HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Contoh Tesis Modal Sosial pada Tahun 2020

CONTOH TESIS NO.1 MODAL SOSIAL DAN MEKANISME ADAPTASI MASYARAKAT PEDESAAN DALAM PENGELOLAAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Abstrak

Penelitian ini melihat modal sosial terikat (bonding) dapat menjadi sebuah kekuatan dalam menghasilkan kapasitas adaptasi masyarakat pedesaan dalam pengelolaan dan pembangunan infrastruktur. Pada tahap selanjutnya, kapasitas adaptasi ini menjadi sebuah daya lenting, fleksibilitas, dan stabilitas yang tinggi di dalam masyarakat jika dapat memobilisasi sumber daya dan memodifikasi kelembagaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Sidoasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Penelitian menggunaan pendekatan kualitatif berupa studi kasus dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Pada pembangunan infrastruktur (air, listrik, dan jalan) masyarakat mengembangkan kepercayaan, interaksi yang kuat antar sesama anggota, norma/aturan yang menunjukkan tipe modal sosial bonding. Modal social yang terikat ini menghasilkan kapasitas adaptasi, antara lain berupa: kerja sama, partisipasi semua elemen masyarakat, pemanfaatan teknologi yang sesuai kebutuhan masyarakat, prinsip saling menjaga, dan kemampuan memobilisasi sumber daya kolektif dalam anggota kelompok. Bentuk-bentuk kapasitas adaptasi yang dikembangkan adalah sebuah daya lenting dan fleksibilitas untuk menjaga stabilitas pembangunan dan pengelolaan infratsruktur perdesaan.

BAB I

Upaya penciptaan perubahan dan pembangunan pedesaan, pendayagunaan infrastruktur, dan modal sosial masyarakat diperlukan untuk memicu pertumbuhan. Beberapa infrastruktur pedesaan yang berperan penting untuk pembangunan diantaranya sarana jalan dan transportasi, listrik, air, dan penggunaan teknologi dalam pertanian (Pinstrup-Andersen dan Shimokawa 2006). Hal inilah yang dilihat oleh peneliti pada Desa Sidoasri, Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang. Daerah ini termasuk dalam ketegori wilayah desa pemekaran sehingga pendayagunaan infrastruktur untuk pembangunan masih diperlukan. Tulisan ini menjelaskan bagaimana penyesuaian masyarakat muncul sebagai respon dari pembangunan yang hadir di wilayahnya. Selanjutnya, akan ditelisik bagaimana adaptasi sosial tersebut dapat muncul dan hadir di tengah masyarakat.

Teknik Analisis

Penelitian menggunaan pendekatan kualitatif berupa studi kasus dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi.

CONTOH TESIS NO.2  PERAN MODAL SOSIAL DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PETANI TEMBAKAU DI KABUPATEN WONOSOBO

Abstrak

Dimensi modal sosial menggambarkan segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, serta didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi, serta sosial inheren dalam struktur relasi sosial dan jaringan sosial di dalam suatu masyarakat yang menciptakan berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran informasi, dan menetapkan norma-norma, serta sangsi-sangsi social bagi para anggota masyarakat tersebut (Coleman, 1999). Namun demikian Fukuyama (2000) dengan tegas menyatakan, belum tentu norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku itu otomatis menjadi modal sosial. Akan tetapi hanyalah norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust). Dimana trust ini adalah merupakan harapanharapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh para anggotanya. Populasi dalam penelitian terdiri dari petani tembakau, tokoh masyarakat, dan aparat pemerintah kecamatan dan desa dari delapan desa yang terpilih sebagai sampel. Sementara itu jumlah responden sebanyak 104 orang, yang terdiri dari 80 petani tembakau, 16 tokoh masyarakat, 16 perangkat desa, dan 2 orang perangkat kecamatan. Variabel penelitian meliputi kajian ekonomi, sosial budaya, kajian demografi, karakteristik petani tembakau, dan efektivitas modal sosial. Pengumpulan data dengan menggunakan focus group discussion (FGD) dengan responden, dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai kepercayaan dalam modal sosial sangat dominan sebagai dasar bagi masyarakat pedesaan untuk dijadikan modal dalam peningkatan fungsi yang lain, seperti peningkatan respek dan keuntungan bersama. Permasalahan dalam optimalisasi modal sosial menyangkut masalah alam, masalah sumber daya manusia, dan masalah manajemen. Sementara itu untuk mengoptimalkan peran modal sosial di pedesaan perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, seiring dengan tuntutan masyarakat pedesaan terkait dengan pentingnya program pendampingan untuk meningkatkan kompetensi masyarakat pedesaan dengan meningkatkan ketrampilan bertani, dan meningkatkan diversivikasi pertanian. Selain itu juga perlunya dukungan kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan optimalisasi peran modal sosial.

