HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Tindak Tutur Perlokusi dalam Wacana Cerita Rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa

INTISARI

Kata kunci: tindak tutur, perlokusi, wacana, cerita rakyat

Perkembangan teknologi membuat tradisi bercerita dalam masyarakat menghilang, sehingga muncul gagasan untuk mengumpulkan cerita yang telah berkembang dalam masyarakat untuk kemudian ditulis menjadi buku kumpulan cerita. Hal ini menginspirasi penulis untuk meneliti tindak tutur yang ada pada cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa”,dengan alasan selain telah dikenal masyarakat luas cerita yang ditampilkan juga sangat menarik dan yang paling penting dalam wacana ini penulis menyertakan tuturan-tuturan tokoh, terutama berupa tindak tutur perlokusi karena sebagian besar tuturan antartokoh yang ada dalam cerita tersebut ternyata menimbulkan efek tertentu pada mitra tuturnya.

Dalam penelitian ini penulis merumuskan empat masalah, yaitu (1) jenis tindak tutur perlokusi apa saja yang terdapat dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa ?”, (2) fungsi apa saja yang terdapat dalam wacana tersebut?, (3) efek apa saja yang terjadi setelah penggunaan tuturan perlokusi dalam wacana?, (4) bagaimanakah hubungan antara fungsi tuturan perlokusi dengan efek yang terjadi setelah penggunaan tuturan perlokusi dalam wacana tersebut?. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan jenis tindak tutur perlokusi yang terdapat dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa”, (2) mendeskripsikan fungsi tindak tutur perlokusi yang terdapat dalam wacana tersebut, (3) mengidentifikasikan efek yang terjadi setelah penggunaan tindak tutur perlokusi dalam wacana tersebut dan (4) mengidentifikasikan hubungan antara fungsi uturan perlokusi dengan efek yang terjadi setelah penggunaan tindak tutur perlokusi dalam wacana cerita rakyat tersebut.

Pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan pragmatis sebagai pendekatan teoretis serta pendekatan deskriptif dan kualitatif sebagai pendekatan metodologis. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dan teknik pengamatan dan pencatatan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode normatif yang penggunaannya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, meliputi ciri tuturan perlokusi, jenis tuturan perlokusi, fungsi tuturan perlokusi, efek tuturan perlokusi, serta merumuskan hubungan antara fungsi perlokusi dengan efek yang terjadi pada mitra tuturnya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa” ditemukan jenis tindak tutur perlokusi konstatif, performatif, lokusi, ilokusi, representatif, direktif, ekspresif, komisif, isbati, langsung, tidak langsung, harfiah, tidak harfiah, dan vernakuler. Fungsi dalam tuturan tersebut, yaitu fungsi representatif meliputi fungsi representatif menyatakan, menunjukkan, mengakui, menyebutkan, meyakini dan memberitahukan. Fungsi direktif menyuruh, meminta, memohon, mengajak, mendesak dan menyarankan.

Fungsi ekspresif memuji, menyalahkan, bersyukur, mengeluh, dan berharap. Fungsi komisif berjanji, fungsi isbati melarang dan mengabulkan. Efek dalam wacana tersebut meliputi efek positif maklum, melegakan, tertarik, terdorong, menyenagkan, sabar, menurut, bangga. Efek negatif malu, curiga, marah, tersinggung, sedih, tidak percaya dan menertawakan. Efek tindakan membangunkan, beranjak, diam, tertawa, pergi, dan bengong. Hubungan antara fungsi dan efek meliputi efek yang sesuai dengan fungsi, yaitu melakukan yang disuruh/disarankan, percaya, takjub, mematuhi larangan. Efek yang tidak sesuai dengan fungsi, yaitu fungsi menyuruh-efek berbohong, fungsi menyatakan atau meminta-efek marah, menunjukkan-jengkel, fungsi menyarankan-efek tersinggung, fungsi mendesak-efek bersabar.

Berdasarkan hasil tersebut, Penulis menyarankan penelitan selanjutnya akan lebih baik jika dilakukan pada cerita lisan, dapat menggunakan teori tindak tutur lain serta akan lebih baik jika dapat ditemukan hal baru yang dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bahasa.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Danandjaja (1994:50) menyatakan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang disebarkan secara lisan. Cerita rakyat memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai hiburan, dan secara tidak langsung juga berfungsi sebagai sarana menanamkan nilai-nilai moral dan budaya pada generasi muda, sehingga kebudayaan dalam masyarakat tersebut dapat dilestarikan. Persebaran cerita rakyat yang dilakukan secara lisan memiliki dampak munculnya berbagai versi cerita yang beragam sesuai dengan apa yang ditangkap oleh pencerita pada saat mendengarkan cerita dari orang lain. Menanggapi keberagaman versi cerita rakyat di masyarakat, para penulis cerita mulai mengumpulkan berbagai cerita rakyat dari berbagai daerah untuk kemudian ditulis atau dicetak dalam bentuk buku kumpulan cerita atau pada majalah anak dan media massa lain. Penulisan cerita rakyat tersebut memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk melestarikan budaya bangsa, mendokumentasikan cerita rakyat, memperkenalkan pada khalayak, serta membuat cerita rakyat yang tadinya bersifat kedaerahan menjadi bersifat nasional dengan menceritakan kembali cerita rakyat tersebut dan menulisnya dengan bahasa Indonesia. Meskipun demikian masih terdapat logat bahasa asli asal cerita yang digunakan untuk mempertegas tuturan tokoh sekaligus sebagai identitas cerita. Namun demikian logat bahasa asli tersebut tetap mudah dipahami oleh masyarakat.

