CONTOH TESIS NO.1 PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA FISIOTERAPIS TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN FISIOTERAPI DI RUMAH SAKIT
Abstrak
Dalam penyelesaian sengketa tersebut, langkah pertama yang dilakukan dan didahulukan adalah mediasi para pihak agar dapat menghasilkan keputusan yang adil dan tidak memberatkan para pihak dan rumah sakit ikut bertanggung jawab terhadap kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bekerja didalam naungannya.
BAB I
Kebutuhan akan kesehatan adalah kebutuhan utama bagi manusia untuk dapat menjalani kehidupan dan mengupayakan kesejahteraan hidup. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kesehatan, muncul ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kesehatan satu diantaranya adalah fisioterapi. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan fisioterapi, seorang fisioterapis yang bekerja pada suatu rumah sakit tidak luput juga dari kesalahan atau kelalaian. Akibat dari kesalahan dan kelalaian fisioterapis ini maka pasien sebagai konsumen yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti kerugian kepada fisioterapis dan rumah sakit tempat fisioterapis tersebut bekerja.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan metode normatif menggunakan sumber bahan hukum primer, sekunder, dan tersier agar diperoleh data yang sesuai dan mencakup permasalahan dalam penelitian hukum ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Peneliti menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu memperkuat analisa dengan melihat kualitas bahan yang diperoleh kemudian menggunakan penarikan kesimpulan induktif. Peneliti menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu memperkuat analisa dengan melihat kualitas bahan yang diperoleh kemudian menggunakan penarikan kesimpulan induktif.
CONTOH TESIS NO.2 Tinjauan Yuridis Terhadap Hubungan Hukum Pembayaran Pelayanan Kesehatan (Layanan Fisioterapis) BPJS Kesehatan Kepada Rumah Sakit
Abstrak
Melihat kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk meninjau dan meneliti terkait dengan: 1. apakah hubungan hukum antara Rumah Sakit dengan BPJS Kesehatan terkait dengan Pembayaran Pelayanan Kesehatan? 2. Bagiamana Pengeklaiman biaya Rumah Sakit atas Layanan Fisioterapis Peserta yang tidak difasilitasi BPJS Kesehatan?. 3. apakah akibat hukum yang akan diterima BPJS Kesehatan jika tidak melaksanakan kewajiban membayar biaya atas Pelayanan Kesehatan ke Rumah Sakit?. Penelitian ini bertujuan untuk: (i) mengetahui dan menganalisis hubungan hukum antara Rumah Sakit dengan BPJS Kesehatan terkait dengan Pembayaran Pelayanan Kesehatan; (ii) mengetahui dan menganalisis apakah Rumah Sakit dapat mengklaim biaya atas layanan Fisioterapis terhadap paserta yang tidak di fasilitasi BPJS Kesehatan; dan (iii) mengetahui dan menganalisis akibat hukum yang akan diterima BPJS Kesehatan jika tidak melaksanakan kewajiban membayar biaya atas Pelayanan Kesehatan ke Rumah Sakit. Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normati atau Legal research yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji permasalahan untuk kemudian menganalisis peraturan perundang-undangan dengan prinsip-prinsip hukum yang ada. Sumber hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non hukum. BPJS Kesehatan adalah suatu badan yang memiliki tugas sebagai penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kepersertaan dalam Jaminan Kesehatan adalah diwajibkan bagi semua penduduk Indonesia. Manfaat BPJS kesehatan bersifat operasional artinya menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan JKN, sistem INA-CBG merupakan salah satu instrumen dalam pengajuan dan pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan ke rumah sakit. Rumah Sakit adalah suatu instansi yang memberikan dan menyediakan jasa pelayanan kesehatan (medis jangka pendek maupun medis jangka panjang). Pelayanan kesehatan adalah suatu upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan seperti pelayanan fisioterapis. Layanan fisioterapis lebih mengedepankan untuk memelihara dan meningkatkan fungsi gerak akibat terkena suatu penyakit misalnya penyakit stroke.
BAB I
BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara progam Jaminan Kesehatan Nasional. Dalam menjalankan operasionalnya BPJS Kesehatan berkerja sama dengan fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) untuk melaksanakan progam Jaminan Kesehatan Nasional. Namun BPJS Kesehatan mengalami defisit sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam proses pencairan dana ke Rumah sakit.