BAB I

Asumsi paradigma ini adalah pertumbuhan tidak cukup sehingga perlu ada kebijakan distribusi dan redistribusi untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin. Pada perkembangan berikutnya terjadi pergeseran paradigma ke arah pemberdayaan masyarakat, dimana orang miskin tidak lagi dilihat sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku pembangunan, dan proses pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Kerangka Berpikir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Teknik Analisis

Pengumpulan data dengan menggunakan focus group discussion (FGD) dengan responden, dan observasi lapangan

CONTOH TESIS NO.3 IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)  SEBAGAI MODAL SOSIAL PADA PT NEWMONT

Abstrak

Berdasarkan hasil analisa, diperoleh kesimpulan bahwa dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya, PT Newmont melakukan kegiatan-kegiatan Pembangunan Masyarakat yaitu pendidikan, Infrastruktur, Perbaikan Kesehatan, Pendidikan Kejuruan dan Pengembangan Bisnis, Program Pertanian dan Perikanan, Program Perbaikan Habitat Laut Minahasa. Sedangkan kendala-kendala yang ditemui adalah meningkatnya ketidakpercayaan masyarakat dan kesalahan persepsi yang muncul akibat tuduhan pencemaran terhadap operasi Newmont Minahasa Raya sehingga izin penempatan tailing PT NNT, yang mesti diperpanjang pada tahun 2005, akan tetap ditentang oleh LSM anti tambang, Kontroversi lain muncul terkait daerah eksplorasi Dodo di kecamatan Ropang yang melibatkan sembilan desa. Warga Labangkar mengklaim nenek moyang mereka dimakamkan di Dodo dan menuntut ganti rugi lahan dan pemakaman yang ada sehingga perusahaan memutuskan untuk menghentikan kegiatan eksplorasi di daerah tersebut. Tuntutan oleh beberapa nelayan setempat bahwa kegiatan tambang telah mengurangi hasil tangkapan mereka. Untuk mengatasi tuduhan ini dan memperbaiki kesalahan persepsi, PTNNT telah menyusun suatu sasaran untuk melibatkan diri lebih banyak dalam pengembangan desa nelayan setempat dan melakukan survei perikanan pada 2005

BAB I

Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali pihak perusahan masih mengangap dirinya sebagai pihak yang paling memahami kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai kelompok pinggiran yang menderita sehingga memerlukan bantuan perusahaan. Di samping itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang pasif bukan demi perbaikan kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang.

Kerangka Berpikir

Pertama, komitmen dan perubahan paradigma. Perusahaan harus menyadari bahwa entitas bisnis adalah juga merupakan bagian integral dari komunitas global. Ada aspek moral universal yang menaungi baik individu, masyarakat, pemerintah, maupun kalangan bisnis dalam berperilaku di dunia ini. Bahwa pada kenyataannya mereka tidak boleh saling merugikan satu dengan yang lainnya adalah sebuah kenyataan moral yang tidak dapat disangkal. Kedua, dalam merancang aktivitas CSL perusahaan harus memperhatikan beberapa hal esensial yang seringkali tidak diperhatikan dalam CP maupun CSR: program-program sosial yang disusun harus beriringan dengan bidang usaha yang bersangkutan. Misalnya, perusahaan jasa komunikasi tidak dianjurkan untuk mengembangkan aktivitas sosial yang jauh dari core business yang bersangkutan. Dengan mengembangkan aktivitas yang beriringan dengan bidang usaha yang bersangkutan, perusahaan tidak perlu secara khusus mengalokasikan dana yang besar, seperti halnya pada aktivitas CP dan CSR. Perusahaan cukup mengerahkan resources yang ada dan yang tengah berjalan. Hal ini membuka peluang bagi usaha menengah dan kecil untuk juga secara aktif menyelenggarakan program-program CSL. Ketiga, dampak positif yang dibawa oleh aktivitas CSL harus selalu bersifat berkelanjutan (sustainable). Maksudnya adalah bahwa aktivitas CSL harus selalu dirancang untuk mendorong kemandirian dan keberdayaan masyarakat (community outreach). Oleh karena itu, program CSL harus terukur dan berada dalam kerangka waktu terentu. Ini untuk menjamin dampak positif dari kegiatan community outreach yang dilakukan dapat terus terasa di tengahtengah masyarakat sekalipun perusahaan sudah tidak lagi secara aktif terlibat di komunitas yang bersangkutan.

Teknik Analisis

Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif.

