HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran

INTISARI

Kata Kunci : Peningkatan, kemampuan menulis teks drama, pendekatan kontekstual, komponen pemodelan.

Kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran belum bisa memperoleh hasil yang maksimal atau memuaskan. Hal ini disebabkan strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam proses pembelajaran guru hanya memberikan penjelasan atau guru hanya ceramah dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif. Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaan pun belum menunjukkan adanya perilaku yang positif. Dalam hal ini siswa kurang berminat dan kurang senang untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan tidak ada motivasi yang dapat menstimulus siswa untuk menciptakan teks drama yang lebih baik lagi. Dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang sudah ditentukan di dalam kurikulum 2006. Dan mampu meningkatkan minat serta mampu memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama.

Berdasarkan paparan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah dengan menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Unagaran dalam pembelajaran menulis teks drama dan (2) Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Unagaran dalam pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan peningakatan kemampuan menulis teks drama dan perubahan perilaku siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah secara teoretis dapat memberikan masukan pengetahuan tentang teori pembelajaran menulis teks drama dan secara praktis sangat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tinadakan kelas (PTK). Subjek penelitiannya adalah kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran. Data dalam penelitian diperoleh dari instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes berupa tes menulis teks drama. sementara instrumen nontes berupa pedoman obervasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Validitas instrumen dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen tersebut kepada dosen pembimbing dan guru bahasa Indonesia di sekolah yang bersangkutan. Analisis data tes dilakukan dengan teknik kuantitatif. Adapun untuk data nontes dianalisis dengan teknik kualitatif.

Hasil yang diperoleh setelah penilitian dilaksanakan cukup memuaskan. Secara umum siswa dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan dalam pembelajaran menulis teks drama. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah memenuhi batas ketuntasan yang telah ditentukan. Perilaku siswa pun mengalami perubahan. Siswa lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Situasi kelas pun lebih kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Berdasarkan hasil analisis tes tersebut, penulis menyarankan agar dalam proses pembelajaran menulis teks drama, guru hendaknya menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan konetsktual komponen pemodelan, sehingga dapat memudahkan siswa dalam menulis teks drama karena dari model tersebut siswa dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan teks drama. Dan siswa juga dapat melihat secara langsung bentuk teks drama. selain itu, model tersebut dapat membangkitkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama dan dapat memotivasi siswa untuk menulis teks drama yang lebih baik.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dipelajari secara lisan maupun tertulis. Ada empat keterampilan bahasa yang harus diperhatikan, keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang sangat erat ( Tarigan 1986: 1).

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa perlu mendapat perhatian yang serius dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulispun tidak lepas dari keterampilan menyimak dan membaca, dalam hal ini penulis lebih menekankan pada pembelajaran menulis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembelajaran menulis harus lebih ditingkatkan. Kemampuan menulis seharusnya sudah diterapkan sejak siswa duduk di sekolah dasar, hal ini dapat dijadikan sebagai pondasi bagi siswa dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP maupun SMA bahkan sampai Perguruan Tinggi. Dengan kemampuan menulis siswa dapat mengembangkan dan menuangkan gagasan dan pengalamannya dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah cerita dalam bentuk drama.

Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis. Hal ini dapat diwujudkan dalam penggunaan kosa kata dan tata bahasanya, sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Urgensi bahasa mencakup segala bidang kehidupan, karena suatu yang dihayati, diamati, dan dirasakan oleh seseorang dapat dipahami oleh orang lain, apabila telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah kemampuan dalam menuangkan dan mengembangkan ide dalam bentuk tulisan. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam bentuk rangkaian kalimat. Hasil dari kegiatan menulis adalah untuk dibaca oleh orang lain. Agar orang lain dapat membaca tulisan tersebut dituntut adanya bahasa yang mudah dipahami. Oleh karena itu, kemampua menulis tersebut membutuhkan perhatian dan keseriusan dari instrumen penyelenggara pendidikan, terutama guru dan kurikulum yang mendukung.

Realitas menunjukkan bahwa kemampuan menulis belum optimal dikuasai oleh sisiwa, bahkan mahasiswa. Mereka kebanyakan menganggap bahwa menulis bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Menulis juga dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan. Oleh karena itu, perlulah kiranya guru mencari dan menerapkan pendekatan yang sesuai dalalam upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Penelitian tentang kemampuan menulis telah banyak dilakukan, baik kemampuan menulis naratif, deskriptif, dan argumentatif. Penelitian dalam hal kemampuan menulis teks drama masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian kemampuan menulis teks drama. Penelitian ini diberi judul, Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan.

Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam penguasaan kemampuan menulis. Kenyataan ini dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran menulis bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Ungaran yang berorientasi pada teori dan pengetahuan, sehingga keterampilan berbahasa khususnya menulis kurang mendapat perhatian. Kemampuan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya dengan duduk, menyimak keterangan guru dan mencatat apa yang didengar. Pembelajaran menulis dapat berhasil jika dilakukan dengan melatih kemampuan siswa untuk membuat sebuah tulisan dengan mengamati objek secara langsung. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menulis lebih banyak diperoleh dari pengalaman yang berulang-ulang melalui latihan.