Teknik Analisis
Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Konseptual (Conseptual Approach), dan Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach). Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach) dilakukan dengan mengkaji prinsip-prinsip hukum yang ada melalui paandangan-pandangan dari ahli (doktrin) yang berkaitan dengan permasalahn ini. Sedangkan Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach) dilakukan dengan menganalisis peraturan perundang-undangan maupun regulasi yang berlaku yang memiliki sangkut paut dengan permasalahan dalam penelitian ini.
CONTOH TESIS NO.3 PENGARUH KOMPETENSI ETOS KERJA PETUGAS TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI KLINIK FISIOTERAPI RSUD DATU BERU TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2019
Abstrak
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap kepuasan pasien yaitu variabel kedisiplinan, ketelitian petugas dan tanggung jawab petugas dengan nilai p (sig) = <0,05. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kepuasan pasien adalah akurasi petugas dengan p (sig) 0,002 dan memiliki nilai OR 13,360. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kompetensi etos kerja petugas dalam hal kedisiplinan, kejujuran, ketelitian, tanggung jawab, dan kematangan emosi petugas fisioterapis dengan kepuasan pasien. Saran meningkatkan kedisiplinan, kejujuran, ketelitian, tanggung jawab, dan kematangan emosi agar pasien puas dalam menerima pelayanan fisioterapi yang diberikan. Kata Kunci: Kompetensi Etika Kerja, Petugas Fisioterapi, Kepuasan Pasien Abstrak Pengaruh Kompetensi Etos Pekerja terhadap Kepuasan Pasien di Klinik Fisioterapi RSUD Datu Beru Kabupaten Takengon Aceh Tengah Tahun 2019 Kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kesimpulan penelitian mengenai hubungan kompetensi etos kerja petugas ditinjau dari kedisiplinan, kejujuran, ketelitian, tanggung jawab, dan kematangan emosi petugas fisioterapi terhadap kepuasan pasien. Saran meningkatkan kedisiplinan, kejujuran, ketelitian, tanggung jawab, dan kematangan emosi pasien puas dalam menerima pelayanan fisioterapi yang diberikan.
BAB I
Kesehatan sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi etos kerja petugas terhadap kepuasan pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Instrumen yang digunakan adalah lembar angket yang dibagikan kepada 60 responden yang dianalisis dengan uji regresi logistik ganda.
Teknik Analisis
Penelitian ini bertujuan menganalisis kompetensi etos kerja petugas kepuasan pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner yang dikirim kepada 60 responden secara analisis dengan uji regresi logistik berganda. Hasil analisis data menunjukkan ada pengaruh terhadap kepuasan pasien yaitu variabel kedisiplinan petugas ketelitian dan tanggung jawab petugas dengan nilai = <0,05. Variabel yang paling dominan memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien adalah ketelitian petugas dengan p (sig) 0,002 dan memiliki nilai OR = 13,360.
CONTOH TESIS NO.4 RAKTIK KOMPREHENSIF KLINIK MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI DIPLOMA-IV UNIVERSITAS BINAWAN DENGAN IMPLEMENTASI MODEL EVALUASI CIPP
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan evaluasi praktek komprehensif klinik mahasiswa fisioterapi diploma IV Universitas Binawan 1) Aspek konteks yaitu latar belakang program didasari dari beberapa landasan hukum yang sesuai dengan tcapaian pembelajaran dan tertulis dalam rencana pembelajaran semester yang kemudian sudah disesuaikan dengan analisis lahan praktek. 2) Aspek input yaitu cukupnya kejelasan informasi dalam perencanaan dan pengelolaan program. Walaupun instansi penyelenggara belum pernah mengadakan pelatihan untuk CI namun instruktur klinik yang bertugas memiliki kompetensi yang baik dan perilaku professional. Tersedianya pedoman praktek komprehensif klinik fisioterapi namun secara administrative tidak diberikan pada peserta mahasiswa. 3) Aspek proses yaitu kurangnya pengawasan sehingga ada beberapa lahan praktek yang tidak sesuai dalam penerapan program praktek komprehensif klinik sehingga perlu perbaikan untuk sistem pengawasannya. Tersedianya sistem penilaian yang mengarah pada kompetensi praktis secara kelompok bukan individu mahasiswa. 4) Aspek Produk yaitu dampak yang ditimbulkan dari program adalah adanya peningkatan kemampuan dan kepercayaan diri peserta mahasiswa namun tidak diketahui apakah ada peningkatan kinerja praktik mandiri secara individu.