CONTOH TESIS NO.4 PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP PERILAKU KEWIRAUSAHAAN (Suatu studi pada pelaku usaha mikro kecil menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud)

Abstrak

Sumber   data   yang   diperoleh   yaitu   data   primer   dengan   cara   menyebarkan  kuesioner  kepada  74  responden  pengusaha  mikro kecil  menengah  di  Kecamatan Kabaruan  Kabupaten  Kepulauan  Talaud  menggunakan  metode  skala  sikert.  Data  di analisis  dengan  metode  korelasi  rank  spearman  untuk  mengetahui  ada  tidaknya hubungan  antara  variabel  yang  diteliti.  Setelah  dianalisis  diperoleh  hasil sebagai beikut  :  nilai  rs=  0,89  yang  artinya  hubungan  antara  modal  sosial  dan  prilaku kewirausahaan sangat tinggi. Dari uji signifikansi pada tingkat ? =0,05 diperoleh thitung =16,56  >  ttabel 3,7  artinya  H0 ditolak  dan  HIditerima.  Hasil  analisis  diperoleh nilai  koefisien  determinasi  (rs2)  sebesar  0,7921.  Hal  ini  berarti  besanya  sumbangan atau   proporsi   varabel   modal   sosial   (x)   sebesar   79%   sedangkan   sisanya   21% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak ada dalam model.

BAB I

Kewirausahaan menunjuk pada semangat, sikap dan perilaku sebagai teladan dalam   keberanian   mengambil   resiko   yang   telah   diperhitungkan   berdasar   atas kemauan  dan  kemampuan  sendiri.  Orang  yang  memiliki  sikap  demikian  disebut sebagai  wiraswasta  atau  wirausaha.  Oleh  sebab  itu,  seorang  wiraswasta  adalah seorang pejuang yang gagah, luhur, berani dan pantas menjadi teladan dalam bidang usaha.   Wirausaha   adalah   orang-orang   yang   memiliki   sifat-sifat   kewirausahaan: berani mengambil resiko, keutamaan, kreativitas, dan keteladanan dalam menangani usahaatau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.

Teknik Analisis

Data  yang  diperoleh  kemudian diolah  dan  dianalisis  dengan  menggunakan metode  analisis  kuantitatif  data,  yaitu Penganalisaan  data  dengan  menggunakan rumus-rumus statistik yaitu analisis koefisien korelasi dan uji hipotesis.

CONTOH TESIS NO.5 MODAL SOSIAL MASYARAKAT DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL KUTAI (TNK) DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA

Abstrak

Taman Nasional Kutai (TNK) adalah taman nasional yang berbatasan dengan perusahaan tambang batu bara, PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC). Diantara TNK dan PT. KPC terdapat masyarakat yang saat ini menggantungkan hidupnya pada perusahaan. Yang saat ini menjadi perhatian adalah kondisi masyarakat pasca-penambangan di tahun 2021 yangmana masyarakat kehilangan sumber mata pencaharian yang dapat memicu eksploitasi terhadap taman nasional. Oleh karena itu, dengan sumber daya alam yang tersedia sebagai alternatif sumber mata pencaharian, muncul ide memanfaatkan nya untuk tujuan ekowisata untuk mempersiapkan masyarakat untuk periode pasca-tambang PT. KPC. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari modal sosial pengembangan ekowisata di zona penyangga TNK. Data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode termasuk observasi lapangan, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis termasuk Alat penilaian kapital sosial (SCAT) untuk menilai modal sosial masyarakat, Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) untuk menilai hubungan antara variabel modal sosial, dan analisis deskriptif untuk mengevaluasi kebijakan pengembangan ekowisata masing-masing stakeholder. Nilai kecukupan modal sosial untuk Kabo Jaya Dusun Swarga Bara desa adalah 173 (cukup) dan G III Dusun Singa Gembara desa adalah 159 (tidak cukup). Pengembangan ekowisata kurang sulit di Kabo Jaya Dusun berdasarkan modal sosial yang ada dengan Kabo Jaya Ekowisata Group. Setiap elemen modal sosial dalam G III Dusun signifikan mempengaruhi modal sosial, dan faktor yang paling penting adalah perawatan untuk orang lain dan lingkungan.

