Latar Belakang Masalah Inkuri dengan menggunakan laboratorium
Kegiatan berpikir kongkrit jika dalam memecahkan masalah menghadirkan objek permasalahan secara nyata dan kemudian melakukan percobaan. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir ini dalam pembelajaran membutuhkan alat-alat yang nyata sebagai contoh alat-alat percobaan yang riil di laboratorium riil. Sedangkan siswa yang berpikir abstrak dalam memecahkan masalah dibantu dengan menggunakan simbol-simbol imajinatif atau dengan kata lain objek permasalahan tidak dihadirkan secara nyata. Siswa tersebut tidak membutuhkan alat-alat yang riil tetapi lebih cocok dengan menggunakan media lab virtuil yang berupa program komputer. Guru sudah berusaha menggunakan metode inkuiri dengan eksperimen di laboratorium. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai 4 anak.
Siswa juga diberi kesempatan memilih alat serta merangkainya berdasarakan petunjuk pratikum yang diberikan guru. Setelah rangkaian dinyatakan benar maka dilanjutkan mengambil data. Dalam melakukan eksperimen siswa juga dibiasakan memprediksi hasil yang akan didapat serta mengolah data berdasarkan dasar teori yang dipakai. Yang belum dilakukan guru selama ini adalah memilih media untuk eksperimen yang disesuaikan dengan gaya belajar anak dan kemampuan berpikirnya. Selama ini guru beranggapan semua siswa bisa memecahkan masalah yang diberikan saat pembelajaran dengan melakukan percobaan secara riil di laboratorium fisika. Semua siswa dianggap memiliki gaya belajar kinestetik dan memiliki kemampuan berpikir kongkrit.
Perumusan Masalah
- Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan lab riil dan lab virtual?.
- Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang kemampuan berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit?.
- Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki gaya belajar kinestetik dan visual?
Tinjauan Pustaka
-
Inkuiri Bebas (Free Inquiry Approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan.
-
Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry Approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada.
-
Laboratorium Riil
Laboratorium riil adalah laboratorium tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan eksperimen baik fisika, kimia, atau biologi.
-
Laboratorium Virtuil
Laboratorium virtuil adalah alat-alat laboratorium dalam program (software) komputer, dioperasikan dengan komputer.
-
Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir merupakan sekumpulan ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini.
-
Gaya Belajar Siswa
Winkel (2004) mengatakan gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di bulan Oktober 2011 – Mei 2012 dengan metode eksperimen.
Populasinya siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Yogyakarta dengan sampel dua kelas yang diambil secara acak.
Teknik pengumpulan data menggunakan tes kognitif dan angket gaya belajar siswa dan kemampuan berpikir.
Data penelitian dianalisis menggunakan uji Anava dengan desain faktorial 2x2x2, dengan program software SPSS 18.
Kesimpulan
- Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa prestasi belajar kognitif materi pemantulan cahaya siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Yogyakarta yang menggunakan media lab riil lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan media lab virtuil. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif tidak ada perbedaan. Dalam pemebelajaran dengan menggunakan lab riil siswa bisa aktif terlibat dalam proses penemuan untuk memecahkan masalah tentang pemantulan cahaya yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.
- Dari hasil penelitian diperoleh data prestasi belajar kognitif maupun afektif antara siswa yang memilik kemampuan berpikir abstrak dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kongkrit tidak ada perbedaan. Siswa SMP kelas VIII sesuai dengan usianya memiliki kemampuan berpikir peralihan antara kongkrit dan abstrak. Siswa yang bisa berpikir abstrak tentu saja bisa juga memahami konsep-konsep yang kongkrit. Karakteristik dari materi cahaya dalam hal ini pemantulan cahaya lebih banyak ke konsep kongkrit yang bisa diamati secara langung.
- Dari hasil penelitian diperoleh siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik prestasi belajar kognitif maupun afektif lebih tinggi daripada siswa yang memiliki gaya belajar visual. Siswa yang belajar dengan pendekatan inkuiri tentu banyak melakukan kegiatan percobaan untuk menemukan sendiri masalah-masalh yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan percobaan siswa harus banyak menyentuh alat untuk mengoperasikan. Ciri ini dimiliki oleh siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Siswa yang bergaya belajar kinestetik disaat melakukan percobaan dalam kelompoknya akan lebih banyak mengembangkan karakter dan ketrampilan sosial dibanding siswa yang bergaya belajar visual.
Leave a Reply