BAB I
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan praktik komprehensif klinik mahasiswa program studi fisioterapi Diploma IV Universitas Binawan melalui empat komponen yaitu konteks, masukan, proses dan hasil atau yang dikenal dengan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian yaitu penyelenggara program, instruktur klinik dan peserta mahasiswa menggunakan purposive sampling dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Uji keabsahan data dengan triangulasi metode dan sumber data, analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data, menarik kesimpulan.
CONTOH TESIS NO.5 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Bell’s Palsy Sinistra Dengan Modalitas Infra Red, Electrical Stimulation (Faradic) Dan Mirror Exercise Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Abstrak
Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri dan spasme, meningkatkan kekuatan otot-otot wajah dan meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah pada kasus bell’s palsy dengan menggunakan modalitas infra red, electrical stimulation (faradic) dan mirror exercise. Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 7 kali didapatkan hasil penilaian nyeri tekan 3 menjadi 2, peningkatan kekuatan otot m. frontalis, m.orbicularis oculi, m.orbicularis oris, m.zigomaticus mayor, m.zigomaticus minor, m.bucinator, m.nasal dari nilai 1 menjadi 3 dan peningkatan kemampuan fungsional dengan ugo fisch T1 : 26 menjadi T7 : 68. Kesimpulan : Infra Red (IR) dapat mengurangi nyeri dan spasme di m.sternocledomastoideus, electrical stimulation (faradic) dan mirror exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan fungsional otot-otot wajah.
BAB I
Latar Belakang : Bell’s palsy adalah kelumpuhan saraf fasialis perifer yang sifatnya unilateral dan penyebabnya belum diketahui (idiopatik) tetapi dimungkinkan akibat dari adanya oedema jinak pada bagian nervus facialis (N VII). Permasalahan utama yang sering dikeluhkan pasien adalah permasalahan fungsional yaitu mulut mencong ke satu sisi, ketidakmampuan aktivitas fungsional menggunakan otot-otot wajah selain itu kadang menimbulkan masalah lain seperti adanya nyeri di sekitar belakang telinga (foramen stilomastoideus).
Teknik Analisis
Metode : Intervensi yang diberikan terdiri dari infra red selama 15 menit, electrical stimulation selama 15 menit dengan parameter 3×30 kontraksi setiap otot dan mirror exercise dengan melakukan gerakan-gerakan fungsional wajah yang setiap gerakan dilakukan 8x pengulangan. Evaluasi meliputi nyeri, kekuatan otot dan kemampuan fungsional wajah.
CONTOH TESIS NO.6 THE SIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Abstrak
Sikap duduk seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, di mana selama bekerja dengan sikap duduk yang baik, maka produktivitas akan meningkat dan sebaliknya bila sikap duduk tidak baik, maka produktivitas kerja akan menurun. Postur yang ergonomis akan mengurangi kerja dari otot-otot ekstensor untuk melawan beban yang ditransmisikan pada tulang belakang. Sehingga kemung-kinan terjadinya spasme atau strain pada otot tersebut dapat dihindari. Dan juga, ketika postur dalam posisi er-gonomis, struktur seperti diskus intervertebralis mendapat pembebanan yang seimbang pada bagian anterior, poste-rior, dan lateralnya. Sehingga kemungkinan terjadi keru-sakan struktur bagian posterior dari tulang belakang yang pain sensitivedapat dicegah.
BAB I
Postur yang ergonomis akan mengurangi kerja dari otot-otot ekstensor untuk melawan beban yang ditransmisikan pada tulang belakang. Sehingga kemung-kinan terjadinya spasme atau strain pada otot tersebut dapat dihindari. Dan juga, ketika postur dalam posisi er-gonomis, struktur seperti diskus intervertebralis mendapat pembebanan yang seimbang pada bagian anterior, poste-rior, dan lateralnya. Sehingga kemungkinan terjadi keru-sakan struktur bagian posterior dari tulang belakang yang pain sensitivedapat dicegah.
Teknik Analisis
Software komputer dipakai untuk menganalisis data dan dilakukan beberapa uji statistik yaitu: Uji Statistik Deskriptif, Saphiro-Wilk Test untuk Uji Normalitas, Levene’s test untuk Uji Homogenitas, dan Wilcoxon Signed Rank Test untuk Uji hipotesis.