BAB I

Pengembangan ekowisata tidak hanya didukung oleh potensi sumberdaya alam, karena banyak hasil penelitian menunjukkan pentingnya dukungan dari masyarakat sebagai penggerak lokal kegiatan ekowisata. Hasil penelitian Rahmayulis (2008), modal sosial dalam pengembangan ekowisata pada masyarakat adat Taman, Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) adalah kepercayaan masyarakat adat terhadap pimpinan adatnya, terhadap sesama anggota komunitasnya, serta terhadap norma adat yang dijadikan landasan dalam kehidupan sosial. Hasil penelitian Rachmawati (2010) menguatkan bahwa unsur-unsur sistem sosial yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan wisata alam di kawasan Gunung Salak Endah adalah kepercayaan antar individu, kekuasaan dan kewenangan, status dan peran, norma dan sanksi sosial. Sehingga pengetahuan mengenai modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah yang akan dikembangkan, merupakan bagian integral dari pengembangan ekowisata.

Teknik Analisis

Metode analisis termasuk Alat penilaian kapital sosial (SCAT) untuk menilai modal sosial masyarakat, Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) untuk menilai hubungan antara variabel modal sosial, dan analisis deskriptif untuk mengevaluasi kebijakan pengembangan ekowisata masing-masing stakeholder.

CONTOH TESIS NO.6 PENGARUH MODAL INSANI DAN MODAL SOSIAL TERHADAP KINERJA (STUDI KASUS USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) MAKANAN DAN MINUMAN KOTA BOGOR)

Abstrak

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) makanan dan minuman kota Bogor mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan aset bagi perusahaan dalam bentuk modal insani dan modal sosial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis secara deskriptif, menganalisis pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja UKM makanan dan minuman Kota Bogor, serta memformulasikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja UKM. Metode penelitian yang digunakan antara lain analisis deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA), fishbone diagram, dan Structural Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squares (PLS). Hasil analisis SEM menyatakan bahwa pengetahuan lain dan dimensi struktural berpengaruh terhadap modal insani dan modal sosial, di mana modal insani dan modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Oleh karena itu, peningkatan kinerja pada UKM direkomendasikan melalui beberapa kegiatan penunjang antara lain: membentuk sistem pengendalian mutu dan penyusunan standar pelaksanaan produksi, memperbaiki sarana prasarana yang dimiliki oleh UKM, serta ikut serta dalam pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pekerja UKM.

BAB I

Pada usaha kecil jumlahnya mengalami peningkatan tiap tahunnya sehingga pada tahun 2013 mencapai 5 155 unit usaha. Namun, pada usaha menengah terjadi penurunan jumlah unit usaha dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu 1 679 unit menjadi 1 477 unit. (Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor 2013). Penurunan jumlah unit usaha menengah diduga adanya kenaikan potensi usaha menjadi usaha besar. Menurut Tambunan (2009), pada usaha menengah sebagian besar pemilik usaha telah berpendidikan baik, memiliki akses program pemerintah, dan sudah memperkerjakan manajer profesional. Hal tersebut menandakan bahwa usaha menengah memiliki modal insani yang baik. Selain itu, telah terbentuknya manajemen dan struktur organisasi formal pada usaha menengah mempresentasikan modal sosial yang baik pula. Oleh karena itu, tenaga kerja atau sumberdaya manusia disebut sebagai intangible asset. Intangible asset ini dapat direpresentasikan melalui modal insani dan modal sosial.

Teknik Analisis

Pada tahap awal dianalisis secara deskriptif mengenai UKM makanan dan minuman.

CONTOH TESIS NO.7

Jimpitan, Modal Sosial yang Menjadi Solusi Permasalahan Masyarakat

Abstrak

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat kerap menyelesaikan berbagai masalah sosial dengan menggunakan nilai-nilai yang telah terbentuk dan disepakati sebagai sebuah norma. Norma atau pedoman yang dipatuhi ini seringkali berwujud sebuah institusi informal. Kepatuhan warga kemudian melahirkan rasa saling percaya dan menyebabkan terjalinnya jaringan sosial, kemudian membentuk pola perilaku sehingga tumbuh menjadi budaya dalam bentuk pemberdayaan warga. Salah satu bentuk norma sosial ini adalah “jimpitan”, yang diberlakukan di RT 70 dan RT 71, RW 19 Danunegaran Yogyakarta. Artikel ini  akan membahas mengenai bagaimana institusi jimpitan sebagai modal sosial menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan warga di kampung tersebut. Menggunakan pendekatan kualitatif induktif, terlihat bahwa lemahnya fungsi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pelayanan publik membuat warga RT 70 dan RT 71, RW 19 Danunegaran memilih institusi jimpitan sebagai modal sosial dalam menyelesaikan permasalah warga, terutama berkenaan dengan penguatan tali silaturahmi serta perbaikan dan pemeliharaan sarana pelayanan publik. Mereka memilih institusi ini karena dianggap paling sesuai dengan kondisi warga. Jimpitan yang semula hanya bertujuan untuk pengikat tali silaturahmi warga kini justru menjadi jembatan bagi pengikat tali silaturahmi yang terbentuk pada modal sosial lainnya.