Dan tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak terjadi pembelajaran satu arah, artinya gurulah yang aktif berceramah, sedangkan siswa hanya berperan sebagai pendengar. Metode pembelajaran seperti ini yang membuat kondisi siswa menjadi pasif. Mereka tidak melakukan kegiatan sehingga membuat pikiran mereka tidak bekerja karena tidak ada stimulus yang dapat memberikan gambaran tentang materi yang sedang disampaikan, terutama materi yang berhubungan dengan menulis teks drama. Kemampuan menulis teks drama merupakan kemampuan yang penyajiannya logis dan objektif sesuai dengan benda, situasi keadaan yang diamati. Oleh karena itu, pengamatan secara langsung pada objek yang dijadikan sebagai bahan tulisan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menyusun sebuah teks drama.

Dari hasil pengamatan ternyata banyak siswa yang mengeluh jika kegiatan belajar sampai pada pokok pembelajaran menulis, apalagi yang berhubungan dengan kegiatan menulis teks drama. Dalam proses belajar mengajar strategi yang digunakan oleh guru adalah ceramah. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang tertarik dengan pembelajarn tersebut karena guru tidak memberikan contoh teks drama. Dengan memberikan contoh teks drama kepada siswa diharapkan siswa dapat memiliki gambaran tentang teks drama sehingga mampu merangsang siswa untuk menulis sebuah teks drama yang sesuai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP Negeri 3 Ungaran yang mengajar, diketahui bahwa kondisi kemampuan menulis teks drama tersebut belum maksimal. Hal ini disebabkan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis khususnya menulis teks drama guru hanya memberikan penjelasan mengenai teks drama. Di sini siswa tidak diperlihatkan seacara langsung bentuk teks drama sehingga dalam proses kegiatannya siswa tidak dapat menciptakan drama secara baik karena siswa tidak memiliki gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teks drama. Hal ini pulalah yang menyebabkan siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Selain itu tingkat kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E belum memuaskan, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengenal bentuk teks drama.

Kompetensi dasar menulis teks drama juga telah diajarkan tetapi masih mengalami beragam hambatan. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru bidang studi bahasa indonesia yang menyatakan bahwa siswa belum mampu menulis drama secara produktif, siswa mau menulis teks drama jika mendapat tugas dari guru, dimana tema drama yang hendak dibuat sudah ditentukan oleh guru. Dalam rangka mencapai kompetensi dasar menulis teks drama yang memuaskan, maka penulis menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar mengajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Di dalam pendekatan kontekstual terdapat beberapa komponen salah satunya adalah komponen pemodelan. Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berupa demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar (Nurhadi 2003: 5).

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan dapat mengatasi rendahnya kemampuan menulis teks drama siswa SMP 3 Ungaran. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran menulis teks drama karena dalam pembelajaran tersebut siswa akan diperlihatkan sebuah model teks drama. Keuntungan memperlihatkan model teks drama dalam pembelajaran menulis adalah siswa dapat melihat bentuk teks drama secara langsung sehingga dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang teks drama. Sebab penjelasan mengenai drama saja tidak cukup, jadi selain penjelasan guru juga bisa memberikan contoh konkret sebuah teks drama karena di dalam sebuah contoh teks drama tersebut ada tulisan yang menggambarkan tentang situasi atau keadaan. Dari model teks drama itulah akhirnya siswa dapat menemukan dan mengembangkan gagasan yang akan mereka tuangkan menjadi sebuah teks drama. Sehingga dapat menimbulkan perubahan terhadap perilaku siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi serta antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama.

Selain itu, perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama belum menunjukkan adanya perubahan perilaku yang positif. Siswa kelihatan kurang berminat dan kurang senang dengan pembelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan tidak ada motivasi yang dapat menstimulus siswa untuk menciptakan teks drama yang lebih baik dan siswa belum mengenal bentuk teks drama secara konkret. Dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama diharapkan dapat membawa perubahan yang positif terhadap perilaku siswa. Siswa menjadi lebih berminat dan termotivasi untuk menciptakan teks drama yang lebih baik. Siswa pun merasa senang untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama karena siswa memiliki gambaran mengenai teks drama dan hal-hal yang berkaitan dengan teks drama melalui model tersebut. Dengan demikian siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran pun dapat berjalan dengan lancar.

Dengan menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan pembelajaran menulis teks drama selain dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama, siswa juga dapat mengalami perubahan perilaku menjadi lebih aktif dan termotivasi. Karena dalam proses pembelajarannya, siswa akan diperlihatkan contoh teks drama sebagai model yang dapat menstimulus siswa sehingga siswa dapat mengenal bentuk teks drama dan mempunyai gambaran tentang teks drama, sehingga siswa dapat menulis teks drama sesuai dengan unsur-unsur drama dengan mudah. Siswa menjadi lebih perhatian dan proses pembelajaran pun dapat berjalan dengan lancar.

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?