CONTOH TESIS NO.7 ANALISIS RISIKO PROSES FISIOTERAPI DAN MITIGASI MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATOR OF STAFFING NEED (Tinjauan: Proses Internal dan Manusia di Rumah Sakit X)
Abstrak
Adapun pemicu terjadinya potensi risiko adalah jumlah pasien (rata-rata 50-60/hari) yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga fisioterapis (4 orang) serta kurangnya sarana alat intervensi fisioterapi (penatalaksanaan alat menggunakan dosis waktu min : 15 menit).Dalam Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi sesuai dengan PMK 65 tahun 2015, maka langkah strategis yang harus dilakukan adalah pengambilan kebijakan mitigasi kejadian yang tidak diharapkan muncul dengan menurunkan peluang, seperti: menambah jumlah tenaga fisioterapissesuai dengan kebijakan pemerintah dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 81 /MENKES/SK/2004, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit untuk menghitung kebutuhan SDM di Rumah Sakit, yaitu workload indicator staffing need (WISN), mengatur jadwal pemisahan hari pemeriksaan pengukuran fisioterapi dengan hari pelaksanaan intervensi dan menambah jumlah alat intervensi fisioterapi.
BAB I
Penelitian dilakukan dengan latar belakang, adanya Keputusan Menteri Kesehatan No.65 Tahun 2015 tentang standar pelayanan fisioterapi yang digunakan sebagai dasar manajemen risiko dalam mempersiapkan strategi untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan muncul pada penatalaksanaan proses fisioterapi.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:81/MENKES/SK/2004, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit untuk menghitung kebutuhan SDM di Rumah Sakit, yaitu workload indicator staffing need (WISN)sebagai strategi pengambilan kebijakan. Penelitian ini bertujuan untukmeningkatkanmutu pelayanan fisioterapi melalui perhitungan risiko proses fisioterapi dan tindakan mitigasi risiko menggunakan metode Workload Indicator Staffing Need.
Teknik Analisis
Penelitian menggunakan Metode tahapan manajemen risiko sebagai metode analisisnya dan WISN sebagai metode untuk mitigasi risiko. Analisis risiko diawali dengan identifikasi risiko kemudian mengukur risiko dengan menghitung peluang dan dampak dari risiko tersebut dan merancang manajemen risiko sebagai mitigasinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kejadian dengan risiko tertinggi 25 pada tahap pemeriksaan dan pengukuran dengan peluang tidak memiliki waktu yang memadai untuk pemeriksaan dan pengukuran fisioterapi dengan nilai 5 dan dampak penulisan laporan hasil pemeriksaan tidak lengkap dengan nilai 5 pada tahap dokumentasi, sedangkanpadatahap intervensi fisioterapi terjadi peluang pengurangan jenis dan waktu intervensidengan nilai 5 dan dampak berupa penyembuhan yang lama atau tidak sembuh (cacat) mendapat nilai5 sehingga didapat nilairisiko 25.
CONTOH TESIS NO.8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DAN FISIOTERAPIS DALAM PELAYANAN FISIOTERAPI MANDIRI DI KOTA SEMARANG
Abstrak
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, spesifikasi penelitian deskriptif analitik, data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan. Populasinya adalah seluruh pasien dan fisioterapi mandiri di kota Semarang, sampel diambil secara non random sampling dengan tipe purposive sampling yaitu seluruh pasien dan fisioterapi mandiri di kota Semarang yang di bagi menjadi empat bagian yaitu Semarang selatan, utara, barat, dan timur. Hal ini merupakan pelanggaran terutama Undang – Undang No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.
BAB I
Fisioterapi mandiri di kota Semarang masih banyak ditemukan kekurangan antara lain : kelengkapan sertifikat kompetensi, standar pelayanan fisioterapi, standar operasional prosedur, perizinan tempat praktik fisioterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapis dalam pelayanan fisioterapi mandiri di kota Semarang.
Teknik Analisis
Analisis menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapis dalam pelayanan fisioterapi mandiri di kota Semarang belum terlaksana dengan baik, dengan ditemukannya bukti – bukti pelanggaran yang di antaranya adalah belum mempunyai sertifikat kompetensi Surat Tanda Registrasi Fisioterapi (STRF), Surat Izin Praktek Fisioterapi (SIPF), dan Surat Izin Kerja Fisioterapi (SIKF), tempat praktik fisioterapi belum berizin resmi, dan di temukannya fisioterapi mandiri yang belum melakukan inform consent dan rekam medis.