BAB I

Perbaikan dan pemeliharaan sarana jalan dan saluran limbah terutama yang berada di lingkungan RT, belum banyak tersentuh dan ten-tu saja mengganggu kenyamanan dan keamanan warga selaku pengguna. Suhartono (2008) Ke-tua Komisi III DPRD Kota Yogyakarta meng-ungkapkan bahwa jalan yang rusak di Kota Yogyakarta kebanyakan jalan kecil di kelurahan maupun di kampung. Selama ini perhatian pe-merintah terhadap jalan kampung masih minim karena terkonsentrasi jalan utama, padahal jalan kecil ini sangat vital untuk warga dan jika tidak segera diperbaiki dikhawatirkan akan menggang-gu kenyamanan dan keselamatan.

Teknik Analisis

Menggunakan pendekatan kualitatif induktif

CONTOH TESIS NO.8 MODAL SOSIAL DAN EKOWISATA: STUDI KASUS DI BANGSRING UNDERWATER, KABUPATEN BANYUWANGI

Abstrak

Studi ini menyelidiki peran modal sosial dalam pengembangan ekowisata di Bangsring Underwater, Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengeksplorasi peran modal sosial dalam mendukung pengembangan ekowisata. Sosial modal memiliki pengaruh positif dalam keberhasilan program pemberdayaan dilakukan untuk nelayan dalam mengubah pola penangkapan ikan dan melestarikan laut lingkungan Hidup. Terakhir, modal sosial yang kuat di masyarakat dapat mengurangi Biaya transaksi.

BAB I

BUNDER (Bangsring Underwater) Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu objek pariwisata yang memiliki masalah di awal pengembangannya. Objek wisata Bangsring Underwater (BUNDER) yang terletak di Pantai Bangsring dahulunya merupakan desa nelayan dengan permasalahan pada teknik tangkap ikan yang dilakukan nelayan. Para nelayan di desa ini menangkap ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan bom ataupun racun pot-tasium sianida. Menurut Ikhwan Arief, selaku Ketua Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti, masyarakat Desa Bangsring menangkap ikan menggunakan bom dan racun pottasium sianida sejak tahun 1970.

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

CONTOH TESIS NO.9 ANALISIS MODAL SOSIAL DALAM PENGELOLAAN DESA WISATA NONGKOSAWIT KOTA SEMARANG

Abstrak

Kondisi Desa Wisata Nongkosawit selama enam tahun berdiri bisa dikatakan masih prematur. Penghapusan anggaran untuk desa wisata pada tahun 2018 mempersulit Desa Wisata Nongkosawit untuk berharap kepada pemerintah. Dengan demikian Desa Wisata Nongkosawit harus menggali modal sosial untuk mendapatkan alternatif lain dalam pengelolaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi modal sosial serta menganalisis faktor pendorong dan penghambat modal social dalam pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit. Upaya menjawab permasalahan dan tujuan penelitian dilakukan dengan menggunakan teori modal sosial melalui metode kualitatif. Subyek penelitian adalah Kelompok Sadar Wisata Kandang Gunung, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, dan masyarakat Desa Wisata Nongkosawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial dalam pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit tidak memiliki daya dorong untuk membangun potensi wisata. Faktor kebiasaan menjadi faktor pendorong dan factor kedudukan dan peranan individu; pendidikan; kelas sosial dan kesenjangan ekonomi; dan pola konsumsi dan nilai-nilai personal menjadi faktor penghambat berkembangnya modal sosial dalam pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit. Disarankan untuk Pemerintah Kota Semarang dan/atau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harusnya lebih selektif dalam menjaring usulan kelompok masyarakat yang mengajukan desanya sebagai Desa Wisata. Perlu adanya pengorganisasian kelembagaan Kelompok Sadar Wisata Kandang Gunung yang baru. Pergantian ketua dan jajarannya di Kelompok Sadar Wisata Kandang Gunung diperlukan untuk mampu menggerakan maupun mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengelolaan Desa Wisata Nongkosawit.

BAB I

Potensi dan permasalahan Nongkosawit menuntut masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengembangan Desa Wisata Nongkosawit. Keterlibatan masyarakat pada sebuah program pembangunan perlu didukung dengan kemampuan dari masyarakat itu sendiri sebagai aset. Aset seperti itu penting dan bilamana dapat dioptimalkan akan menjadi modal sosial. Melihat bahwa pemerintah sudah tidak memberi perhatian untuk program Desa Wisata, termasuk Desa Nongkosawit maka dalam hal ini modal sosial menjadi penting bagi pelaksanaan program pembangunan swadaya.