Dalam perkembanganya, cerita rakyat yang telah dicetak dalam bentuk buku, ternyata sangat digemari oleh anak-anak, terutama cerita rakyat yang bersifat komedi. Cerita yang beragam, isi cerita yang lucu, bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak karena penulis menyertakan tuturan-tuturan tokoh yang membuat pembaca seolah-olah mengalami sendiri peristiwa percakapan yang terjadi antara tokoh satu dengan tokoh yang lain, sehingga menarik minat baca anak-anak. Tuturan-tuturan dalam percakapan antartokoh tersebut yang melatarbelakangi dipilihnya wacana cerita rakyat yang bersifat komedi sebagai objek penelitian.

Cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa” merupakan salah satu cerita rakyat dari Jawa Barat dan sudah sangat populer di masyarakat, hal ini dikemukakan Suryadi (1999) dalam artikel internet menyatakan bahwa 62,05% masyarakat Sunda sudah mengenal cerita Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa” dalam dua versi yang berbeda mengenai asal ikan yang didapatkan oleh Kabayan. Kedua versi itu menceritakan bahwa Kabayan akhirnya mendapatkan ikan karena seekor elang yang melintas menjatuhkan seekor ikan gabus dan versi yang kedua menceritakan bahwa Kabayan mendapatkan ikan dari atas pohon kelapa karena pada saat itu sungai sedang banjir dan membanjiri areal sawah tempat ia memancing di atas pohon, sehingga ia bisa mendapatkan ikan yang ikut hanyut bersama banjir. Cerita Si Kabayan ini mengisahkan kepandiran tokoh Kabayan yang pemalas namun kocak dan banyak akal dalam menghadapi masalah di dalam keluarganya. Tokoh pendukung utama dalam cerita ini adalah Iteung (istri Kabayan), Abah dan Ambu (mertua Kabayan).

Wacana cerita rakyat ini dipilih dengan alasan bahwa cerita rakyat tersebut perlu untuk diteliti agar tidak hilang karena perkembangan zaman yang semakin maju, sehingga mungkin masyarakat akan melupakan sebagian atau bahkan keseluruhan cerita rakyat yang pernah ada, maka peneliti mengambil wacana cerita rakyat tersebut sebagai objek penelitian ini. Selain itu cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa” ini telah dikenal masyarakat luas. Cerita yang ditampilkan juga sangat menarik dan yang paling penting dalam wacana ini penulis menyertakan tuturan-tuturan tokoh, sehingga pembaca seolah-olah mengetahui sendiri peristiwa percakapan yang terjadi antara tokoh satu dengan tokoh yang lain. Setelah mengamati tuturan-tuturan dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa”, peneliti menemukan bahwa tuturantuturan dalam peristiwa percakapan antartokoh dalam wacana tersebut ternyata memiliki fungsi atau maksud tertentu yang menimbulkan efek pada tokoh lain yang menjadi mitra tutur dalam cerita tersebut sehingga peneliti memiliki gagasan untuk mengkaji tuturan-tuturan tersebut dengan menggunakan teori perlokusi yang menekankan pada tuturan yang memiliki fungsi untuk mempengaruhi mitra tuturnya.

Tuturan tersebut diantaranya adalah tuturan berikut
KONTEKS : ABAH BERTANYA PADA ITEUNG SETELAH BERSIAP-SIAP PERGI KE KEBUN
Abah : ”Ke mana suamimu Iteung?”
Iteung : “Katanya sih… sedang tidak enak badan, Abah”
Tuturan Abah kepada Iteung tersebut merupakan contoh tuturan perlokusi yang juga merupakan tuturan berjenis performatif yang memiliki tujuan menyuruh mitra tuturnya dan memiliki fungsi pragmatis mendorong Iteung agar segera memanggil Kabayan untuk diajak berangkat ke kebun. Tuturan tersebut menyebabkan Iteung sebagai mitra tutur Abah merasa malu karena suaminya belum bangun tidur sementara Abah telah bersiap-siap pergi ke kebun.

Selain itu, penelitian-penelitian tindak tutur perlokusi yang sudah dilakukan, sebagian besar menggunakan objek berupa tuturan lisan, sehingga penulis berinisiatif meneliti tuturan perlokusi dalam wacana tulis yang menyertakan tuturan percakapan yang konkret seperti wacana cerita rakyat Si Kabayan “Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa” yang dipilih sebagai objek kajian dalam penelitian ini. Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin menguraikan tindak tutur perlokusi yang terdapat dalam wacana cerita rakyat Si Kabayan ”Memancing Ikan di Atas Pohon Kelapa” berdasarkan jenis, fungsi serta efeknya. Hal ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tindak tutur perlokusi yang dilakukan dalam wacana cerita rakyat tersebut dan bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara fungsi tuturan perlokusi dengan efek yang ditimbulkanya.

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?