CONTOH TESIS NO.9 NALISIS PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT BIDANG FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSU PURWOGONDO TAHUN 2017
Abstrak
Kesalahan pemberian obat hanya sekali pada tahun 2016. Resep penulisan proses tahun 2016 sudah disesuaikan dengan formulasi. Survei kepuasan pelanggan belum dilakukan pada tahun 2016 dan juga tahun 2017. Dengan hasil tersebut IFRS Purwogondo tidak sesuai dengan SPMRS bidang farmasi sesuai PMK No.129 tahun 2008.
BAB I
Standar pelayanan minimal merupakan standar minimal yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Hal itu diatur dalam PMK Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Salah satu standar yang diatur adalah standar pelayanan kefarmasian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan standar pelayanan kefarmasian di IFRS Purwogondo. Pengelolaan apotek sudah baik, namun sarana dan prasarana masih kurang. Pemenuhan standar pelayanan minimal apotek RSUD Purwogondo untuk waktu tunggu penyelesaian pelayanan obat tahun 2016: 18 menit, awal 2017: 17 menit dan akhir 2017: 14 menit. Sedangkan Ramuan Obat 2016: 27 menit, Awal 2017: 25 menit dan terakhir 2017: 23 menit.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, wawancara mendalam, dan observasi dokumen. Informan yang digunakan sekitar 6 anggota IFRS. Metode analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan komparatif melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
CONTOH TESIS NO.10 Hubungan Kadar Kalsium Serum Dengan Keberhasilan Fisioterapi Pada Pasien Stroke Iskemik
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar kalsium serum dengan keberhasilan Fisioterapi pada pasien stroke iskemik. Hasilnya menunjukkan bahwa Kadar kalsium serum normal (8-10 mg/dl), secara statistik memperlihatkan perbedaan skor NIHSS, skor Indeks Barthel, skor MMT sebelum dan setelah difisioterapi dengan kadar kalsium serum. Setelah dilakukan uji joba post hoc, secara klini ktidak terdapat perbedaan skor NIHHS antar kelompok kadar kalsium serum, terdapat perbedaan skor Indeks Barthel antar kelompok kadar kalsium serum >10mg/dl dengan<9mg/dl, >10mg/dl dengan 9-10mg/dl, tidak terdapat perbedaan skor MMT antar kelompok kadar kalsium serum.
BAB I
Kalsium (Ca2+) memainkan peran penting dalam fisiologi dan biokimia organisme dan sel, yakni pada jalur transduksi sinyal, di mana ia bertindak sebagai pembawa pesan kedua, dalam pelepasan neuro transmitter dari neuron dan kontraksi semua jenis sel otot. Metabolisme kalsium sel selama dan segera setelah periode iskemia sesaat mempengaruhi kejadian yang mengarah pada cedera neuron berikutnya. Misalnya, iskemia / hipoksia memicu translokasi cepat Ca2+ dari ruang ekstra seluler ke intra seluler jaringan otak(Gupta, Dubey, Kumar, & Singh, 2015)
Teknik Analisis
Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran kadar kalsium serum melalui specimen darah sedangkan pengukuran NIHSS (Nasional Institute Of Health Stroke Scale), pengukuran Indeks Barthel, pengukuran MMT (Manual Muscle Testing) diukur dengan menggunakkan skor (format penilaian).
