ABSTRAK
Praktek Magang ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami secara langsung sistem pembudidayaan dan pengembangan Tanaman Bunga Potong Krisan (Chrysanthemum sp) di lokasi tempat magang. Pelaksanaan Magang Pada tanggal 9 Februari sampai dengan 4 maret 2009 di Kelompok Tani Udi Makmur Wonokerso, Hargobinangun, Paken, Sleman. Metode dasar yang digunakan dalam prakek magang ini adalah Kerja Praktek, Observasi, Wawancara, Pencatatan dan Kajian pustaka. Sedangkan pengambilan lokasi praktek magang adalah secara sengaja. Kelompok Tani Udi Makmur digunakan sebagai lokasi Budidaya Bunga Potong Krisan karena Kelompok Tani Udi Makmur bertekad untuk bisa memenuhi semua kebutuhan bunga di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Bahkan mereka memiliki obsesi untuk menjadi Kelompok Tani eksportir Bunga Krisan yang pertama di Indonesia. Budidaya Bunga Potong Krisan terdiri dari Budidaya Tanaman Induk, Budidaya Bibit Krisan dan Budidaya Tanaman Produksi. Budidaya tanaman Induk terdiri dari Setek Pucuk, Pengolahan lahan, Penanaman, Pemeliharaan. Budidaya Bibit Krisan terdiri dari Pengambilan Setek Pucuk, Bibit dicelupkan pada larutan dithane dan rother, Penanaman Pada Media, Pemeliharaan. Budidaya Tanaman Produksi terdiri dari Persiapan lahan, Penanaman bibit, Pemeliharaan. Pemeliharaan meliputi Penyiraman, Pemberian jaring penegak tanaman, Penyulaman, Pemupukan, Pengendalian gulma, Penyinaran tambahan, Disbudding, Perompesan daun bawah, Pengendalian hama dan penyakit. Kemudian dilakukan Pemanenan dan Pasca panen Pemasaran Bunga Potong Krisan di Kelompok Tani Udi Makmur meliputi Kota baru, Decorator – Decorator, Yogyakarta, Gereja – Gereja Seputaran Pakem, Cangkringan, Turi dan Konsumen langsung. Harga Bunga Potong Krisan Tipe Standar Rp 12.000,00 dan Bunga Potong Krisan Tipe Spray Rp 10.000,00. Analisis Usaha Budidaya di kelompok Tani Udi Makmur menandakan adanya keuntungan yang diperoleh setiap panen.
Kata kunci : Budidaya Bunga Potong Krisan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisan atau seruni (Chrysanthemum sp.) merupakan komoditas andalan dalam industri hortikultura yang memiliki prospek pasar sangat cerah. Bunga yang dikenal sebagai salah satu” Raja Bunga Potong” ini semakin banyak penggemarnya. Selain bentuk dan tipe yang beragam, warna bunganya pun sangat bervariasi, dengan kombinasi warna- warna yang begitu indah. Karena itu permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri semakin meningkat setiap tahunnya (Marwoto, 2005) Meningkatnya permintaan pasar memberikan dampak yang positif, yaitu terbuka peluang usaha bagi petani. Keadaan inilah yang nampak pada beberapa tahun belakangan ini, yaitu indikasi meluasnya usaha menanam krisan, baik dalam skala kecil maupun besar. Elevasi lokasi pengusahaan tanaman krisan juga menyebar, mulai dari sekitar 700 – 1200 m dpl.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Daerah Istimewa Yogyakarta sering dikunjungi tamu, baik turis mancanegara maupun domestik. Rangkaian bunga sebagai kalung penyambut para turis pun sering dibutuhkan oleh agenagen perjalanan wisata. Sambutan yang atraktif bagi turis, khususnya turis mancanegara menjadi symbol keramahtamahan budaya jawa, khususnya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keistimewaannya adalah propinsi bernuansa kerajaan, yang tidak pernah terlepas dari upacara – upacara adat yang tidak terpisahkan dengan bunga. Kebutuhan bunga dan tanaman hias di Yogyakarta, khususnya pada saat – saat tertentu (tahun baru, natal, lebaran, upacara adat dan sebagainya) meningkat secara tajam. Bahkan petani bunga di Yogyakarta terkadang belum mampu memenuhi kebutuhan pasar, sehingga harus di datangkan dari luar propinsi D.I.Yogyakarta (BAPEDA – DIY, 2001)
