HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Tesis Model Children’s Learning In Science Melalui Inkuiri Terbimbing

Judul Tesis : Pembelajaran Biologi Model Children’s Learning In Science Melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Berpikir Kritis

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pemilihan metode pembelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain dalam hal ini peneliti melihat dari kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Selain faktor eksternal juga faktor internal siswa yaitu kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah. Selain mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pembelajaran inkuiri melatih siswa bersikap ilmiah.

Sikap ilmiah antara lain jujur, teliti, dan tekun. Berdasarkan uraian diatas maka proses pembelajaran dengan metode inkuiri memberikan kesempatan siswa yang merupakan latihan bersikap ilmiah. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang proses pembelajaran biologi model CLIS melalui inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan berpikir kritis.

Perumusan Masalah

 

  1. Apakah ada pengaruh pembelajaran biologi CLIS melalui inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar biologi kelas XII IPA pada materi enzim?
  2. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas XII IPA pada materi enzim?
  3. Apakah ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas XII IPA pada materi enzim?

Kajian Teori

Model Pembelajaran CLIS

Para ilmuan pada umumnya berpandangan bahwa sains sebagai suatu bentuk metoda yang berpusat kepada pembuktian suatu hipotesa. Sebagian besar para filosof menyatakan bahwasannya sains dipandang sebagai jalan untuk mendapatkan kebenaran dari apa yang diketahui. Dari pandangan ini dapat dinyatakan bahwa sains adalah suatu bentuk cara berfikir untuk memahami gejala alam, sebagai suatu cara penyelidikan tentang kejadian alam, dan sebagai batang tubuh keilmuan yang diperoleh dari suatu penyelidikan (Supriyadi dalam Saputro, 2010).

Pembelajaran Inkuiri

Indrawati dalam Trianto (2010: 165) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umunya akan lebih efektif, bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.

Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus ditempuh siswa. Pada pendekatan inkuiri ini tingkat bimbingan guru cukup besar di dalam proses inkuiri yang dilakukan oleh siswa agar memeperoleh penemuan konsep.

Inkuiri Bebas Termodifikasi

Pendekatan inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada prinsipnya hampir sama dengan metode inkuiri bebas, tetapi guru yang menyiapkan masalah bagi siswa. Guru hanya memberikan permasalahan, kemudian siswa diundang untuk memecahkan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan yang luas untuk memecahkan masalah yang telah ditentukan melalui inisiatif dan caranya sendiri.

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMA Negeri 3 Cilacap.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling yang terbagi dalam dua kelas, kelas 1 diberi pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kedua diberi pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi.

Data diperoleh melalui tes kognitif, tes kemampuan berpikir kritis, pengisisan angket sikap ilmiah, dan observasi afektif dan psikomotor.

Pengujian hipotesis menggunakan ANAVA dengan desain faktorial 2x2x2.

Kesimpulan

1. Pembelajaran biologi pada materi peranan enzim dalam proses metabolisme model CLIS metode inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan model CLIS metode inkuiri bebas termodifikasi, dengan nilai rerata prestasi kognitif, afektif, psikomotor inkuiri terbimbing 81,62, 83,87, 82,62; dan nilai rerata kognitif, afektif, psikomotor inkuiri bebas termodifikasi 75,16, 80,87, 78,96; karena pada metode inkuiri terbimbing siswa banyak dibimbing oleh guru sehingga aktif dan lebih terarah. Meskipun banyak dibimbing guru tetapi siswa masih tetap diberi kebebasan menemukan konsep yang dipelajari sendiri. Sedangkan pada model CLIS inkuiri bebas termodifikasi siswa lebih bebas menentukan rumusan masalah sendiri dan menemukan konsep dengan caranya sendiri sehingga sering terjadi banyak perbedaan pendapat dalam mendapatkan konsep. Metode ini jarang digunakan dan siswa belum terbiasa maka sangat perlu ada bimbingan guru.

2. Terdapat pengaruh antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi atau rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibandig siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, dengan nilai rerata prestasi kognitif, afektif, psikomotor bagi siswayang memiliki sikap ilmiah tinggi 85,31, 88,60, 87,28; dan nilai rerata prestasi kognitif, afektif, psikomotor siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah 68,00, 72,60, 71,28. Hal ini karena siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih termotivasi untuk memiliki prestasi dan keunggulan.

3. Terdapat pengaruh antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi atau rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi lebih baik prestasi kognitif, afektif maupun prestasi psikomotor dibanding dengan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah. Nilai rerata prestasi kognitif, afektif, psikomotor siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi 85,05, 88,16, 85,05; dan nilai rerata kognitif, afektif, psikomotor siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah 69,63, 74,37, 69,63. Siswa yang memiliki kemampuan kritis tinggi memperoleh prestasi yang tinggi karena mampu memberdayakan ketrampilan atau strategi kognitifnya dalam menentukkan tujuan dan pengambilan keputusan.

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?