CONTOH TESIS NO.11 KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL, PENGUASAAN TEORI PRAKTIK FISIOTERAPI, DAN KOMPETENSI PROFESI FISIOTERAPIS MAHASISWA YANG BELAJAR PRAKTIK PENGALAMAN KLINIS DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. R. SOEHARSO SURAKARTA
Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Keterampilan komunikasi interpersonal dari siswa Diploma 3 dalam Fisioterapi berkisar dari kategori Buruk, Adil, Cukup Baik, hingga Baik (didominasi oleh kategori Cukup Baik, dan Baik). Sementara itu, keterampilan komunikasi interpersonal siswa Diploma 4 dalam Fisioterapi berkisar dari Buruk, Adil, Cukup Baik, hingga Baik (didominasi oleh kategori Buruk dan Baik). (2) Penguasaan teori fisioterapi dan praktik mahasiswa Diploma 3 dalam Fisioterapi berkisar dari Adil, Cukup Baik, hingga Baik (didominasi oleh kategori Baik). Sementara itu, penguasaan teori fisioterapi dan praktik para mahasiswa Diploma 4 dalam Fisioterapi berkisar dari Adil, Cukup Baik, Baik, hingga Sangat Baik (didominasi oleh kategori Cukup Baik). (3) Kompetensi Profesi Fisioterapis mahasiswa Diploma 3 dalam Fisioterapi berkisar dari Cukup, Cukup Baik, Bagus, hingga Sangat Bagus (didominasi oleh kategori Cukup Bagus, dan Baik). Sementara itu, Kompetensi Profesi Fisioterapis mahasiswa Diploma 4 dalam Fisioterapi berkisar dari Wajar, Cukup Baik, Bagus, hingga Sangat Bagus (didominasi oleh kategori Wajar).
BAB I
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan komunikasi interpersonal, penguasaan teori dan praktik fisioterapi, dan kompetensi profesi fisioterapis mahasiswa mahasiswa fisioterapi yang melakukan praktik klinis di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan kualitatif-etnometodologi dengan menggambarkan proses praktik klinis siswa. Subjek penelitian adalah 82 mahasiswa Fisioterapi yang melakukan praktik klinis di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Data penelitian diambil dengan mengum-pulkan catatan status klinis yang dibuat oleh siswa, dan penggunaan dokumen.
CONTOH TESIS NO.12 Evaluasi proses pembelajaran pada Akademi Fisioterapi “YAB” Yogyakarta
Abstrak
Hasil. Fasilitas perpustakaan, metode pembelajaran, dan jumlah dosen tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan untuk aktifitas pembelajaran professional yang berkualitas. Ada diantara dosen yang mempunyai latar belakang pendidikan diploma tiga fisioterapi, dan telah memiliki pengalaman kerja selama 25 tahun sebagai praktisi fisioterapi. Sebagian besar dari mereka mempunyai klinik. Rasio antara dosen dengan mahasiswa 1:14. Sistem pendidikan dan pelatihan dosen belum mendapat perhatian yang serius. Akademi ini mempunyai 4 orang dosen tetap ahli fisioterapi dan 2 orang dosen bukan fisioterapis. Penelitian ini telah membuktikan kualitas proses pembelajaran dan kualifikasi dosen sangat terbatas, walaupun demikian demikian, akademi ini telah berhasil menerapkan prinsif pendekatan pendidikan keahlian profesional. Kesimpulan: Penelitian ini telah membuktikan bahwa pendidikan keahlian sangat tergantung pada dosen. Kegiatan pendukung pendidikan termasuk fasilitas dan pengembangan dosen masih sedikit mendapat perhatian manajemen. Kekuatan utama dalam pendidikan fisioterapi di AKFIS YAB adalah pemanfaatan dosen yang berasal dari praktisi fisioterapi yang berpengalaman. Penguatan dosen dalam sisi akademis dan metode pembelajaran seharusnya menjadi perhatian dalam pengembangan lembaga pendidikan ini.
BAB I
Latar belakang. Penyakit degeneratif menjadi suatu kondisi baru yang terdapat problem kesehatan di negara berkembang, untuk itu dibutuhkan ahli fisioterapi yang profesional. Saat ini di Indonesia telah berdiri sebanyak 19 perguruan tinggi fisioterapi yang tersebesar di seluruh wilayah Indonesia. Perguruan tinggi ini lebih banyak dimiliki oleh swasta. Harapan dari pendidikan ini untuk mencetak fisioterapis yang berkualitas dan profesional. Sebagai perguruan tinggi profesional diharapkan mampu merancang sistem pendidikan yang berkualitas. Langkah awal berdirinya pendidikan tinggi ini diperlukan kontrol dari asosiasi profesi dan departemen kesehatan. Perguruan tinggi yang ada ini masih keterbatasan dalam hal finansial dan tenaga dosen yang berkualitas sebagai pendukung utama dalam proses pembelajaran. Studi ini ingin melihat tentang kekuatan dan kelemahan dokumen manajemen proses pembelajaran. Evaluasi manajemen pendidikan dilihat dari standar kurikulum, fasilitas, metode dan kualifikasi dosen.