Budidaya bunga potong tidak hanya terwujud dalam upacara adat dan keagamaan, namun telah berkembang dalam konteks yang lebih luas. Bunga potong digunakan untuk mengungkapkan perasaan hati simpati kepada yang berduka cita atau kegembiraan atas suatu keberhasilan. Hal ini menunjukkan pangsa pasar bunga potong telah meluas. Perluasan pangsa pasar akan memberi prospek baik bagi petani maupun pedagang bunga potong (Santoso, 2006) Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama, bunga krisan pot bahkan dapat tetap segar selama 10 hari, peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negeri agaknya tetap terbuka. Seiring dengan permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan (Reginawanti, 1999) Saat ini bunga krisan terkonsentrasi di beberapa daerah. Hal ini mengingat bahwa daerah asal dari bunga krisan itu sendiri adalah Cina, Jepang, Korea dan Eropa yaitu negara subtropis, sementara Indonesia adalah Negara tropis. Akan tetapi sebenarnya potensi sumberdaya lahan, untuk perkembangan agribisnis bunga potong khususnya krisan di Indonesia ini amat sangat luas. Daerah sentral produksi bunga dan tanaman hias yang berpotensi antara lain: Jakarta, Bogor, Cianjur, Lembang, Jawa barat, Tangerang, Bandungan, Jawa timur (Rukmana dan Mulyana, 1997)
Wilayah D.I.Yogyakarta secara umum tipe penggunaan lahannya, dapat dikelompokkan sebagai lahan sawah seluas 59.729 hektar (18,75%), Pekarangan 86.725 hektar (27,26%), tegalan 109.432 hektar ( 34,35%), hutan 17.060 hektar (5,36%), serta pemanfaatan lain – lain 45.571 hektar (14,30%). Melihat keadaan topografi yang demikian beragam tanaman hias mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk dapat dikembangkan. Di D.I. Yogyakarta selain areal dataran tinggi yang tersebar di kaki Gunung Merapi, terdapat sekitar 27.000 hektar lahan dataran medium (400 – 700 m dpl) yang dapat dikembangkan sebagai areal tanaman hias (BAPEDA – DIY, 2001)
Menurut peta AEZ lahan, di ekosistem ini cocok ditanami berbagai komoditas hortikultura seperti sayuran dan tanaman hias. Berdasarkan survey di beberapa lokasi dataran medium di wilayah sekitar propinsi D.I.Yogyakarta, ternyata hanya dataran tinggi di sebelah selatan Gunung Merapi Yogyakarta saja yang belum memiliki sentra penjualan bunga dan tanaman hias. Hingga kini kebutuhan bunga di D.I.Yogyakarta khususnya bunga potong krisan masih memasok dari daerah Bandungan, Kopeng, Tawangmangu, dan Wonosobo (BAPEDA – DIY, 2001) Adanya lahan yang luas, serta ketersediaan tenaga kerja dan iklim tropis sangat menguntungkan bagi D.I.Yogyakarta yang dapat memberikan keuntungan strategis bagi industri tanaman hias bunga potong. Akan tetapi pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia yang dimiliki belum optimal sehingga potensi dan pengembangan tanaman hias belum dilaksanakan secara maksimal. Oleh karena itu untuk mendorong berkembangnya usaha tanaman hias dan mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih baik diperlukan teknologi budidaya tanaman hias krisan yang sesuai dengan kondisi agro ekosistem wilayah melalui penerapan introduksi teknologi spesifik lokasi (Marwoto, 2005)
Dalam setiap usaha pasti ada kendalanya, dalam usahatani krisan pun juga ada kendala dalam kaitannya produksi, biaya usaha tani yang relatif besar khususnya untuk pembelian bibit, penggunaan tenaga kerja, biaya perawatan (Soekartawi, 1996), sampai distribusi bunga potong, maka informasi tentang teknik budidaya sarana dan fasilitas budidaya, teknik pembibitan, syarat tumbuh, botani, masalah hama dan penyakit dan cara pengendaliannya, teknik panen sampai pasca panen yang baik sangat penting dan perlu diperhatikan. Karena dengan pemahaman yang cukup tentang bagaimana teknik pembudidayaan krisan yang tepat maka produktivitas bunga potong krisan tersebut dapat dipertahankan. Bahkan dapat meningkat dengan kualitas bunga yang baik. Dengan demikian sebagai mahasiswa Diploma III pertanian khususnya perlu sekali mengetahui dan mempelajari tentang teknik budidaya yang tepat sampai pemasaran bunga potong krisan. Dan salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan magang.
Contoh Tesis
Contoh Skripsi
Leave a Reply