborasi), membimbing diskusi kelompok (eksplorasi), mengembangkan dan menyajikan hasil karya (eksplorasi), dan kemudian menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah (konfirmasi).
Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan instrumen penelitian tindakan.
E. Kesimpulan
1. Implementasi model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Problem Based Learning (PBL) dimodifikasi dengan berbagai metode, teknik, dan sumber belajar yang tersedia di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran yang ditempuh adalah sebagai berikut :
- Appersepsi (guru / peneliti mempersiapkan siswa dan perangkat pendukung kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan)
- Kegiatan Inti, yang meliputi tahap Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi
- Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan pembelajaran ini guru/peneliti selalu menyempatkan waktu untuk memberikan perhatian kepada peserta didik agar perhatian mereka terpusat pada kegiatan pembelajaran. Selain itu guru/peneliti juga selalu memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih merasa malu atau enggan untuk berpartsipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan tindakan seperti tersebut ternyata banyak membawa manfaat bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran.
2. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dalam setiap siklus. Komponen kemampuan berpikir kritis terdiri dari kemampuan dalam membuktikan kebenaran, melakukan diskusi, mempertahankan pendapat, menyelesaikan tugas, dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru. Selama penelitian tindakan dari siklus pertama sampai siklus ke 3 keberhasilan menerapkan atau mengimplementasikan Kemampuan berpikir kritis siswa terlihat nyata. Setelah melaksanakan PTK, siswa mulai menyukai mata pelajaran Sejarah. Mereka akhirnya menyadari bahwa ternyata mata pelajaran Sejarah ternyata bukan pelajaran yang sulit dan membosankan. Bahkan sikap rasa ingin tahu siswa cukup menonjol, hal ini diperlihatkan terutama dalam menyelesaikan tugas maupun saat presentasi dengan browsing melalui internet. Hal ini memungkinkan karena sekolah sudah memiliki hot spot area.
3. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran model PBL yang di desain dengan metode yang bervariasi mampu meingkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dan penilaian otentik (authentic assessment) selama proses pembelajaran, penilaian tugas dan penilaian hasil belajar pada tiap selesai siklus. Ketrampilan guru dalam memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran akan menunjang motivasi siswa untuk meningkatkan minat, motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan semangat belajar yang tinggi maka iklim belajar menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya hasil belajar siswapun menjadi meningkat. Setelah melakukan tindakan dalam tiga siklus maka pada siklus 3 nilai rata-rata ulangan harian Sejarah siswa mencapai 83,82 dan ketuntasan klasikal mencapai 92,11 %.
Leave a Reply