Teknik Analisis
Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus eksploratif. Informasi di dapatkan dengan wawancara mendalam dengan 15 responden yang terkait langsung yaitu: direktur, dosen tetap, staf serta mahasiswa. Wawancara dilakukan saat mereka ditemui selama di AKFIS â€YAB†Jogjakarta. Data ini diperoleh selama penelitian yaitu bulan Januari sampai dengan Februari 2006.
CONTOH TESIS NO.13 Pengaruh Fisioterapi Dada terhadap Saturasi Oksigen pada Anak dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di RSU Kaliwates Jember
Abstrak
Hasil uji Wilcoxon kelompok perlakuan pada nilai saturasi oksigen didapatkan nilai p-value 0,001. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai saturasi oksigen pada kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil dari uji statistik, dapat disimpulkan bahwa fisioterapi dada berpengaruh terhadap saturasi oksigen pada anak ISPA. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan darah bersih yang mengandung oksigen mencapai pembuluh kapiler jaringan sehingga oksigen dapat berdifusi ke pembuluh darah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan fisioterapi dada pada anak ISPA untuk meningkatkan saturasi oksigen.
BAB I
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang secara kontinu di mulai dari konsepsi hingga dewasa yang menggambarkan semua perubahan yang terjadi pada hidup seseorang di dalam kandungan hingga lahir yang dapat diamati pertumbuhan dan perkembangannya. Jika individu mengalami suatu perubahan atau penurunan dari kondisi yang sebelumnya maka dapat dikatakan sakit. Apabila terdapat masalah kesehatan pada anak, maka proses tumbuh kembangnya juga akan ikut terhambat. ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia terutama pada bagian perawatan anak. Pada RSU Kaliwates Jember didapatkan data penderita ISPA pada balita sebanyak 67 anak yang tiap bulannya berobat rawat inap. Manifestasi klinis dari penyakit ini biasanya batuk tidak efektif yang ditandai dengan hidung tersumbat akibat produksi mukus berlebihan yang menyebabkan proses pernafasan tidak berjalan dengan lancar. Anak yang berusia kurang dari 5 tahun masih kesulitan untuk mengatur bersihan jalan nafas secara mandiri sehingga akan mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan memiliki resiko cukup tinggi untuk mengalami sesak nafas. Anak yang mengalami gangguan saluran pernafasan sering terjadi peningkatan produksi lendir atau dahak yang berlebihan pada paru-parunya sehingga lendir tersebut menumpuk dan menjadi kental hingga sulit untuk dikeluarkan, terganggunya transportasi pengeluaran dahak ini dapat menyebabkan anak semakin kesulitan untuk mengeluarkan dahak. Mukus ini menjadi sumbatan atau obstruksi jalan napas yang menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru dapat menurunkan jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru-paru, yang menyebabkan absorpsi oksigen oleh darah berkurang sehingga saturasi oksigen pasien dibawah normal. Fisioterapi dada efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi dengan mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membersihan sekret dari bronkus untuk mencegah penumpukan sekret sehingga oksigen dapat masuk ke dalam paru-paru dan saturasi oksigen normal.
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan pra experimental dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan menetapkan subjek yang dilakukan secara acak. Total sampel adalah 20 responden balita usia 1-5 tahun dengan diagnosa medis ISPA yang mendapatkan terapi fisioterapi dada dengan saturasi oksigen normal dan hipoksia. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulse oxymetry untuk mengetahui perubahan saturasi oksigen pada pasien. Fisioterapi dada dilakukan dalam durasi waktu 20 menit dengan frekuensi 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan malam hari. Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) dengan tingkat kesalahan (?) <0,05, yaitu ada pengaruh fisioterapi dada terhadap saturasi oksigen pada anak ISPA. Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Uji statistik Wilcoxon digunakan untuk menganalisis perbedaan rata-rata nilai saturasi oksigen pretest dan posttest pada kelompok perlakuan.