Teknik Analsis

Tahapan analisis data yang didapat dilakukan mulai dari pengumpulan data, reduksi data, triangulasi dan penarikan kesimpulan.

CONTOH TESIS NO.10

Modal Sosial Pedagang Dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar Tradisional

Abstrak

Artikel ini membahas pemanfaatan modal sosial yang dimiliki pedagang pasar yang terhimpun dalam Forum Silaturahmi Paguyuban Pedagang Pasar Yogyakarta (FSP3Y) untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional di tengah gempuran sektor ritel modern. Tulisan ini mendeskripsikan mengenai siasat FSP3Y dalam mempertahankan esksistensi pasar tradisonal dengan menggunakan modal sosial yang mereka miliki. Latar belakang pilihan menggunakan modal sosial didasari oleh fakta tidak efektifnya peran pemerintah sebagai regulator untuk mengontrol laju perkembangan ritel modern yang berpotensi menggerus eksistensi pasar tradisional di Yogyakarta. Dalam proses mengumpulkan maupun menggali data dan informasi dipilih metode penelitian kualitatif berupa studi kasus, serta menggunakan perspektif fenomenologi. Selain itu juga dilakukan observasi dan wawancara mendalam terhadap para informan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kekuatan pedagang pasar ketika mereka berhasil mengkonsolidasikan diri dalam kelompok kolektif seperti FSP3Y. Terbukti FSP3Y memiliki kontribusi besar dalam mempertahankan daya saing pasar tradisional. Kehadiran FSP3Y justru lebih optimal dalam upaya meningkatkan daya saing pasar tradisonal dibandingkan pemerintah. Penyebabnya FSP3Y mampu mentransformasi modal sosial pedagang menjadi energi positif (modal sosial bersama) untuk secara kolektif membenahi dan meningkatkan daya saing pasar tradisional sehingga eksistensi mereka tetap terjaga meski dikepung oleh ekspansi dahsyat ritel modern ke setiap penjuru wilayah Yogyakarta. Dengan demikian, yang terjadi adalah inisiatif-inisiatif pengembangan pasar tradisional banyak tercetus dari pertemuan-pertemuan anggota FSP3Y. Hasil penelitian menunjukkan posisi pemerintah hanya sebagai fasilitator untuk memenuhi kebutuhan FSP3Y dalam mengembangkan daya saing pasar tradisional.

BAB I

Persoalan eksistensi pasar tradisional yang semakin tergusur tidak hanya membutuhkan peran pemerintah dalam konteks stabilisasi iklim usaha, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan pasar tradisional yang me-miliki daya saing. Ketika regulasi untuk mengontrol usaha ritel tidak mampu mengatasi keterpurukan pasar tradisional dan revitalisasi pasar membutuhkan waktu yang panjang, maka inovasi dan partisipasi pedagang sangat penting.

Teknik Analisis

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif

CONTOH TESIS NO.11 RELASI MODAL SOSIAL DAN DAYA TAHAN USAHA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN SITUBONDO

Abstrak

Hasil penulisan ini menunjukkan bentuk-bentuk modal sosial yang ada pada industri kecil berupa resiprositas, kepercayaan, jaringan dan norma. Sedangkan transformasi modal sosial ke modal ekonomi terjadi pengurangan biaya yang berhubungan dengan mendapatkan bahan baku, informasi memasarkan produk dengan biaya promosi yang murah, mengakses sumber-sumber keuangan, menemukan pekerjaan baru dan penyerapan ilmu, merintis usaha serta perlindungan usaha pengusaha. Penulisan ini juga menunjukkan desain modal sosial yang ideal bagi industri kecil diperoleh dengan mempertahankan modal sosial yang ada tetapi modal sosial tersebut perlu ditingkatkan dengan mendorong pembentukan kelompok usaha kolektif yang dapat mengatasi setiap kelemahan yang ada demi pengembangan usaha lebih baik ditengah situasi yang kompetitif dewasa ini.

