HP CS Kami 0852.25.88.77.47(WhatApp) email:IDTesis@gmail.com

Hubungan Antara Kejadian Abortus Dengan Usia Ibu Hamil di RSUD dr. Moewardi Surakarta Pada Tahun 2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 menunjukkan sebanyak 20% dari perempuan berumur 45-59 tahun menikah pada usia 15 tahun. Namun demikian terdapat pula peningkatan pada usia pertama kali perempuan menikah bila ditinjau secaara kohort. Persentase perempuan yang menikah pada usia 15 tahun menurun dari 10% pada perempuan berusia 30-34 tahun menjadi 5% pada perempuan berusia 20-24 tahun (BPS dan ORC Macro, 2003).(Mardewi, 2007). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50 % kematian ibu disebabkan oleh abortus.Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi dapat menyebabkan kematian. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian:
1. 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura.
2. Antara 750.000 – 1,5 juta di Indonesia.
3. Antara 155.000 – 750.000 di Filipina.
4. Antara 300.000 – 900.000 di Thailand
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi.menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 1994), AKI di Indonesia 390/100.000 kelahiran hidup.Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan,pre-eklamsia dan infeksi. Sebenarnya ada penyebab ke 4 yaitu abortus.(Affandi, 1999). Kehamilan muda, di dalam atau pun di luar nikah, merupakan kehamilan risiko tinggi. Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan remaja 2 – 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang berusia 20 – 35 tahun. Komplikasi utama adalah gestosis dan salah imbang feto pelvik, yang dapat mengantarkan ibu muda ini ke kematian. Masalah pada anaknya antara lain, ialah perkembangan yang terhambat dan berat badan lahir rendah. Kehamilan muda mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan wanita muda karena ia belum siap mental untuk hamil. Jika kehamilan itu terjadi di luar nikah, ada kemungkinan ia akan diusir, dikeluarkan dari sekolah, dan selanjutnya menghadapi masa depan yang tidak menentu. Dapat pula berakhir dengan perkawinan “terpaksa”, pengguguran(aborsi) dengan segala risikonya, atau pengungsian untuk sementara. Apapun yang dipilih, semuanya mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan mental dan emosional remaja tersebut. (Saifuddin, 1992).
Kehamilan usia muda mempunyai risiko tinggi adalah dikarenakan:
a.Kebutuhan gizi untuk pertumbuhan ibu muda
b.Kebutuhan gizi tambahan untuk perkembangan janin.
Kehamilan di usia muda juga dapat menjadi suatu trauma psikis terutama bila dialami pertama kali oleh mereka dengan perkembangan jiwa yang belum stabil. Selain dampak medis yang dijelaskan di atas, kehamilan tersebut juga memiliki dampak sosial. Hal yang sering terjadi adalah para remaja menarik diri dari sekolah bahkan lingkungan keluarga dan masyarakat dan merasa cemas akan kehamilannya.(Mardewi, 2007).
Tingkah laku seksual dan reproduksi remaja dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Early sexual experience and late marriage.
2. Early marriage and childbearing.
3. Golongan transisi.

Kelompok pertama terutama ditemukan di negara-negara maju serta di kota-kota besar di negara-negara berkembang. Mereka melakukan hubungan seksual pada usia belasan tahun, tidak memakai obat atau cara kontrasepsi, sering terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, cenderung mengakhiri kehamilan dengan aborsi, menikah pada usia relatif tua, dan sering menderita penyakit menular seksual. Kelompok kedua ditandai dengan perkawinan segera sesudah haid pertama, diikuti dengan kehamilan yang rapat dan banyak. Kehamilan dan hubungan seksual di luar nikah, kejadian pengguguran kandungan dan penyakit kelamin umumnya lebih rendah. Kelompok terakhir ditemukan di daerah perkotaan pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi. Usia menikah meningkat, namun hamil diluar nikah juga meningkat. (Saifuddin, 1992). Anak-anak perempuan muda terutama dapat dikenakan kepada kerusakan secara fisik sebagai hasil operasi aborsi. Satu ahli medis katakan anak-anak perempuan itu dari yang usia sekolah mempunyai risiko-risiko tambahan dari aborsi karena fakta bahwa mereka mempunyai leher rahim tutup kecil. (Yaumill,AA 1974).

Pelayanan kesehatan wanita merupakan implementasi dari pemecahan masalah yang dihadapi kesehatan remaja. Pelayanan ini meliputi semua tingkat pencegahan. Pada tingkat promosi kesehatan termasuk penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kesehatan remaja untuk orang tua, guru, remaja, dan pemuka masyarakat. Pada tingkat perlindungan khusus termasuk pemberian pelayanan kontrasepsi untuk remaja yang telah menikah. Diagnosis dini dan terapi segera adalah pemberian pelayanan / pengobatan terhadap masalah-masalah yang dialami remaja, seperti perkosaan, kehamilan risiko tinggi, penyakit menular seksual, alkoholisme, dan narkotik. Tingkat pembatasan cacat terutama diarahkan untuk mengatasi trauma mental akibat masalah-masalah yang diuraikan di atas, sedangkan tingkat rehabilitasi berupa komunikasi, informasi, dan edukasi dan konseling yang masih dilanjutkan setelah pengobatan. Untuk ini semua diperlukan upaya bersama berbagai disiplin ilmu sosial dan perilaku.(Saifuddin, 1992). Pada tulisan ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai hubungan antara abortus dengan usia ibu saat hamil di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Leave a Reply

Open chat
Hallo ????

Ada yang bisa di bantu?