CONTOH TESIS NO.14 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Lansia Dengan Frozen Shoulder Sinistra (Kiri) Di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta
Abstrak
Hasil: Pemberian Micro Wave Diathermy dapat mengurangi nyeri pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva atau tidak dan setelah dilakukan evaluasi dengan skala VDS maka dapat dilihat bahwa adanya penurunan derajat nyeri. adanya peningkatan lingkup gerak sendi baik saat gerak aktif maupun pasif. Pemberian MWD, terapi ini suatu paket modalitas berfungsi untuk meningkatkan lingkup gerak sendi, pada kasus yang diungkap penulis ini peningkatan lingkup gerak sendi dipengaruhi juga oleh penurunan nyeri pada bahu kiri sehingga pasien akan lebih aktif menggerakkan lengannya. Pemberian terapi pertama sampai keenam menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot penggerak sendi bahu. Dengan pemberian modalitas terapi latihan khususnya pemberian pembebanan menggunakan shoulder wheel selain dapat mempertahankan kekuatan otot yang sudah ada juga dapat meningkatkan kekuatan otot. Hasil evaluasi diatas didapatkan hasil semakin menurun yang berarti semakin meningkatnya kemampuan aktivitas sehari-hari. Dari rata-rata dari jumlah hasil total semua pertanyaan dari setiap evaluasi menggunakan SPADI terutama disability scale menunjukakan adanya kenaikan kemampuan fungsional yang mampu dilakukan pasien. Pada T0-1 dengan rata-rata 6,9 sedangkan pada T3 hasil rata-rata 5,5 dan pada T6 dengan rata-rata 4,9. Kesimpulan: Micro Wave Diathermy terapi manipulasi, dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot bahu pada pasien frozen shoulder sinistra.
BAB I
Latar Belakang : Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh terapi dengan Micro Wave Diathermy dapat menurunkan nyeri sendi bahu dalam kasus frozen shoulder sinistra, pengaruh terapi latihan (LGS) dan latihan metode shoulder wheel dapat meningkatan kekuatan otot bahu pada kasus frozen shoulder sinistra dan pengaruh terapi terhadap kenaikan kemampuan fungsional pada kasus frozen shoulder sinistra.
Teknik Analisis
Teknik analisis dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif
CONTOH TESIS NO.15 PENGARUH PENAMPILAN SLOW DEEP BREATHING EXERCISE PADA MASASE KAKI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
Abstrak
Latar Belakang: Semakin bertambahnya usia manusia akan mengalami perubahan pada tubuhnya. Salah satu perubahan yang dialami lansia adalah terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah yang menyebabkan kekakuan sehingga terjadi peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Tekanan darah terus-menerus tinggi apabila dibiarkan akan menyebabkan terjadinya komplikasi pada jaringan otak dan pembuluh darah. Salah satu pengobatan nonfarmakologi untuk hipertensi adalah slow deep breathing exercise dan masase kaki. Dimana slow deep breathing exercise dan masase kaki bisa merangsang sensitifitas baroreseptor dengan meningkatkan aktifitas system saraf simpatis dan menurunkan aktivitas system saraf para simpatis, selain itu dengan adanya terapi nonfarmakologi bisa membantu masyarakat untuk meringankan biaya pengobatan dan terhindar dari efek sampig penggunaan obat-obatan hipertensi. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penambahan slow deep breathing exercise pada masase kaki terhadap penurunan tekanan darah sesaat pada lansia dengan hipertensi.
BAB I
Hasil: Hasil analisa statistik uji wilcoxon menunjukkan hasi p-value pada tekanan darah sistolik sebesar p 0,000 dan tekanan darah diastolik sebesar p 0,000 dengan taraf signifikan (p <0.05) yang artinya ada pengaruh penambahan slow deep breathing exercise pada masase kaki terhadap penurunan tekanan darah sesaat pada lansia dengan hipertensi. Simpulan: Ada pengaruh penambahan slow deep breathing exercise pada masase kaki terhadap penurunan tekanan darah sesaat pada lansia dengan hipertensi. Saran: Bagi kader Posyandu lansia diharapkan bisa menerapkan terapi nonfarmakologi seperti slow deep breathing exercise pada masase terhadap lansia yang menderita hipertensi untuk membantu mengontrol tekanan darah dan bisa terhindar dari komplikasi yang lebih serius.
Teknik Analisis
Metode Penelitian: Desain penelitian menggunakan Quasi eksperiment dengan rancangan one group pre-test post-test. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampling sebanyak 19 orang berusia 60-74 tahun berjenis kelamin perempuan. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphigmomameter Aneroid. Analisa data menggukanan uji Wilcoxon.
Leave a Reply