BAB I

Industri kecil dikembangkan dengan harapan akan mengurangi jumlah tenaga produktif yang akan mengalir ke kota, sehingga perekonomian pedesaan akan bergerak dan menciptakan lapangan kerja serta peningkatan pendapatan bagi masyarakat. usaha industri kecil mengalami pertumbuhan yang positif dikarenakan: Pertama, sektor usaha kecil lebih mampu bertahan dalam menghadapi badai krisis ekonomi sehingga relative tidak terpengaruh, bahkan tetap bisa tumbuh. Kedua, terdapat kemungkinan sektor usaha besar dan menengah yang tenggelam akibat banjir krisis ekonomi melakukan pergeseran kegiatan ekonomi ke usaha kecil. Melihat besarnya kontribusi industri kecil dalam pembangunan yang memacu pertumbuhan ekonomi, pemerintah dan masyarakat hendaknya bekerjasama menunjang serta mempertahankannya. Kemampuan industri kecil tetap bertahan dan berkontribusi aktif pada pertumbuhan ekonomi dikarenakan usaha ini dibutuhkan oleh masyarakat untuk kelangsungan hidupnya.Untuk mengetahui bentuk-bentuk modal sosial dalam kegiatan ekonomi industri kecil yang mempengaruhi ketahanan usaha tersebut, proses transformasi modal sosial menjadi modal ekonomi dan desain modal sosial yang ideal untuk pengembangan industri.

Teknik Analisis

Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan domain dan taksonomi.

CONTOH TESIS NO.12 OPTIMALISASI MODAL SOSIAL PETANI BELIMBING BANGKOK MERAH DI DESA WISATA POJOK KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

Abstrak

Mereka menyadari bahwa keberlangsungan usaha pertanian belimbing Bangkok merah ini tidak akan bias berhasil jika mereka tidak memiliki kerja sama satu satu sama lain. Mereka mengembangkan modal social ini untuk menjadikan usaha mereka lebih produktif dan inovatif. Mereka secara tidak langsung membentuk suatu jaringan komunikasi yang dapat meningkatkan mutu dari produk pertanian belimbing Bangkok merah. Selain itu modal social juga membentuk suatu pola pikir yang lebih modern pada petani dan masyarakat desa Pojok. Setelah melakukan wawancara dan menganalisisnya, maka ditemukan beberapa nilai—nilai positif yang dilakukan oleh para petani belimbing Bangkok merah. Antara lain yang ditemukan oleh peneliti adalah, etos kerja, jaringan social antar petani, kesadaran bermasyarakat, dan kepercayaan. Tuntutan ekonomi merupakan alasan utama manusia dalam bekerja. Dengan bekerja manusia mendapatkan penghasilan, dan memenuhi kebutuhan mereka, seperti, kebutuhan pokok, pendidikan, dan kesehatan. Dari penelitian maka diperoleh

BAB I

Mobilitas masyarakat yang tinggi membuat semakin mengenal dunia luar yang luas dan masyarakat semakin menyadari pentingnya pengetahuan yang lebih banyak sehingga secara tidak langsung mereka mulai menyadari pentingnya pendidikan karena mereka sadar, dengan pendidikan yang baik juga menunjang kehidupan yang semakin baik. Berkaitan dengan hal itu maka perubahan semua tingkah laku mereka merupakan suatu modal dasar dalam mengembangkan perekonomian melalui agrowisata yang ada di lokasi tersebut. Faktor-faktor penting seperti nilai-nilai yang masih dianut di lingkungan sosialnya, kepercayaan terhadap para petani, pekerja serta pedagang, jaringan pasar yang luas merupakan modal dasar yang mereka miliki untuk keberlangsungan hidup mereka dan mempertahankan eksistensi desa wisata tersebut.

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

CONTOH TESIS NO.13 PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP PRODUKTIVITAS PETANI (Studi Kasus di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal sosial baik secara parsial maupun simultan terhadap produktivitas petani di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Variabel kepercayaan berpengaruh positif terhadap produktivitas petani (2) Variabel partisipasi berpengaruh positif terhadap produktivitas petani (3) Variabel jaringan berpengaruh positif terhadap produktivitas petani (4) Variabel norma sosial berpengaruh positif terhadap produktivitas petani (5) Variabel kepercayaan, partisipasi, jaringan, dan norma sosial berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap produktivitas petani.

BAB I

Kondisi modal sosial di daerah pedesaaan berbeda dengan modal sosial di daerah perkotaan. Perbedaan tersebut dicirikan dengan masyarakat pedesaan yang sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan berbeda dengan mayarakat perkotaan yang pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain (Soekanto, 2013:57).

Teknik Analisis

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi ganda

CONTOH TESIS NO.14 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PEMBENTUKAN MODAL SOSIAL :Survey pada Siswa Kelas X SMA Negeri di Kota Bandung

Abstrak

Penelitian ini berangkat dari masalah rendahnya modal sosial di kalangan siswa SMA di kota Bandung, padahal modal sosial merupakan salah satu pendukung yang menentukan ketertiban sosial masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap modal sosial siswa SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan survey dan unit analisis yang digunakan adalah siswa kelas X yang tersebar di beberapa SMA Negeri di kota Bandung. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel 320 orang siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Dilihat dari segi lingkungan keluarga siswa memberikan pengaruh terhadap pembentukan modal sosial siswa. 2) Dilihat dari segi lingkungan sekolah juga memberikan pengaruh terhadap modal sosial siswa. Penelitian ini juga menunjukkan pengaruh positif lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap modal sosial siswa. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya dapat mengetahui besarnya pengaruh dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap modal sosial siswa, tanpa dapat memberikan dampak tertentu terhadap peningkatan modal sosial yang dimiliki oleh siswa.

BAB I

Penelitian ini berangkat dari masalah rendahnya modal sosial di kalangan siswa SMA di kota Bandung, padahal modal sosial merupakan salah satu pendukung yang menentukan ketertiban sosial masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap modal sosial siswa SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan survey dan unit analisis yang digunakan adalah siswa kelas X yang tersebar di beberapa SMA Negeri di kota Bandung. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel 320 orang siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Dilihat dari segi lingkungan keluarga siswa memberikan pengaruh terhadap pembentukan modal sosial siswa. 2) Dilihat dari segi lingkungan sekolah juga memberikan pengaruh terhadap modal sosial siswa. Penelitian ini juga menunjukkan pengaruh positif lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap modal sosial siswa. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya dapat mengetahui besarnya pengaruh dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap modal sosial siswa, tanpa dapat memberikan dampak tertentu terhadap peningkatan modal sosial yang dimiliki oleh siswa.

Kerangka Pemikiran

Teknik Analisis

Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.

CONTOH TESIS NO.15 PEMANFAATAN MODAL SOSIAL MASYARAKAT PADA PROGRAM PEMBANGUNAN GAMPONG (PPG) KECAMATAN BAKTIYA BARAT KABUPATEN ACEH UTARA

Abstrak

Secara sederhana, modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk mengkoordinir diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan-tujuan mereka. Melihat hakekat dan pengertian dari modal sosial tersebut di atas dapat dicermati apabila memberi ruang dan peluang yang cukup baik dalam optimalisasi program pembangunan dan pemberdayaan yang akan dilakukan. Dengan adanya upaya mensinergiskan suatu program dengan modal sosial yang ada pada masyarakat penerima program tentunya akan memberi suatu pencapaian yang lebih baik dan maksimal. Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumber daya, tentunya modal sosial ini memberikan kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Pemanfaatan modal sosial diteliti dengan menggunakan data primer dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang sama kepada pihak peserta dalam suatu forum diskusi yang disebut dengan Metode FGD (Focuss Group Disscussion). Adapun jumlah peserta dalam Forum Diskusi ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 8 Laki-laki (yang terdiri atas 2 Geuchik, 2 Tokoh Agama, 2 Tokoh Adat, 2 Tokoh Pemuda) dan 2 Perempuan (yang terdiri atas 2 Tokoh Wanita). Menurut Irwanto (2006), teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan (Field Notes) dari hasil ringkasan dari jawaban peserta melalui forum diskusi, lalu hasil ringkasan jawaban peserta tersebut akan dianalisa dalam bentuk angka dan presentasi, kemudian akan di masukkan ke dalam tabel sebaran frekuensi distribusi. Hasil penelitian menunjukkan Masyarakat Kecamatan Baktiya Barat masih percaya bahwa Program Pembangunan Gampong (PPG) dapat membawa kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang, serta modal sosial dapat menciptakan kehidupan bermasyarakat yang aman dan dinamis untuk pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu tanggapan masyarakat tentang pelaksanaan PPG mengatakan Jaringan Sosial pada masyarakat Kecamatan Baktiya Barat masih cukup kuat untuk mendukung terwujudnya program pembangunan Gampong (PPG) di Kecamatan Baktiya Barat, serta unsur-unsur Pranata Sosial masih cukup kuat untuk menciptakan suasana kondusif pada masyarakat Kecamatan Baktiya Barat.

BAB I

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan memudar diakibatkan oleh memudarnya sejumlah lembaga tradisional yang dahulu hidup di pedesaan, sebagai akibat intervensi pemerintah yang terlalu jauh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Faktor lainnya yang menjadi akar permasalahan dari kegagalan dalam praktek pemberdayaan selama ini salah satunya adalah tidak adanya pemanfaatan modal sosial dalam pelaksanaaan program-program pembangunan dan pemberdayaan yang dilaksanakan. Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumber daya tentunya modal sosial ini memberikan kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat.

Kerangka Pemikiran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Teknik Analisis

Teknik Metode FGD ini akan dapat efektif jika interaksi antara peserta diskusi dan memberikan jawaban yang banyak dan berkualitas, serta memberikan pemikiran pemikiran baru berkaitan dengan masalah yang sedang digali.

 

 

 

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?